JAKARTAMU.COM | Pada suatu malam bulan Ramadan, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mendapat tugas mulia dari Rasulullah ﷺ: menjaga harta zakat fitrah kaum Muslimin. Dalam sunyi malam, saat kaum Muslimin terlelap dalam ibadah dan istirahat, ia berjaga, menjaga amanah umat.
Tiba-tiba, datanglah seseorang menyelinap dan mencuri segenggam makanan dari gudang zakat. Abu Hurairah memergokinya. “Aku akan melaporkanmu kepada Rasulullah!” ancamnya. Tapi si pencuri memelas: “Aku butuh, aku punya keluarga, dan kami sedang kelaparan.” Hati Abu Hurairah luluh. Ia pun melepaskan orang itu.
Esok paginya, Rasulullah ﷺ bertanya, “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan tawananmu semalam?” Abu Hurairah menjawab jujur, dan Nabi bersabda, “Dia itu pendusta, dan dia akan kembali.”
Benar saja, malam kedua si pencuri datang lagi. Kali ini Abu Hurairah lebih waspada, menangkapnya, dan mengancam akan membawa ke hadapan Rasulullah. Namun si pencuri kembali menghiba, “Aku tidak akan kembali lagi, demi Allah.” Abu Hurairah, seorang yang lembut hati, kembali melepaskannya.
Di pagi hari, Rasulullah ﷺ tersenyum. “Apa yang dilakukan tawananmu semalam?” Lagi-lagi Nabi menegaskan, “Dia dusta, dan dia akan kembali.”
Malam ketiga tiba. Abu Hurairah tidak ingin kecolongan lagi. Ia menangkap pencuri itu untuk ketiga kalinya. Tapi kali ini si pencuri menawarkan sesuatu yang berbeda. “Jika engkau membebaskanku, akan aku ajarkan kepadamu sesuatu yang bermanfaat. Bacalah Ayat Kursy sebelum tidur. Niscaya Allah akan menjagamu dan setan takkan mendekatimu sampai pagi.”
Abu Hurairah melepasnya, lalu menceritakan kejadian itu kepada Rasulullah ﷺ. Beliau bersabda, “Kali ini dia benar padamu, meskipun sejatinya dia adalah pendusta. Tahukah kamu siapa yang kau hadapi selama tiga malam itu? Itu adalah setan.”
Hikmah dari Kisah Ini:
- Ilmu bisa datang dari siapa saja, bahkan dari makhluk durhaka seperti setan. Tetapi kebenaran baru menjadi syariat jika disahkan oleh Rasulullah ﷺ.
- Ayat Kursy adalah tameng spiritual, pelindung paling kuat dari gangguan makhluk halus, jin dan setan. Itulah mengapa Rasulullah menyarankan kita membacanya sebelum tidur.
- Keutamaan empati dan hati yang lembut, sebagaimana ditunjukkan oleh Abu Hurairah, tidak berarti membiarkan amanah dilanggar. Kelembutan harus dibarengi dengan ketegasan.
- Setan adalah pendusta ulung, tapi sekali-kali bisa mengatakan yang benar, bukan karena ia tulus, tapi karena ada siasat di baliknya.
- Sahabat Nabi sangat haus akan ilmu, sampai-sampai Abu Hurairah bersedia melepas pencuri karena berharap mendapatkan manfaat ilmu dari kejadian itu.
- Mukmin yang kuat imannya dapat mengalahkan godaan setan, bahkan secara harfiah menangkapnya dan menundukkannya.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa dalam kehidupan, godaan dan tipu daya tidak selalu datang dalam rupa yang menakutkan. Kadang ia hadir dengan wajah kelaparan dan alasan yang mengiba. Maka, dibutuhkan ketajaman iman, bukan sekadar simpati, agar kita tak tertipu oleh topeng kezaliman yang menyamar dalam duka.
Dan jangan remehkan satu ayat dalam Al-Qur’an. Bisa jadi satu ayat itulah perisai terkuatmu dari tipu daya musuh yang tak terlihat: setan.