SALAT sunah ibarat cahaya tambahan dalam hidup seorang hamba. Ia tidak diwajibkan, namun siapa yang menjaganya dengan istikamah, Allah akan memudahkan kebaikan demi kebaikan mengalir dalam hidupnya. Karena dalam salat sunah terdapat kedekatan, ketenangan, dan cinta yang tersembunyi dari riya dan pamrih duniawi.
Salat adalah mi’rajnya orang beriman. Ia adalah sarana komunikasi langsung dengan Allah, Rabb semesta alam. Ketika seorang hamba menegakkan salat wajib, ia telah memenuhi kewajibannya sebagai Muslim. Namun ketika ia menambahkan dengan salat sunah secara istikamah, ia sedang membuka pintu kebaikan yang lebih luas dan dalam.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
وَٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلْخَـٰشِعِينَ
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan sesungguhnya (yang demikian) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS. Al-Baqarah: 45)
Salat sunah menumbuhkan kepekaan hati, menjauhkan dari kelalaian, dan memperhalus jiwa. Ia menambal kekurangan dalam salat wajib, sebagaimana dijelaskan Rasulullah ﷺ:
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلَاةُ، قَالَ: يَقُولُ رَبُّنَا عَزَّ وَجَلَّ لِمَلَائِكَتِهِ – وَهُوَ أَعْلَمُ –: انْظُرُوا فِي صَلَاةِ عَبْدِي، أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا؟ فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً، كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً، وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا، قَالَ: انْظُرُوا، هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ؟ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ، قَالَ: أَتِمُّوا لِعَبْدِي فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ، ثُمَّ تُؤْخَذُ الْأَعْمَالُ عَلَى ذَاكَ
“Sesungguhnya amalan pertama yang akan dihisab dari seseorang di hari kiamat adalah salat. Allah berkata kepada para malaikat dan Dia lebih mengetahui: ‘Lihatlah salat hamba-Ku, apakah ia sempurna ataukah ada kekurangan?’ Jika sempurna maka dicatat sempurna. Namun jika kurang, Allah berkata: ‘Lihatlah apakah ia memiliki salat sunah?’ Jika ada, maka Allah berkata: ‘Sempurnakan salat wajibnya dari salat sunahnya.’ Lalu semua amalannya dihisab seperti itu.” (HR. Abu Dawud, an-Nasa’i, dan lainnya; shahih)
Istikamah dalam salat sunah bukan hanya bentuk ketekunan ibadah, melainkan bukti kecintaan kepada Allah. Hamba yang gemar mendekatkan diri melalui ibadah-ibadah sunah akan mendapat cinta dari Allah, sebagaimana sabda Nabi ﷺ dalam hadits Qudsi:
وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ
“Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai selain apa yang Aku wajibkan atasnya. Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, tangannya yang ia gunakan untuk memukul, dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, niscaya Aku beri. Jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, niscaya Aku lindungi.” (HR. Bukhari)
Mereka yang istikamah dalam salat sunah sejatinya sedang membangun pagar keimanan yang kokoh dalam dirinya. Tidak mudah tergelincir dalam maksiat, tidak mudah larut dalam kealpaan. Sebab salat sunah menjaga ruhani tetap hidup, sadar, dan lembut.
Contohlah Rasulullah ﷺ yang tidak pernah meninggalkan salat sunah rawatib, dua rakaat sebelum Subuh yang dikatakan oleh beliau:
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
“Dua rakaat sebelum Subuh lebih baik daripada dunia dan segala isinya.” (HR. Muslim)
Dan beliau pun melazimi salat malam hingga kakinya bengkak, padahal telah diampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang. Jika beliau, manusia paling mulia saja sedemikian istikamah dalam sunah, maka bagaimana mungkin kita lalai padahal dosa masih menumpuk?
Salat sunah adalah anugerah. Ia bukan beban, tapi karunia yang membasuh hati, mendekatkan jiwa, dan menjadi tangga menuju kebaikan. Siapa yang istikamah dalam salat sunah, ia akan dimudahkan dalam amal kebaikan lain: lisan dijaga dari dusta, mata dari yang haram, tangan dari yang zalim, langkahnya dari yang sia-sia.
Allah pun akan menuntunnya dalam setiap langkah, menumbuhkan kebiasaan baik yang stabil dan langgeng. Tidak heran jika para ulama salaf selalu menjaga salat sunahnya, karena mereka tahu, di situlah kekuatan ruhani berakar.
Kesabaran, ketulusan, dan kesadaran akan kehadiran Allah dalam hidup seorang hamba, semuanya bisa diraih lewat jalan istikamah salat sunah. Ia mengajarkan disiplin, menguji cinta, dan melatih kerendahan hati. Salat sunah adalah pelita batin di tengah gelapnya zaman yang penuh fitnah.
Jika ingin merasakan nikmatnya iman dan kemudahan dalam berbuat baik, mulailah dengan satu salat sunah yang dijaga rutin setiap hari. Bangun konsistensi, lalu tambah perlahan. Jangan menunggu sempurna, sebab istikamah tidak lahir dari mereka yang sempurna, tapi dari mereka yang terus berusaha dan bersandar kepada Allah.
Semoga Allah menjadikan kita hamba yang istikamah dalam salat sunah dan mencurahkan kebaikan tiada henti dalam hidup kita.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الَّذِينَ يُحَافِظُونَ عَلَى الصَّلَوَاتِ وَيَسْتَبِقُونَ فِي الْخَيْرَاتِ، وَاجْعَلْ قُلُوبَنَا مُتَعَلِّقَةً بِذِكْرِكَ وَرِضَاكَ، آمِينَ
“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang menjaga salat dan berlomba dalam kebaikan. Jadikan hati kami terpaut dengan dzikir dan ridha-Mu. Aamiin.” (*)