Jumat, Juni 13, 2025
No menu items!

Dari Klinik ke Panti, Perjalanan Mulia Tahfiz Qur’an Tuna Netra PCA Pondok Gede

Must Read

MINGGU (8/6/2025), Panti Asuhan Muhammadiyah Hj Ida Asni Taher, Jati Cempaka, Pondok Gede, Kota Bekasi, lebih ramai dari biasanya. Sejak pagi tempat itu sudah sibuk dengan pelaksanaan ibadah kurban. Sebanyak dua ekor sapi yang diperoleh dari keluarga besar Muhammadiyah-Aisyiyah Pondok Gede disembelih di tempat ini. Daging kurban dikemas menjadi lebih dari 200 bungkus, masing-masing seberat kurang lebih 1 kilogram.

Penyembelihan sapi kurban. Foto: istimewa

Selepas zuhur, para penyandang tuna netra hadir. Sebagian segera mengambil posisi duduk di aula. Mereka bersila berjajar, sementara beberapa lainnya melaksanakan salat zuhur. Hingga beberapa lama kemudian, para penyandang tuna netra lain, laki-laki maupun perempuan, satu per satu berdatangan memenuhi aula untuk mengikuti pengajian menyemarakkan Iduladha 1446 Hijriyah.

Pembacaan Al-Qur’an oleh dua jemaah tuna netra. Foto: jakartamu.com/muhibudin kamali

Pengajian dibuka dengan pembacaan Al-Qur’an oleh dua penyandang tuna netra perempuan. Setelah itu, materi pengajian disampaikan Ustaz Syaiful Hasbi Agam, ST, sekretaris PCM Pondok Gede yang juga salah satu dai terbaik Muhammadiyah. Dia memotret makna di balik perintah kurban kepada Nabi Ibrahim terhadap anaknya, Nabi Ismail.

Setelah tausiyah, acara dilanjutkan game ringan yang dipandu sesepuh Aisyiyah Pondok Gede, Nur Fajriyah. Ketua pertama PCA Pondok Gede itu mengajukan beberapa pertanyaan mengenai surat-surat dalam Al Qur’an yang harus dijawab para penyandang tuna Netra dengan melafalkannya.

Sesepuh Aisyiyah Pondok Gede Nur Fajriyah mempersilakan seorang jemaah menjawab pertanyaan. Foto: jakartamu.com/muhibudin kamali

”Apa ayat teristimewa dalam Al-Qur’an….?” tanya Nur Fajriyah. Dengan antusias seorang penyandang tuna netra mengangkat tangan bahkan sebelum pertanyaan selesai dibacakan. Tidak hanya menjawab sebutannya, dia pun membacakan ayat kursi dengan sangat lancar dan merdu.

Kegiatan pun diakhiri dengan santap siang bersama dengan menu sup daging. “Segar siang-siang begini,” celetuk jemaah tuna netra di ujung kiri.

Antusiasme Penyandang Tuna Netra Belajar Al-Qur’an

Para penyandang tuna netra itu adalah jemaah Tahfiz Qur’an yang dikelola Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Pondok Gede sejak 2010. Bukan hanya dari wilayah sekitar Pondok Gede, mereka datang dari lokasi yang cukup jauh seperti Tambun, bahkan Tanjung Priok. Total ada 114 penyandang tuna netra yang telah menjadi “siswa” tahfiz Qur’an PCA Pondok Gede.

”Yang hadir hari ini hadir 98 dari 114 orang,” tutur Sri Mulyani, ketua Taklim Tuna Netra kepada Jakartamu.com, ditemui di lokasi.

Jemaah Tahfiz Qur’an mengikuti materi pengajian. Foto: jakartamu.com/muhibudin kamali

Dia mengungkapkan, Tahfiz Qur’an Tuna Netra bermula dari pengajian rutin Aisyiyah. ”Pada 2010, ada tuna netra yang ikut pengajian. Datang satu, lalu dua secara rutin. Mereka meminta ada forum tersendiri bagi tuna netra untuk belajar membaca Al Qur’an,” ungkap Sri Mulyani.

Berangkat dari sana, Sri Mulyani yang juga seorang bidan, berinisiatif menyediakan kamar-kamar di klinik miliknya sebagai tempat untuk belajar. Rupanya hal ini disambut antusias para penyandang tunanetra. Dari pekan ke pekan jumlah tunantera yang datang ingin belajar Al Qur’an terus bertambah.

”Banyak dari mereka datang dari lokasi yang jauh. Jadi untuk transportasi kami sediakan ongkos kurang lebih Rp10.000,” katanya.

Singkat cerita, satu kamar klinik berkapasitas maksimal 10 orang plus satu tutor penuh.  Ini berlangsung hingga 5 kamar klinik bersalin Sri Mulyani seluruhnya terpakai.

”Karena klinik saya sudah tidak bisa menampung, saya sampaikan kepada Aisyiyah bagaimana supaya program tetap berjalan, akhirnya lokasinya dipindahkan ke Panti Asuhan ini,” jelas perempuan asal Cilacap, Jawa Tengah itu.

Begitulah. Sejak 2022, Tahfiz Qur’an Tuna Netra pun berpindah lokasi di Panti Asuhan Muhammadiyah Hj Ida Asni Taher, Jati Cempaka, Pondok Gede, yang berdiri di atas tanah wakaf aset PCM Rawamangun. Tahfiz Qur’an Tuna Netra menggunakan dua metode pembelajaran, yaitu dengan Al-Qur’an braille bagi yang sudah bisa, dan metode mendengar.

Ketua PCA Pondok Gede Nunung Endah Nurhidayati (paling kiri), Ustaz Syaiful Hasbi Agam, sesepuh Aisyiyah Nur Fajriyah, dan Ketua Panti Tahfiz Qur’an Tuna Netra Sri Mulyani. Foto: jakartamu.com/muhibudin kamali

Ketua PCA Pondok Gede Nunung Endah Nurhidayati mengungkapkan, kendati lokasinya milik PCM Rawamangun, aktivitas Panti Asuhan dan Tahfiz Qur’an Tuna Netra yang menghidupkan syiar Muhamamadiyah-Aisyiyah. ”Ini kerja sama yang baik karena manfaatnya besar untuk syiar persyarikatan,” tutur Nunung.

Menurut dia, tantangan yang mesti dipecahkan adalah aspek pendaaan yang sangat penting dalam pengembangan Tahfiz Qur’an Tuna Netra agar lebih banyak lagi penyandang tuna netra yang terbantu. ”Karena mereka ini tentu membutuhkan support lebih. Kalau orang normal perlu satu bantuan mereka membutuhkan dua,” kata Nunung.

Supardi, salah satu jemaah asal Tambun mengaku bersyukur bisa bergabung dengan Tahfiz Qur’an Tuna Netra PCA Pondok Gede. Dia adalah salah satu jemaah yang mahir membaca braille Arab. Meski begitu, dia mengaku menyesal karena terlambat menyadari pentingnya belajar Al-Qur’an. ”Saya belum hatam tapi saya akan berusaha sekuat tenaga. Makanya saya sampaikan kepada teman-teman tuan netra, sekarang harus belajar. Jangan ditunda-tunda,” ujar Lelaki asal Karanganyar Jawa Tengah ini. (*)

Serangan Udara Israel Tewaskan Delapan Warga Palestina di Gaza

JAKARTAMU.COM | Serangan udara membabi buta Israel menewaskan delapan warga Palestina pada Kamis (12/5/2025) sore. Menurut sumber medis, sasaran...
spot_img
spot_img

More Articles Like This