Minggu, Agustus 3, 2025
No menu items!

Ketika Rektor UMY dan UM Surabaya Berhadapan di Lapangan Bhayangkara

Must Read

GELAK tawa, dan sorak semangat para civitas academica Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tersaji di Lapangan Bhayangkara, Polda Jawa Timur, Sabtu (2/8/2025). Sore itu, kedua kampus melangsungkan laga sepak bola persahabatan.

Pukul empat tepat, peluit tanda kick-off dibunyikan. Bola langsung bergerak lincah, mengalir dari kaki ke kaki, dari satu sisi lapangan ke sisi lainnya. Namun yang menarik perhatian adalah tampilnya rektor UM Surabaya Dr. Mundakir dan Rektor UMY Prof. Achmad Nurmandi. Keduanya turut berlaga sejak menit pertama.

Dengan wajah sumringah dan langkah tak kalah lincah dari para dosen muda, keduanya ikut memeriahkan pertandingan. Terkadang mereka beradu strategi, di lain waktu saling melempar candaan, entah kepada rekan satu tim atau kepada para penonton yang menyemangati dari pinggir lapangan.

Rektor UMY Prof. Achmad Nurmandi. Foto/istimewa

Tak ada ketegangan seperti dalam turnamen resmi. Justru, setiap operan salah sasaran atau aksi lucu di tengah permainan disambut tawa renyah. Ketika seorang pemain terpeleset atau keliru mengumpan, sorak sorai bukan dalam bentuk cemooh, melainkan hiburan yang mempererat suasana. Sorotan mata penonton tak pernah lepas dari lapangan, bukan karena kerasnya duel, tetapi karena hangatnya kebersamaan.

Begitulah atmosfer sore itu. Tak ada rivalitas yang membakar, yang ada justru persaudaraan yang tumbuh dari satu sentuhan bola ke sentuhan berikutnya. Pertandingan berjalan 2 x 30 menit dan berakhir imbang 2-2. Tapi waktu seakan berjalan terlalu cepat. Beberapa pemain terlihat belum ingin berhenti. Mereka masih bercengkerama, bercanda, dan bahkan masih ingin menendang bola satu-dua kali lagi.

Rektor UM Surabaya Dr. Mundakir. Foto/istimewa

Panitia pun menangkap sinyal itu dan menambahkan sepuluh menit tambahan. “Tambahan waktu persahabatan,” begitu mereka menyebutnya. Kesempatan itu tak disia-siakan oleh tim UMY. Dua gol cepat tercipta, menutup laga tambahan dengan keunggulan 2-0 bagi Yogyakarta. Namun skor akhir tak pernah menjadi topik utama. Tak ada ekspresi kecewa, tak ada rasa kalah. Semua tetap bersuka cita.

Setelah peluit panjang ditiup, para pemain kembali berkumpul di tengah lapangan. Bukan untuk protes, bukan untuk selebrasi biasa. Tapi untuk berfoto bersama. Di balik lensa kamera, terekam wajah-wajah lelah yang bahagia, peluh yang jatuh bersama senyum, dan mata yang berbinar karena tawa.

Laga persahabatan ini ternyata jauh lebih dari sekadar pertandingan. Ia menjadi simbol eratnya relasi antar kampus dalam keluarga besar Muhammadiyah. Di antara sorak penonton, tepuk tangan hangat, dan pelukan antarpemain, ada semangat silaturahmi yang menguat. Lapangan Bhayangkara hari itu tak hanya menjadi tempat bergulirnya bola, tapi juga tempat mengalirnya keakraban. (*)

UM Bandung Bekali Mahasiswa Jadi Agen Transformasi Desa

BANDUNG, JAKARTAMU.COM | Sebanyak 1.204 mahasiswa Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung mengikuti pembekalan Kuliah Kerja Nyata (KKN) 2025 yang diselenggarakan...

More Articles Like This