Minggu, Desember 8, 2024
No menu items!

Membalas Budi bagi Rakyat

Garin Nugroho mendesak pemerintahan Prabowo Subianto menggagas dan menjalankan amanat kebudayaan dan peradaban sebagai balas budi untuk rakyat.

Must Read

JAKARTAMU.COM | Pidato Kebudayaan yang merupakan tradisi memperingati hari jadi Taman Ismail Marzuki sejak 1989, kembali disajikan di Graha Bhakti Budaya pada Minggu 10 November 2024. Sejak 1989 itu, telah tampil banyak tokoh yang membawakan Pidato Kebudayaan antara lain Umar Khayam, Amien Rais, Buya Syafii Ma’arif, Melani Budianta, Karlina Supeli, Seno Gumira Ajidarma.dan tokoh terkemuka lainnya.

Kali ini, 10 November 2024, Pidato Kebudayaan ditampilkan Garin Nugroho, sineas terkemuka Indonesia. Garin Nugroho dikenal kontribusinya yang signifikan dalam dunia film dan seni pertunjukan, tulisan, dan instalasi.

Baca juga: Pahlawan itu Melawan

Karya-karyanya menggugah emosi, membangkitkan selera estetis, sekaligus konsisten menyuarakan keresahan terhadap perkembangan sosial dan politik.

Dalam pidatonya, Membalas Budi Untuk Rakyat, Garin Nugroho menampikkan cuplikan film yang dibuatnya dari masa ke masa. Dari sana tampak upayanya menghidupkan dan memetakan perjalanan kompleksitas kebudayaan Indonesia yang berbhinneka dan kaya raya.

Karya seninya – khususnya film – yang imajinatif, sesungguhnya telah banyak menyuarakan apa yang disebut sebagai kerja-kerja kebudayaan untuk kemajuan peradaban. Garin Nugroho menyampaikan bahwa kepemimpinan yang unggul itu lahir dan tumbuh berkembang dalam ekosistem kebudayaan, tidak hanya untuk dan dari kepentingan politik serta ekonomi.

Betapa pentingnya merawat warisan seni budaya dan menumbuhkan kreatifitas didalamnya,  disamping menghidupi  industrialisasi budaya populer. Hal ini dikaitkan dengan pemetaan kembali dan penegakan hak-hak rakyat sebagai warga negara, yang dewasa ini hanya dianggap warganet belaka dengan segala akibatnya.

Baca juga: Prawoto Mangkusasmito: Tak Kenal Menyerah

Jika para pemimpin hanya berperan sebagai mandor proyek, penghubung kepentingan oligarki, dan masing-masing mendinastikan kuasa sendiri sepenuh keriuhan, maka yang terjadi kemudian hanyalah kerendahan martabat para pemimpin dan tak perlu membayangkan kemajuan.

Untuk itu, kebutuhan literasi dan kesungguhan pengajaran,  pendidikan dasar dan menengah harus mampu merawat imajinasi ke depan.

Seraya menunjukkan angka-angka tingkat kecerdasan dan pendidikan masyarakat yang kian tertinggal, Garin Nugroho yang juga alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia 1982 ini, mendesak pemerintahan Presiden Prabowo Subianto untuk berpikir, menggagas serta menjalankan amanat kebudayaan dan peradaban sebagai balas budi untuk rakyat, berintikan keadilan dengan berjalan di atas pesan-pesan kenabian.

Abu Dzar Al-Ghifari: Pembela Kaum Tertindas yang Pilih Oposisi

JAKARTAMU.COM | Abu Dzar al-Ghifari adalah sahabat Nabi Muhammad SAW. Ia termasuk yang paling awal masuk Islam (Assabiqunal Awwalun)....

More Articles Like This