Senin, Juli 28, 2025
No menu items!

Kamuflase Kemanusiaan Israel di Gaza: Jeda 10 Jam yang Penuh Luka

Must Read

JAKARTAMU.COM | Israel mengumumkan jeda harian selama 10 jam dalam operasi militer di sejumlah wilayah Gaza, Minggu (27/7/2025). Langkah ini diambil untuk memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan, termasuk melalui jalur udara yang mulai dilakukan oleh Yordania dan Uni Emirat Arab.

Jeda tempur berlangsung setiap hari pukul 10.00 hingga 20.00 waktu setempat di tiga wilayah padat penduduk: Al-Mawasi, Deir al-Balah, dan Gaza City. Selain itu, Israel juga membuka koridor aman bagi konvoi bantuan dari pukul 06.00 hingga 23.00.

Sebanyak 25 ton bantuan berupa makanan dan kebutuhan pokok dijatuhkan dari pesawat militer ke wilayah Gaza oleh Yordania dan UEA. Namun, insiden terjadi saat sejumlah warga terluka akibat tertimpa paket bantuan yang jatuh dari udara.

Kepala bantuan PBB, Tom Fletcher, menyambut baik langkah ini dan menyatakan timnya akan memaksimalkan jeda tersebut untuk menjangkau warga yang kelaparan. “Setiap jeda adalah kesempatan menyelamatkan nyawa,” ujarnya.

Meski demikian, serangan tetap berlangsung di luar zona jeda. Laporan dari rumah sakit Al-Awda dan Al-Aqsa menyebutkan sedikitnya 17 warga tewas dan 50 lainnya luka-luka saat menunggu bantuan di lokasi distribusi.

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa jumlah korban jiwa akibat kelaparan telah mencapai 133 orang, termasuk 87 anak-anak. Salah satu kasus yang menyentuh hati adalah kematian bayi lima bulan, Zainab Abu Haleeb, yang meninggal karena malnutrisi setelah tiga bulan dirawat di rumah sakit.

Sementara itu, lebih dari 100 truk bantuan dari Bulan Sabit Merah Mesir masih tertahan di perbatasan Kerem Shalom dan belum memasuki Gaza.

Langkah Israel ini menuai reaksi beragam. Hamas menyebutnya bukan sebagai gencatan senjata, melainkan “kamuflase kemanusiaan” di tengah serangan yang terus berlangsung. Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, bahkan mengecam keputusan tersebut dan menyebutnya sebagai bentuk “penyerahan”.

Warga Gaza menyambut jeda ini dengan harapan akan berakhirnya perang. “Kami berharap ini menjadi langkah awal menuju akhir dari penderitaan,” kata Tamer Al-Burai, seorang warga Gaza.

Begitulah Gaza: tempat di mana waktu damai diberi batas jam dan kemanusiaan dibatasi koordinat. Sebuah jeda yang lebih mirip acara pertunjukan, tapi sayangnya, tak ada tiket keluar bagi penonton.

Massa Aksi Solidaritas Palestina Desak Mesir Buka Perbatasan Rafah

JAKARTAMU.COM | Ribuan warga dari berbagai elemen masyarakat memadati kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, pada Minggu (27/7/2025) untuk...

More Articles Like This