JAKARTAMU.COM | Penentu arah dan kebijakan sebuah negara adalah mereka yang menguasai kapital. Sosok atau kelompok yang berkuasa atas kapital, dialah penguasa negara. Teori ini sudah terbukti di banyak negara, termasuk Indonesia, lebih-lebih Amerika Serikat (AS).
Siapapun yang menjadi presiden AS, kebijakan-kebijakan luar negeri negara itu diwarnai dan ditentukan sikap serta pandangan penguasa kapital di negara tersebut. Sudah menjadi rahasia umum, penguasa kapital di AS adalah kelompok Yahudi pro Israel.
”Itulah sebabnya masalah Israel-Palestina sampai hari ini nggak selesai-selesai,” tutur Anwar Abbas dalam ceramah Hari Bermuhammadiyah di Aula Juanda, PWM DKI Jakarta, Minggu (3/8/2025).
Menurut Anwar Abbas, jika saja Eropa dan AS berhenti mendukung dan membantu Israel, perang antara Israel dengan Palestina sudah lama selesai. Palestina pasti sudah menjadi negara merdeka.
“Saya yakin dan percaya semangat juang orang Palestina jauh lebih hebat dari orang Israel. Tetapi mengapa sejak 1948 sampai hari ini nggak selesai-selesai juga? Ya karena Israel dibantu AS. Kenapa AS mendukung Israel? Karena AS diperintah oleh Yahudi yang menguasai kapital,” katanya.
Meski demikian, Anwar Abbas menilai tidak lama lagi perang Israel-Palestina akan benar-benar berakhir. ”Kapan perang itu akan berakhir? Setelah Amerika Serikat bangkrut. Dan, hari-hari ini saya lihat fenomenanya. Prancis sudah mulai mengakui negara Palestina. Inggris juga, Kanada pun sudah. Ini adalah negara-negara besar yang selama ini beraliansi dengan AS membentuk Israel,” jelas dia.
Menurut anggota Badan Pembina Harian Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (BPH Uhamka) ini, perpecahan aliansi AS itu dipicu situasi ekonomi dalam negara, plus sikap AS sendiri.
”Karena ekonomi negara-negara maju tersebut sudah mulai bermasalah. Prancis, Inggris, dan Kanada juga sangat tersinggung dengan kebijakan ekonomi Donald Trump yang lebih mementingkan diri sendiri ketimbang memikirkan aliansinya,” kata Anwar Abbas.