JAKARTAMU.COM | Pembaharuan fundamental yang dilakukan KH Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan adalah tujuan pendidikan sebagai dasar filosofis yang menentukan sistem dan praktik pendidikan.
“Kiai Dahlan, tidak menyebutkan secara eksplisit tujuan pendidikan, akan tetapi dari ungkapan–ungkapan yang disampaikannya dalam berbagai kesempatan dapat ditangkap maksud dari tujuan pendidikan yang ia inginkan,” tulis Prof Dr. Abdul Mu’thi, M.Ed dalam buku berjudul “KH Ahmad Dahlan” Bab “Pembaharuan Pendidikan KH Ahmad Dahlan”.
Buku tersebut diterbitkan oleh Museum Kebangkitan Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2015. Kini, Abdul Mu’ti yang Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pernyataan KH Ahmad Dahlan, misalnya: “Dadijo kiyahi sing kamajuan, ojo kesel anggonmu nyambut gawe kanggo Muhamadiyah’’ (jadilah kiai yang maju dan janganlah lelah dalam bekerja untuk muhammadiyah).
Baca juga: Strategi Kiai Ahmad Dahlan Melawan Penjajah Melalui Pendidikan
Menurut Abdul Mu’ti, ungkapan ini menyiratkan maksud tertentu yang berhubungan dengan tujuan pendidikan antara lain: 1) membentuk manusia yang cakap dalam ilmu agama, 2) berwawasan luas yang berarti memiliki pengetahuan umum, 3) mempunyai daya juang yang tinggi untuk Muhammadiyah khususnya, umat Islam umumnya.
Bagi Ahmad Dahlan, kata Mu’ti, pendidikan bukanlah sekadar alat untuk mencetak manusia-manusia terampil dan menyiapkan masa depan mereka dalam kehidupan dunia sebagaimana tujuan pendidikan Belanda/Barat.
Lebih dari itu, pendidikan adalah alat untuk dakwah amar makruf nahi munkar. Tujuan pendidikan tidak hanya berdimensi duniawi, tapi mencakup dimensi ukhrawi.
KH Ahmad Dahlan menyebutnya dengan model pendidikan yang utuh, yaitu pendidikan yang berkeseimbangan antara perkembangan mental dan jasmani, antara keyakinan dan intelek, antara perasaan dengan akal pikiran, serta antara dunia dengan akhirat.
Pada perkembangannya, tujuan ini kemudian dirumuskan dalam Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah sebagai berikut:
Pendidikan Muhammadiyah adalah penyiapan lingkungan yang memungkinkan seseorang tumbuh sebagai manusia yang menyadari kehadiran Allah SWT sebagai Robb dan menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS).
Baca juga: Kiai Ahmad Dahlan: Dihambat Belanda Dicap Kafir Bumi Putra
Dengan kesadaran spiritual makrifat (iman/ tauhid) dan penguasaan IPTEKS, seseorang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri, peduli sesama yang menderita akibat kebodohan dan kemiskinan, senantiasa menyebarluaskan kemakmuran, mencegah kemungkaran bagi pemuliaan kemanusiaan dalam kerangka kehidupan bersama yang ramah lingkungan dalam sebuah bangsa dan tata pergaulan yang adil, beradab dan sejahtera sebagai ibadah kepada Allah.
Selanjutnya, dalam Tanfidz tersebut dijelaskan bahwa visi pendidikan Muhammadiyah adalah terbentuknya manusia pembelajar yang bertakwa, berakhlak mulia, berkemajuan dan unggul dalam IPTEKS sebagai perwujudan tadjid dakwah amar makruf nahi munkar.
Sedangkan misi pendidikan Muhammadiyah adalah: 1) mendidik manusia memiliki kesadaran ketuhanan (spiritual makrifat), 2) membentuk manusia berkemajuan yang memiliki etos tadjid, berpikir cerdas, alternatif dan berwawasan luas.
Menurut Mu’ti, tujuan pendidikan yang dicanangkan Ahmad Dahlan telah mengakhiri dikotomi tujuan pendidikan yang ada pada saat itu yaitu pendidikan Barat yang berorientasi keduniawian di satu sisi dan pendidikan pesantren yang berorientasi pada akhirat semata di sisi yang lain.
“Inilah tujuan pendidikan yang asasi dan sesuai dengan fitrah manusia,” ujar Mu’ti.
Pendidikan haruslah memanusiakan manusia dan ditujukan untuk mengembangkan semua potensi manusia. Pendidikan macam inilah yang menurut Ahmad Tafsir akan melahirkan manusia-manusia unggul.
Baca juga: Kisah Kiai Ahmad Dahlan Merombak Ruang Tamu Rumahnya Menjadi Ruang Kelas
Melalui pendidikan Ahmad Dahlan bercita-cita membentuk generasi muslim yang berkepribadian kuat dan utuh. Mereka adalah manusia yang memiliki kualifikasi religiusitas, intelektualitas dan tanggung jawab sosial.
Pendidikan hendaknya membentuk manusia yang dekat dengan masyarakatnya dan menjadi pemimpin yang memajukan bangsanya.