Sabtu, Februari 15, 2025
No menu items!

Ujrah dan Ajra, Etos Ekonomi Muhammadiyah Sejak Berdiri

Must Read

YOGYAKARTA, JAKARTAMU.COM | Perkembangan Muhammadiyah yang relatif cepat menunjukkan adanya kaitan erat dengan dunia wirausaha sejak awal. Kendati setelah ketua Muhammadiyah setelah KH Ahmad Dahlan bukanlah saudagar, tetapi etos ulama-saudagar terus melekat pada Muhammadiyah. Dua pilar etos tersebut adalah ujrah dan ajra.

“Ada dua nilai dalam etos kami. Pertama, ujrah, yaitu bagi lembaga-lembaga seperti sekolah, rumah sakit, perguruan tinggi, bagi mereka yang profesional, ya mendapatkan kompensasi sebagaimana mestinya. Ini semacam pahala dunia. Kedua, ajra atau pahala. Itulah yang membesarkan kami,” ungkap Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir, MSi dalam acara Peluncuran Buku Bangkitnya Kewirausahaan Sosial: Kisah Muhammadiyah, Senin (13/1/2025).

Haedar mengungkapkan sejarah panjang Muhammadiyah dalam kepeloporan sebagai gerakan social enterprise. Haedar mengatakan pertumbuhan Muhammadiyah pada era KH Ahmad Dahlan tahun 1922, dengan berkembangnya ranting dan cabang di seluruh tanah air, itu rata-rata berkorelasi dengan kawasan-kawasan entrepreneur.

Baca juga: Haedar Nashir Bicara Tambang: Kementerian Harus Fair, Jangan Mempersulit Urusan!

”Di Kotagede, Klaten, Solo, Surabaya, Banyuwangi, Semarang, Pekalongan, Garut, Tasikmalaya, Bandung, Jakarta, Padang Panjang, Makassar, sampai kawasan-kawasan lain itu rata-rata kawasan wirausaha,” ucap Haedar dalam acara yang diselenggarakan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia di Museum Muhammadiyah, Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) itu.

Haedar melanjutkan, “Maka bisa kita tahu bahwa perkembangan awal Muhammadiyah itu cepat sekali. Sampai ke Aceh era tahun 1922, sudah berkembang. Tahun 1926, Muhammadiyah tiba di Merauke. Bisa bayangkan ketika itu perjalanan susah sekali. Juga dibawa oleh seorang ulama yang juga seorang wirausahawan. Jadi korelasinya di situ,” ujarnya.

Lebih lanjut, Haedar menegaskan bahwa amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi dibangun dengan semangat kemandirian dan efisiensi.

“Maka kalau lihat amal usaha kita itu semuanya mandiri. Di hampir semua kawasan, rata-rata kita memiliki 167 Perguruan Tinggi Muhammadiyah-‘Aisyiyah, 126 rumah sakit, 363 klinik di seluruh Indonesia, lembaga-lembaga sosial itu juga dibangun atas kemandirian,” tuturnya.

“Bahwa ada kerjasama dengan pemerintah untuk beberapa tempat dan lokasi, itu bagian dari semangat pemerintah memandang Muhammadiyah sebagai mitra strategis untuk bangsa,” jelasnya.

Setelah Muktamar Makassar 2015, Haedar bersama seluruh jajaran kepengurusan berkomitmen untuk memenuhi mandat yang berat, yaitu menjadikan Muhammadiyah sebagai organisasi yang modern, maju dan profesional, di dalam maupun luar negeri.

Baca juga: Haedar Nashir Berbagi Pengalaman sebagai Jurnalis dan Penulis

Dengan modal utama sumber daya manusia yang mumpuni, amal usaha yang kokoh, dan infrastruktur organisasi yang tersebar luas, langkah-langkah konkret menuju pelembagaan gerakan ekonomi pun dilakukan.

Salah satunya adalah pendirian Muhammadiyah Australia College di Melbourne secara mandiri penuh dengan membeli lahan seluas 15 hektare. ”Mana ada ormas yang seperti itu?” ujar Haedar.

Muhammadiyah juga mendirikan kampus di Malaysia dan sedang menjajaki sektor lain, di antaranya tambang.

“Dari situ terjadi konsolidasi, sehingga visi Muhammadiyah sebagai organisasi modern dan profesional dapat diterjemahkan ke dalam berbagai institusi usaha,” ungkap Haedar.

Dalam konteks wirausaha, Haedar menekankan pentingnya keseimbangan antara keberlanjutan duniawi dan kesejahteraan akhirat.

“Agama mengajarkan kita untuk mencari kebahagiaan di dunia, tetapi tidak melupakan kehidupan di akhirat. Berbuat baiklah di dunia sebagaimana Tuhan berbuat baik padamu, dan jangan sekali-kali merusak,” ujarnya.

Prinsip Islam ini, lanjutnya, menjadi pedoman Muhammadiyah dalam mengelola berbagai bidang usaha, dengan fokus pada kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan.

Tak Ada Lawan, Khofifah Mulus Pimpin Muslimat NU Lima Periode

SURABAYA, JAKARTAMU.COM | Untuk kelima kalimnya, Khofifah Indar Parawansa terpilih memimpin Muslimat NU. Gubernur terpilih Jawa Timur melanjutkan kepemimpinannya...

More Articles Like This