TANGERANG, JAKARTAMU.COM | Empat siswa terbaik Indonesia pulang dengan kepala tegak. Mereka membawa kehormatan dari panggung sains dunia. Dalam gelaran International Chemistry Olympiad (IChO) ke-57 yang berlangsung di Dubai, Uni Emirat Arab, 5–14 Juli 2025, mereka mengukuhkan tradisi keunggulan Indonesia di bidang kimia dengan menyabet dua medali perak dan dua medali perunggu.
Ini bukan kali pertama Indonesia mencatat prestasi di ajang ini. Sebagai informasi pada IChO 2022, tim Indonesia meraih 4 medali Perak di Tianjin. Mereka juga menerima penghargaan “The Best Result in Virtual Experiments” dan “Golden Monkey Award” atas kinerja eksperimen terbaik. Prestasi serupa juga diraih dalam tiga tahun berikutnya (lihat infografik).
Capaian beruntun ini menegaskan konsistensi strategi pembinaan nasional yang terus diperkuat Kementerian Pendidikan melalui Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas).
”Delegasi IChO merupakan tim pertama yang kami kirim ke ajang internasional tahun ini. Kami bangga atas dedikasi dan capaian mereka,” ujar Kepala Puspresnas, Maria Veronica Irene Herdjiono, dikutip dari siaran pers Kemendikdasmen, Jumat (18/7/2025).

Peraih medali Perak tahun ini adalah Muhammad Clerisyad Atthahirzi dari SMA Al Wafi IBS Bogor dan Sultan El Shirazy dari SMA Negeri 17 Palembang. Sementara dua medali Perunggu diraih Darren Mikael Chauhari dari SMAS 1 Kristen BPK Penabur Jakarta dan Bramantyo Abimanyu dari SMA Labschool Kebayoran.
Sultan El Shirazy menjadi contoh nyata bagaimana keberhasilan bukan semata hasil instan. Tahun lalu, ia meraih medali Perunggu di ajang yang sama. Tahun ini, ia naik satu tingkat. “Saya memang berharap bisa dapat emas. Tapi tetap bersyukur karena tahun ini saya bisa lebih baik dari sebelumnya,” ucapnya.
Prestasi ini tentu tak lepas dari pembinaan yang menjadi kunci. Sebelum berangkat ke Dubai, para siswa menjalani serangkaian pelatihan intensif dalam tiga tahap. Tim pembina berasal dari kalangan akademisi terpilih, termasuk para dosen dari Institut Teknologi Bandung (ITB) seperti Deana Wahyuningrum, Fainan Failamani, dan Rindia Maharani Putri.
Menurut Deana, ketatnya kompetisi bukan hal baru. Yang membedakan adalah kesiapan dan daya tahan mental para siswa. “Persaingannya tahun ini memang ketat. Alhamdulillah anak-anak bisa bersaing dengan tim dari seluruh dunia. Saya yakin anak-anak Indonesia kedepannya bisa lebih baik lagi,” ujarnya.
Setibanya di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, para siswa disambut langsung oleh perwakilan Puspresnas. Abdullah Faiz, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Puspresnas, menyebut keberhasilan ini sebagai bukti bahwa investasi dalam talenta muda Indonesia tidak sia-sia. “Prestasi ini sangat membanggakan. Terima kasih kepada adik-adik yang telah berjuang mengharumkan nama Indonesia,” kata Faiz.
IChO adalah ajang bergengsi yang mempertemukan 354 peserta dari 90 negara. Di antara lautan talenta muda dunia, Indonesia kembali mengukir tempatnya sendiri. Dan dari tahun ke tahun, satu hal tetap terjaga: semangat untuk terus menjadi lebih baik. (*)