Senin, Februari 10, 2025
No menu items!

Hambat Peradaban Palestina, Tujuan Israel Ciptakan Krisis di Gaza

Situasi yang di Gaza lebih dari sekadar krisis kemanusiaan. Israel ingin mengubah struktur demografi dan peradaban penduduk Palestina.

Must Read

BANTUL, JAKARTAMU.COM | Kayed Al-Maery, aktivis Witness Center for Citizens Rights and Social Development, Palestina mengungkapkan bahwa situasi yang di Gaza lebih dari sekadar krisis kemanusiaan. Israel ingin mengubah struktur demografi dan peradaban penduduk Palestina.

“Jumlah korban dari masyarakat sipil tentu akan memengaruhi pertumbuhan jumlah penduduk di Palestina. Lebih jauh lagi, dengan segala kerusakan infrastruktur terutama sarana pendidikan pun semakin memperlambat perkembangan peradaban. Butuh setidaknya 20 tahun untuk membangun kembali sistem pendidikan yang layak untuk mencerdaskan penduduk Palestina,” ujar Kayed saat memberikan kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Jumat (13/12/2024).

Baca juga: Haedar Nashir: Agama Kini Sudah Jadi Produk Entertainment

Israel kerap menyasar bangunan-bangunan sipil, termasuk sekolah PBB di wilayah pengungsian.  Serangan demi serangan itu dilakukan dengan dalih bahwa bangunan-bangunan itu menjadi tameng para pejuang Hamas.

Sejak dimulai lebih dari satu tahun yang lalu, serangan Israel ke Gaza telah menewaskan sekitar 45.000 warga sipil Palestina. Lebih dari 100.000 orang membutuhkan perawatan di rumah sakit, dan 50% infrastruktur seperti perumahan dan sekolah rata dengan tanah.

Kayed mengatakan saat ini rasio jumlah penduduk Palestina dengan Israel adalah 50:50. Israel berambisi untuk memperlebar rasio dengan memperbanyak jumlah penduduk Israel melalui genosida.  

Strategi diplomasi juga dilakukan Israel untuk tujuan itu. Caranya mengubah isi perjanjian damai dengan negara Jazirah Arab seperti Yordania. Menurut Kayed, Israel ingin menambah menambah kekuatan militer di wilayah perbatasan dengan Yordania. Israel juga menormalisasi hubungan kerja sama dengan negara-negara Islam.

Kendati demikian, Kayed mengklaim penduduk Palestina tidak merasa tertekan dengan segala tindak penindasan Israel. Kepercayaan bahwa hak kepemilikan atas tanah Palestina adalah legal secara hukum menjadikan penduduk Palestina tetap memberikan perlawanan terhadap Israel dan Amerika Serikat.

Baca juga: Melejitkan Indonesia Melalui Green dan Blue Economy

Kuliah umum ini sekaligus membahas bagaimana respons dunia internasional atas situasi di Gaza dan Palestina, dan bagaimana peran organisasi internasional dalam membangun perdamaian. Yasmi Adriansyah dari Organisasi Kerjasama Islam (OKI) menegaskan komitmen organisasi ini terhadap Palestina.

Dia mengatakan OKI adalah organisasi internasional yang sangat responsif atas situasi di Palestina, sejak awal didirikan hingga saat ini.

“Bahkan, alasan terbentuknya OKI adalah sebagai tanggapan atas situasi pembakaran di beberapa bagian Masjid Al-Aqsa pada 1969,” kata anggota Pimpinan Lembaga Hubungan dan Kerja Sama Internasional (LHKI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini.

Harus diakui bahwa OKI tidak lebih berpengaruh ketimbang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Malah, PBB melalui Dewan Keamanan lebih berwenang melaksanakan misi penjagaan perdamaian karena memiliki otoritas militer. Namun OKI tetap memiliki pengaruh dalam menentukan keputusan politik dan bantuan kemanusiaan bagi Palestina.

PUISI: Pulang

42 tahun di Jakarta bukan kepulanganku ke sana 42 tahun di Jakarta menyelesaikan tugas keduniaan di bawah titah keakhiratan 1982-2024 jalanan...

More Articles Like This