JAKARTAMU.COM | Ribuan warga dari berbagai elemen masyarakat memadati kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, pada Minggu (27/7/2025) untuk mengikuti aksi bertajuk Solidarity March with Global March to Gaza. Aksi digelar sebagai bentuk keprihatinan atas krisis kemanusiaan yang melanda Gaza, Palestina.
Massa yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina dan sejumlah komunitas pemuda melakukan long march dari Kedutaan Besar Amerika Serikat menuju Bundaran HI, sebelum akhirnya berakhir di depan Kedutaan Besar Mesir. Sepanjang rute, peserta aksi membawa spanduk, poster, serta bendera Indonesia dan Palestina. Beberapa poster bertuliskan “Indonesia untuk Gaza”, “You Can’t Take A Neutral Genocide”, dan “All Eyes on Raffah”.
Mesir, sebagai satu-satunya pintu masuk utama bantuan ke Gaza melalui Rafah, memegang kunci penting. Namun, tekanan politik dan kalkulasi strategis membuat pintu kemanusiaan itu tertutup rapat. Indonesia, dengan sejarah panjang dukungan terhadap perjuangan Palestina, tidak bisa hanya menjadi komentator yang prihatin. Indonesia harus menjadi inisiator diplomasi aktif.
Aksi damai di Jakarta pagi tadi bukan sekadar unjuk rasa. Ia adalah pengingat bahwa publik Indonesia tidak tinggal diam. Di antara poster, spanduk, dan doa, tersimpan tuntutan agar negara turut memperjuangkan pembukaan perbatasan Rafah, mendesak pihak-pihak berpengaruh seperti Mesir dan Amerika Serikat untuk menghentikan blokade yang menjerat Gaza.
Simbol alat makan seperti panci, wajan, dan sendok turut dibawa peserta sebagai representasi krisis pangan yang dialami warga Gaza. Massa juga membunyikan alat-alat tersebut sebagai bentuk protes terhadap blokade berkepanjangan oleh Israel.
Aksi ini berlangsung damai dan sempat berbaur dengan warga yang tengah berolahraga di CFD. Di penghujung kegiatan, massa mengheningkan cipta untuk para syuhada Gaza dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Tokoh-tokoh masyarakat yang hadir dalam aksi ini menyerukan agar Indonesia mengambil langkah proaktif dalam diplomasi kemanusiaan, khususnya mendesak Mesir dan Amerika Serikat untuk membuka akses bantuan ke Gaza. (*)