Jumat, Juni 13, 2025
No menu items!

Khotbah Iduladha, Ustaz Ismail Ibrahim Ajak Deklarasi Keimanan

Must Read
Miftah H. Yusufpati
Miftah H. Yusufpati
Sebelumnya sebagai Redaktur Pelaksana SINDOWeekly (2010-2019). Mulai meniti karir di dunia jurnalistik sejak 1987 di Harian Ekonomi Neraca (1987-1998). Pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Majalah DewanRakyat (2004), Wakil Pemimpin Harian ProAksi (2005), Pemimpin Redaksi LiraNews (2018-2024). Kini selain di Jakartamu.com sebagai Pemimpin Umum Forum News Network, fnn.co.Id. dan Wakil Pemimpin Redaksi Majalah FORUM KEADILAN.

JAKARTAMU.COM | Hari ini, kita sedang mendeklarasikan keagungan Allah. Dengan takbir kita menyatakan: “Ya Allah, mulai hari ini tidak ada yang lebih besar dari-Mu. Tidak ada yang kami taati selain Engkau. Kami akan taat hanya kepada mereka yang taat kepada-Mu.”

“Jangan sampai setelah takbiran, kita masih takut kepada makhluk. Masih khawatir terhadap urusan dunia,” ujar Ustaz Ismail Ibrahim, M.Pd.I. saat menyampaikan khotbah Id, pada Salat Iduladha Pimpinan Cabang Muhammadiyah Bekasi Utara yang digelar di Lapangan eks Superindo, Bekasi Utara, Jumat, 6 Juni 2025.

Ustaz Ismail Ibrahim lalu mengingatkan teladan Jenderal Soedirman. Kader Muhammadiyah ini berkata: “Kita tidak boleh takut kepada siapa pun, karena rasa takut kita telah habis kita serahkan kepada Allah.”

Teladan Mulia Siti Hajar

Iduladha memberikan hikmah luar biasa, salah satunya dari sosok mulia Siti Hajar. Ia berjuang tanpa henti mencari kehidupan, mencari air dan makanan demi putranya, Nabi Ismail A.S. Ia berlari dari Shafa ke Marwah, bolak-balik tujuh kali, berharap seteguk air demi kelangsungan hidup anaknya. Bahkan ketika ia menyusui Ismail, yang keluar bukan air susu, tetapi darah dan nanah karena beratnya ujian.

Dalam kegetiran hidup, Siti Hajar tetap teguh. Ketika Nabi Ibrahim hendak meninggalkannya di lembah tandus yang tak berpenghuni, ia bertanya: “Wahai suamiku tercinta, apakah ini perintah Allah atau keinginanmu sendiri?”

Dijawab oleh Ibrahim: “Ini perintah Allah, Tuhan semesta alam.”

Dengan penuh kepasrahan, Hajar menjawab: “Kalau begitu, tinggalkanlah kami. Biarkan Allah yang mengatur urusan kami.”

Keteladanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail

Belum lama meninggalkan masa kanak-kanaknya, Nabi Ismail as didatangi kembali oleh ayahnya. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya sebagai bentuk ketaatan. Ismail, meski masih remaja, menjawab dengan luar biasa:

“Wahai Ayahku tercinta, jika ini perintah Allah, maka lakukanlah. Engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar dan taat.”

Ketaatan yang ditunjukkan keluarga ini adalah manifestasi dari iman tanpa tapi, iman yang tidak terbendung oleh keraguan, tidak disandera oleh logika duniawi.

Dalam perjalanan menuju tempat penyembelihan, Iblis mencoba menggoda. Kepada Ismail ia berkata: “Kamu tahu ke mana ayahmu membawamu? Ia akan menyembelihmu!”

Tapi Ismail menjawab: “Jika itu perintah Allah dan ayahku membenarkannya, aku tetap akan patuh.”

“Allahu Akbar! Ini pelajaran tentang keimanan, kepasrahan, dan ketaatan tanpa syarat,” tutur Ismail Ibrahim.

Rasulullah Muhammad SAW

Semua teladan itu diikuti oleh manusia paling mulia: Rasulullah Muhammad SAW. Beliau adalah pribadi yang sempurna, dalam akhlak, kecerdasan, kepemimpinan, kasih sayang, dan strategi. Allah berfirman:

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas akhlak yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4)

Syariat haji, kurban, sunat, dan lainnya adalah warisan spiritual dari Nabi Ibrahim yang dilestarikan oleh Nabi Muhammad SAW.

Makna Takbir dan Talbiyah

Selanjutnya Ustaz Ismail Ibrahim menjelaskan makna takbir talbiyah. Jamaah haji di Makkah bertalbiyah: Labbaik Allahumma labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik…

Kita di sini bertakbir: Allahu Akbar, Allahu Akbar, La ilaha illallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.

Ustaz Ismail Ibrahim menjelaskan makna dari takbir dan talbiyah ini sama: mengagungkan Allah. Agar terpatri dalam hati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dalam pikiran, perbuatan, dan keputusan.

Allahu Akbar tidak hanya berarti “Allah Maha Besar”, tetapi juga berarti “Tidak ada yang lebih besar dari Allah” bukan jabatan, bukan harta, bukan manusia, bukan makhluk mana pun.

Makna Kurban

Ustaz Ismail Ibrahim mengatakan kita yang tidak berhaji, diperintahkan untuk berkurban. Tapi Allah tidak melihat daging dan darah yang kita sembelih, melainkan ketakwaan yang ada di hati.

Mengapa hewan yang dikorbankan harus yang terbaik? Agar kita juga menyembelih sifat-sifat kebinatangan dalam diri kita: kesombongan, kerakusan, kemalasan, kedengkian, dan lainnya.

Jika sifat-sifat buruk itu masih kita pelihara, maka kita bisa lebih rendah dari binatang. Allah berfirman: “Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi.”* (QS. Al-A’raf: 179)

Semoga Iduladha tahun ini membawa kesadaran dalam diri kita bahwa bergantung kepada Allah adalah kunci kesuksesan dunia dan akhirat.

“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik (hayatan thayyibah).” (QS. An-Nahl: 97)

Yang menjanjikan bukan Wali Kota Bekasi, bukan Presiden, bukan Raja, tapi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Serangan Udara Israel Tewaskan Delapan Warga Palestina di Gaza

JAKARTAMU.COM | Serangan udara membabi buta Israel menewaskan delapan warga Palestina pada Kamis (12/5/2025) sore. Menurut sumber medis, sasaran...
spot_img
spot_img

More Articles Like This