SLEMAN, JAKARTAMU.COM | Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dr. Agus Taufiqurrahman menegaskan bahwa pesantren Muhammadiyah harus menjadi center of excellence atau pusat keunggulan. Menurutnya, pesantren tidak hanya mencetak hafidz Al-Qur’an, tetapi juga melahirkan insan yang unggul secara moral-spiritual, intelektual, dan berperan nyata di tengah masyarakat.
Hal itu disampaikan Agus saat menghadiri rangkaian Pengajian Tahun Baru 1447 Hijriah di Pesantren Modern Muhammadiyah Green School (MGS) Yogyakarta, Sabtu (12/2025). Acara tersebut dirangkai dengan peletakan batu pertama pembangunan gedung asrama santri putra yang dirancang dengan arsitektur tradisional limasan dan joglo, sebagai simbol harmonisasi dengan alam sekaligus pelestarian kearifan lokal.
“Pak AR pernah mengingatkan kita bahwa keunggulan itu bukan hanya soal akademik, tetapi juga akhlak dan kontribusi sosial. Pesantren seperti MGS harus menjadi penggerak ke arah itu,” ujar Agus di hadapan ratusan jamaah di kompleks pesantren, Mancasan, Gamping, Sleman.
Turut hadir dalam acara itu Wakil Ketua PWM DIY Dr. Nur Ahmad Ghazali, Staf Ahli Bupati Sleman Anton Sujarwo, Ketua PCM Gamping Muhaimin, Direktur MGS Dr. Ghoffar Ismail, serta pimpinan ‘Aisyiyah, Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) se-Gamping, dan tokoh masyarakat sekitar.
Mencetak Hafiz Berwawasan Lingkungan
Sebagai pesantren modern, MGS mengintegrasikan pendekatan multiple intelligences dan pembelajaran bilingual Arab–Inggris. Santri diajak mengembangkan berbagai potensi, mulai dari kecerdasan linguistik, naturalis, kinestetik, hingga interpersonal.
Ketua PCM Gamping, Muhaimin, MPd, menyampaikan, Pesantren MGS Yogyakarta mengusung empat pilar pendidikan unggulan: karakter Al-Qur’an, pengembangan diri berbasis multiple intelligences, kepedulian lingkungan, serta literasi teknologi informasi.
“Ini adalah ikhtiar bersama melahirkan kader unggulan yang tidak hanya pintar, tapi juga berakhlak. Santri MGS tidak hanya dari DIY, tapi juga ada yang dari Sumatera, seperti Bengkulu,” ujar Muhaimin.
Sejak tahun ajaran 2025/2026 ini, MGS mulai menerima santri putra dan putri. Sebelumnya, pesantren ini hanya menerima santri perempuan.
Direktur MGS Yogyakarta Dr. Ghoffar Ismail menjelaskan bahwa pembangunan asrama baru berkonsep limasan dan joglo mencerminkan visi green pesantren. Arsitektur tersebut dirancang agar ramah lingkungan dengan penggunaan material kayu, ventilasi silang alami, pemanfaatan cahaya matahari, serta integrasi kebun edukasi dan area resapan air.
“Pondasi ideologi bangunan ini adalah harmoni, bukan dominasi atas alam. Kami ingin santri belajar bahwa hidup itu berdialog dengan lingkungan, bukan mengeksploitasinya,” kata Ghoffar.
Pembangunan tahap awal asrama putra membutuhkan dana sebesar Rp500 juta. Ke depan, MGS juga menargetkan pengembangan gedung sekolah dan asrama putri empat lantai dengan kebutuhan dana mencapai Rp5 miliar.
Pemerintah Kabupaten Sleman melalui Staf Ahli Bupati Anton Sujarwo menyampaikan apresiasi atas kontribusi Muhammadiyah dalam membina generasi muda. “Kami sangat mengapresiasi bahwa gerakan-gerakan Muhammadiyah selalu relevan dengan dinamika zaman dan memberi manfaat nyata bagi bangsa, terutama di Sleman,” katanya. (*)