Kamis, Mei 15, 2025
No menu items!

Khotbah Id Dr Indra Martian Permana: Makna Idulfitri sebagai Hari Kemenangan

Must Read
Miftah H. Yusufpati
Miftah H. Yusufpati
Sebelumnya sebagai Redaktur Pelaksana SINDOWeekly (2010-2019). Mulai meniti karir di dunia jurnalistik sejak 1987 di Harian Ekonomi Neraca (1987-1998). Pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Majalah DewanRakyat (2004), Wakil Pemimpin Harian ProAksi (2005), Pemimpin Redaksi LiraNews (2018-2024). Kini selain di Jakartamu.com sebagai Pemimpin Umum Forum News Network, fnn.co.Id. dan Wakil Pemimpin Redaksi Majalah FORUM KEADILAN.

JAKARTAMU.COM | Idulfitri adalah hari kemenangan. Dr Indra Martian Permana, M.Ag mencatat setidaknya ada 4 kemenangan yang diraih dalam hari raya ini. Pertama adalah kemenangan kita melawan hawa nafsu; kedua, kemenangan karena diampuni dosa-dosa kita; ketiga, doa-doa kita yang dikabulkan Allah Taala, dan keempat kemenangan karena mencapai derajat beriman dan bertakwa.

Hal ini disampaikan Dr Indra Martian Permana, M.Ag, dalam Khotbah Id di lapangan eks Superindo yang diselenggarakan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Bekasi Utara, Senin 31 Maret 2025.

Indra adalah dosen Pasca-Sarjana Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor juga Peneliti di Center of Study for Indonesian Leadership (CSIL).

Indra menguraikan kemenangan pertama adalah kemenangan kita melawan nafsu dan setan.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah mengatakan bahwa tingkatan jihad yang pertama adalah melawan hawa nafsu, kemudian dilanjutkan dengan jihad melawan setan. Tingkatan selanjutnya jihad melawan orang-orang kafir, musyriqin, dan munafiqin, baru kemudian kita mampu melaksanakan jihad yang keempat, yaitu jihad melawan kezaliman dan jihad melawan kemungkaran.

“Tidak mungkin kita sanggup jihad melawan orang-orang kafir, kaum musyrik, orang-orang munafik, dan melawan kezaliman serta kemungkaran jika kita tidak sanggup melawan hawa nafsu kita dan tidak sanggup melawan setan yang senantiasa mengganggu kita,” tuturnya.

“Alhamdulillah, Ramadan mengajarkan kepada kita semuanya dalam melakukan pengendalian hawa nafsu.”

Pada saat puasa, apa yang diperbolehkan oleh Allah SWT di siang hari seperti makan, minum, berhubungan dengan suami istri, kemudian Allah SWT larang dan hanya diperbolehkan di malam hari.

Maknanya, ketika Ramadan itu selesai maka seharusnya kemudian apa yang dilarang oleh Allah, sedikit demi sedikit kita tinggalkan sehingga hawa nafsu kita kendalikan dan kita tundukkan untuk beribadah dan untuk kemudian mengucap kepada Allah SWT.

Kedua, kemenangan karena diampuni dosa-dosa kita oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kemenangan ketiga, dikabulkannya doa- doa kita oleh Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda ada tiga orang yang doanya tidak tertolak: pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai ia berbuka, dan doa orang yang terzalimi, Allah akan mengangkatnya di bawah naungan awan pada hari kiamat, pintu-pintu langit akan dibukakan untuknya seraya berfirman: Demi keagungan-Ku, sungguh Aku akan menolongmu meski setelah beberapa saat.” (Hadis Hasan diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

“Mudah-mudahan ibadah saum kita di bulan Ramadan, kita laksanakan dengan penuh kesungguhan dengan penuh ketaatan kepada Allah SWT. Malam harinya kita tambahkan dengan Qiyamul Lail. Kita melaksanakan salat tarawih, mudah-mudahan mengantarkan doa-doa kita selama Ramadan itu dikabulkan oleh Allah SWT,” ujarnya.

Kemenangan keempat, dijadikan menjadi insan-insan yang beriman dan yang bertakwa kepada Allah SWT. Allah Taala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
yâ ayyuhalladzîna âmanû kutiba ‘alaikumush-shiyâmu kamâ kutiba ‘alalladzîna ming qablikum la‘allakum tattaqûn

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Indra mengatakan makna ayat ini adalah bahwa orang-orang sebelum umat Nabi Muhammad SWT, umat-umat terdahulu, para Rasul terdahulu juga melaksanakan puasa. Hanya saja, syariatnya berbeda. Namun tujuannya sama: menjadi orang-orang yang bertakwa kepada Allah SWT.

“Jadi tujuan akhir ketika kita berpuasa itu adalah agar kita kemudian menjadi orang-orang yang bertakwa kepada Allah SWT,” ujarnya.

Nilai ketakwaan ini mahal, nilanya tidak terhingga. “Inilah yang berusaha kita kejar kemarin ketika kita menjadi atau kita bersungguh-sungguh beribadah.

Orang-orang yang bertakwa itu dimudahkan urusan dunianya dan kemudian insyaAllah diselamatkan dalam urusan akhiratnya. Orang yang bisa diselamatkan dari akidah kesyirikan.

Urus Muhammadiyah Tak Bisa Main-Main

TANGERANG SELATAN, JAKARTAMU.COM | Profesionalisme dalam pengelolaan organisasi pada seluruh tingkatan sangat penting, termasuk pada level pimpinan daerah Muhammadiyah....
spot_img
spot_img

More Articles Like This