Sabtu, Juni 28, 2025
No menu items!

Budiman Sudjatmiko Bicara Generasi Imajinatif dan Urgensi Algoritma Nasional

Must Read

JAKARTAMU.COM | Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin) Budiman Sudjatmiko berbicara tentang masa depan sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Dia mengulas bagaimana kecerdasan buatan mempengaruhi genarasi Z dan Alpha, menentukan arah bangsa, juga penguasa dunia.

“Algoritma adalah matematika yang diideologikan dan dimasukkan ke dalam mesin,” kata Budiman saat memberikan materi Sosial Budaya pada Program Pendidikan Pemantapan Pimpinan Nasional (P3N) di Lemhannas, Kamis (26/6/2026).

Pernyataan itu membuka paparan materi mantan Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik itu. Budiman menyampaikan uraian pengantar yang cukup panjang, menghubungkan sejarah teknologi, analisis geoantropologi, dan proyek besar membangun kecerdasan buatan khas Indonesia.

Pada dasarnya, kata Budiman, setiap generasi lahir dan dibentuk oleh lingkungan teknologi yang berbeda. Generasi X dan Y tumbuh di era laptop dan email. Generasi Z hidup dalam ledakan media sosial dan smartphone. Sementara Generasi Alpha, lahir di tengah Internet of Things, robotika, dan AI. Mereka adalah digital native sejati, terhubung sejak bayi, belajar lewat video, game, dan interaksi dengan layar sentuh.

Salah satu dampaknya adalah ketergantungan pada interaksi digital, yang memang telah membentuk nilai dan identitas mereka sejak awal.

”Generasi Alpha tumbuh dalam dunia di mana FOMO (fear of missing out), itu nyata. Validasi sosial bukan lagi lingkungan sekolah atau keluarga, tapi likes dan followers. Anak sekarang tidak takut dimarahi karena tidak permisi waktu lewat di depan orang yang lebih tua. Mereka lebih takut kalau konten mereka yang like dan share sedikit,” tutur Budiman.

Sayangnya, kelas generasi Z dan Alpha Indonesia masih sama dengan generasi sebelumnya, yaitu pengguna teknologi. Budiman menyampaikan kekhawatiran bahwa Indonesia belum sepenuhnya siap menjadi produsen teknologi.

”Indonesia memang mengalami akselerasi, tetapi tetap belum masuk ke wilayah produsen teknologi. Kurikulum masih menekankan sektor ekstraktif. Ekosistem inovasi belum matang,” kata dia.

Membangun Algoritma Indonesia

Budiman menyerukan dibangunnya kecerdasan buatan khas Indonesia yang disebutnya sebagai proyek nasionalisasi algoritma. ”Ketika logika, budaya, dan emosi suatu suku bisa dipetakan dari bahasanya, kita bisa membangun algoritma yang memahami mereka,” ujar Budiman.

Ia mendorong agar Indonesia mulai menghimpun semua teks pemimpin nasional, dari Bung Karno hingga Prabowo, serta tulisan-tulisan tokoh pemikir, bahkan yang tak sempat memimpin. Melalui pendekatan linguistik, kosakata, dan logika bahasa, AI Indonesia harus dibangun berdasarkan nilai, sejarah, dan struktur pikir bangsanya sendiri.

Bukan hanya demi kedaulatan digital, tapi juga demi membentuk SDM yang dapat bertahan dan berdaya di era informasi tak terbatas.

Di ujung semuanya, menurut Budiman, imajinasi menjadi sumber daya baru. Ketika dunia makin dikendalikan algoritma, bangsa yang paling imajinatif akan memimpin. Dan agar bisa ikut dalam olimpiade pemajuan bangsa, Indonesia harus menyiapkan generasi yang bukan sekadar tahu dan terampil, tapi mampu membayangkan.

”Tahun 2045, saat seluruh data dunia terkonsolidasi, maka pertanyaannya: siapa yang bisa mengelola imajinasi manusia?” kata Budiman menutup materinya.

LLHPB PWA DKI Jakarta Tampilkan Inovasi Menu Bergizi untuk Penyintas Bencana

KARANGANYAR, JAKARTAMU.COM | Bagaimana menu makanan bergizi untuk korban bencana? Tim Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan...
spot_img
spot_img

More Articles Like This