PELURU tajam tentara Israel menembus tubuh Amr Ali Qabha ketika bocah 13 tahun itu berada di sebuah jalan di Yabad, selatan Jenin, Tepi Barat, sebagaimana dilaporkan Al Jazeera, Jumat (18/7/2025). Orang-orang yang melihat segera membopong tubuh bocah nahas untuk mendapatkan perawatan medis.
Tetapi tentara Israel tidak mengizinkan. Mereka mencegah ambulans mendekat. Ayah Ali Qobha memaksa agar anaknya itu ditangani. Ali Qobha akhirnya memang dibawa ke rumah sakit kendati sang ayah dipukuli habis-habisan lalu ditahan tentara Israel. Namun semua terlambat. Menurut kantor berita WAFA, Ali Qobha meninggal di rumah sakit tanpa sempat ditangani dengan layak.
Peristiwa mematikan pada Jumat itu terjadi saat penggerebekan dan pelecehan terhadap warga Palestina terus berlanjut. Israel masih saja menyerang wilayah yang diduduki. Tentara Zionis menangkapi warga Palestina untuk membantu para pemukim ilegal Israel merampas tanah mereka.
Di desa Raba, Jenin, pasukan Israel menembakkan gas air mata ke arah warga Palestina, termasuk anak-anak, yang memprotes penyitaan tanah dan properti mereka. Di kota Dura, yang terletak di selatan Hebron, lima warga Palestina ditahan setelah penggerebekan yang mencakup penggeledahan beberapa rumah.

Enam orang lainnya ditangkap di desa Kafr Laqif, Qalqiliya, dan dua lainnya diambil dari desa Sir di distrik yang sama. Seorang pria Palestina ditangkap di Betlehem setelah dipanggil oleh intelijen Israel ke permukiman Gush Etzion.
Dua orang ditangkap dalam penggerebekan di Nablus, dengan satu orang ditembak dan terluka sebelum ditangkap. Penangkapan lainnya dilaporkan di kamp pengungsi Askar. Di desa Umm Safa dekat Ramallah, tentara Israel menghancurkan jaringan pipa air utama, yang menyebabkan sekitar 1.000 penduduk kehilangan air.
Di lingkungan Beit Hanina di Yerusalem Timur yang diduduki, keluarga-keluarga yang tinggal di sebuah bangunan tempat tinggal terpaksa meninggalkan rumah mereka sebagai persiapan pembongkaran. Keluarga-keluarga Palestina tersebut termasuk di antara mereka yang terpaksa membongkar sendiri bangunan-bangunan tersebut setelah adanya perintah dari otoritas Israel, karena pemerintah kota akan mendenda mereka lebih berat jika mereka membongkar bangunan tersebut.
Pemukim Israel bersenjata melancarkan serangan kekerasan pada Jumat pagi di desa al-Malih di Lembah Yordan utara, yang terletak di timur laut wilayah pendudukan. Mereka membunuh setidaknya 117 domba milik warga Palestina, mencuri lebih banyak ternak, dan merusak tenda serta properti lainnya, menurut Wafa.
Lebih dari 1.000 warga Palestina tewas di Tepi Barat sejak 7 Oktober 2023. Dari jumlah tersebut, setidaknya 204 adalah anak-anak. Kantor kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) mengatakan pada hari Jumat bahwa sedikitnya 14 kematian warga Palestina dan 355 cedera tercatat di Tepi Barat bulan lalu, sementara ada sedikitnya 129 serangan pemukim Israel yang mengakibatkan korban jiwa Palestina atau kerusakan properti.
Menurut angka OCHA, antara awal tahun 2024 dan akhir Juni 2025, lebih dari 2.200 serangan pemukim Israel dilaporkan, yang mengakibatkan lebih dari 5.200 warga Palestina terluka. Pada periode yang sama, hampir 36.000 warga Palestina dipindahkan secara paksa di Tepi Barat akibat operasi militer Israel, kekerasan pemukim, atau pembongkaran rumah yang dilakukan oleh pemerintah Israel.
Rencana Membagi Negara Palestina
Aksi Israel tak lepas dari rencananya untuk membelah Palestina. Inggris menentang pengumuman Israel tentang niat membangun rumah-rumah baru di wilayah E1 Tepi Barat yang diduduki. “Inggris sangat menentang pengumuman biro perencanaan pusat Administrasi Sipil Israel untuk memperkenalkan kembali rencana penyelesaian E1, yang dibekukan sejak 2021,” kata juru bicara Kantor Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan, Jumat (18/7/2025).
Rencana tersebut akan mencakup pembangunan lebih dari 3.000 rumah di sebelah timur Yerusalem, membagi negara Palestina masa depan menjadi dua, menurut pernyataan tersebut, dan “menandai pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional”.
Senator Demokrat AS Bernie Sanders, Peter Welch, Jeff Merkley dan Chris Van Hollen mengeluarkan pernyataan bersama pada hari Jumat yang mengutuk rencana lama Israel untuk menghancurkan dan memaksa keluar komunitas Palestina di Masafer Yatta, di Perbukitan Hebron Selatan. (*)