Minggu, Desember 8, 2024
No menu items!

Merebut Peran Dakwah terhadap Kelompok Marjinal

Peran dakwah kepada komunitas marjinal sekarang dipegang para misionaris katolik yang concern dan sangat telaten mendampingi mereka.

Must Read

KH Muhammad Tafsir pernah mengisi materi kajian di Gedung Dakwah PWM DKI Jakarta, pada Sabtu, 22 Oktober 2022 silam. Isi kajian di Aula H Djuanda itu cukup berat. Tetapi karena Kiai Tafsir sangat humoris, materi yang berat itu menjadi mudah dipahami .

Isi ceramah dari paman salah satu pimpinan Banser NU Jawa tengah ini kritik sebagai muhasabah metode dakwah yang beberapa waktu terakhir biasa dipakai para mubaligh. Di balik gayanya yang humoris, Kiai Tafsir mempertanyakan peran sebagian mubaligh yang hanya berdakwah dari masjid ke masjid.

Di lingkungan eksternal, mereka lebih senang berdakwah untuk pada komunitas gemerlap. Sebagian dari mereka lebih nyaman mengisi pengajian komunitas-komunitas elite, komunitas ibu-ibu pejabat, artis yang (konon) hijrah dan sebagainya.

Mereka lupa bahwa di sisi lain masyarakat yang hidup di lorong-lorong gelap. Mereka adalah komunitas-komunitas marjinal, antara lain adalah kelompok Lesbian Gay Bisekz dan Transgender (LGBT), para penjaja sek bebas dan sebagainya.

Pendapat Kiai Tafsir tentu berdasarkan realita. Peran dakwah kepada komunitas marjinal sekarang dipegang para misionaris katolik. Merekalah yang concern dan sangat telaten turun mendampingi komunitas-komunitas ini.

Baca juga: Abdul Mu’ti: Dakwah Komunitas Lebih Efektif Menyampaikan Pesan Islam

Para misionaris itu tentu tidak menceramahi mereka seperti pendeta gereja. Mereka langsung turun melakukan pendampingan dengan program-program atau pelatiham. Sebut saja program layanan konseling, layanan Kesehatan, bakti sosial, dan program kemanusiaan lainnya.

Tetapi lihat apa yang dilakukan umat Islam. Umat nabi akhir zaman ini masih saja sibuk dengan perbedaan paham dan ekspresi keagamaan. Sibuk menonjolkan kelompok atau ormas sehingga lalai terhadap tugas dakwah dan tanggung jawab yang jauh lebih penting.

Terlepas agama yang dianut, manusia yang taat beragama pastinya menolak praktik LGBT sebagai gaya hidup. Namun menolak LGBT bukan berarti boleh mengabaikan mereka.

Justru, mereka yang sudah dan akan menjadi korban LGBT atau mereka yang terjebak di dunia dunia malam prostitusi harus dibantu. Mereka juga manusia beragama mempunyai hak sama untuk masuk surga. Apalagi sebagian besar adalah umat Islam.

Kiai Tafsir dengan sangat tegas bahwa LGBT mesti dihadang. Dikemas dengan gaya humor dan Bahasa Jawa yang halus, Kiai Tafsir mengingatkan agar umat Islam tidak membiarkan LGBT. Semakin tak peduli, itu berarti umat Islam semakin permisif.

Hal ini membuat kelompok mereka semakin kuat. Dari gerakan pinggiran, makin lama kelompok LGBT mengorganisir diri dengan rapi. Bahkan sekarang mereka sudah punya agenda-agenda politik di masa depan, jauh lebih baik dari para mubaligh.

Baca juga: Haedar Nashir: Muhammadiyah Pelopori Dakwah Pencerahan

Mereka sekarang makin solid dengan jaringan mulai level terkecil sampai internasional. Sebagai contoh, di balik sistem demokrasi yang semakin terbuka ini, kelompok LGBT menargetkan minimal ada dari mereka yang menjadi anggota DPR atau wakil rakyat.

Posisi itu strategis untuk mengegolkan sebuah undang-undang yang akan mengatur legalitas perkawinan sejenis di Indonesia. Begitu juga komunitas penjaja seks.

Agenda politik mereka adalah melahirkan sebuah UU yang mengakui keberadaan mereka sebagai profesi yang sah, sama kedudukannya dengan profesi dokter, guru, atau pengacara.

Tetapi internal umat Islam sampai sekarang masih asyik dengan perdebatan mengenai hal-hal yang terkadang tidak substansial. Antarakiai dan pendukungnya berdebat hebat dengan menggunakan pemahaman masing-masing.

Situasi ini membuat umat Islam semakin menjauh dari prinsip dakwah sebenarnya. Kiai dan mubaligh hanya mau menjadi anggota partai-partai Islam. Kiai dan mubaligh yang menjadi anggota partai non-Islam langsung dicaci dan di-bully di media sosial.

Undang-undang adalah hukum yang sifatnya dapat memaksa. KPK, polisi atau jaksa bisa melakukan menjemput paksa seseorang yang mengabaikan surat panggilan. Tetapi azan tidak bisa memaksa orang datang walaupun berasal dari qori bersuara merdu. Lima kali azan dikumandangkan, jamaah salat di masjid jumlahnya segitu-gitu juga.

Politik merupakan arena yang efektif untuk bisa mengubah keadaan. Itu sebabnya kader Muhammadiyah harus ada di mana-mana. Harus ada di timses setiap calon presiden dan calon wakil presiden, calon gubernur dan calon wakil gubernur, calon anggota legislatif di semua partai. Visinya hanya satu: membumikan ajaran Islam.

Ketika Mirza Ghulam Ahmad Mengaku Imam Mahdi, Penjelmaan ‘Isa al-Masih

JAKARTAMU.COM | Mirza Ghulam Ahmad sebagai pendiri aliran Ahmadiyah, mulai aktif menangkis serangan-serangan kaum propagandis Hindu dan kaum misionaris...

More Articles Like This