Selasa, Juli 1, 2025
No menu items!

Bank Syariah Muhammadiyah adalah Kekuatan Ekonomi Umat

Must Read

Oleh Lambang Saribuana | Ketua Lazismu DKI Jakarta

ALHAMDULILLAH, kabar baik itu akhirnya datang. Sebagai ketua Lazismu DKI Jakarta, saya sangat antusias menyambut kehadiran Bank Syariah Muhammadiyah (BSM) yang  segera diluncurkan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutnya tinggal menghitung hari.

Bank Syariah Muhammadiyah bukanlah narasi gagah gagahan. Bank Syariah Muhammadiyah bukan cuma bangunan gedung tinggi yang mengatur lalu lintas uang. Bank Syariah Muhammadiyah bukan sekadar lembaga keuangan. Bank Syariah Muhammadiyah lebih dari itu semua. Ia adalah simbol sekaligus pusat kekuatan ekonomi.

Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi massa yang transparan, kredibel dan akuntabel. Kita  telah membuktikan diri lebih dari seratus tahun lamanya sebagai pionir di bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial. Kita layak berbangga atas pencapaian besar itu.

Tetapi sebuah pertanyaan terus menggelitik, kalau tidak disebut mengganjal hati, adalah fakta bahwa di sektor keuangan Muhammadiyah masih menjadi pengguna. Mengapa buka kita yang menjadi pemilik?

Sementara triliunan uang berputar di sekolah, kampus, rumah sakit, dan masjid-masjid Muhammadiyah. Setiap menit uang beredar, berpindah dari satu tangan ke tangan lain, dari satu rekening ke rekening lain. Bukankah itu semua potensi ekonomi yang sangat besar? Mengapa perputaran uang itu justru menguntungkan pihak lain yang “memanfaatkan” Muhammadiyah?

Sebagai kader Muhammadiyah, sekali lagi saya menyambut BSM dengan penuh suka cita sekaligus harapan. Saya melihat setidaknya ada tiga hal yang menopang BSM dan memungkinkannya berkembang cepat.

Pertama, ekosistem sudah terbentuk. Sebagaimana diketahui bersama, Muhamamdiiyah memiliki amal usaha (AUM) yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Kader dan jemaahnya relatif loyal, terkoneksi dengan jaringan donatur Lazismu yang sangat aktif.  Bahkan, dana zakat, infak, wakaf, dan corporate social responsibility (CSR) yang dikelola LAZISMU pun sangat besar. Ini adalah ekosistem yang siap menopang operasional bank milik persyarikatan. Dana kita, untuk kita dan tentu saja wajib berputar di bank kita. Begitulah ekosistem yang seharusnya terwujud.

Kedua, kebutuhan nyata jemaah berkaitan dengan finansial. Bayangkan berapa banyak kader Muhammadiyah yang bekerja pada amal usaha seperti kampus, sekolah, dan rumah sakit? Berapa besar cash flow di AUM-AUM tersebut setiap harinya? Coba bayangkan berapa dana ZIS di masjid-masjid Muhammadiyah setiap hari Jumat? Jujur saja, kita belum pernah menghitungnya. Belum ada data akurat soal berapa triliun sebenarnya uang beredar di situ. Belum lagi, berapa banyak pelaku UMKM di lingkaran AUM Muhammadiyah?

Semua amal usaha itu membutuhkan akses pembiayaan yang adil dan tentu saja berbasis syariah. Selama ini mereka meminjam dana ke bank, entah itu syariah atau konvensional. Tentu saja ayahanda pimpinan pusat tahu dan memahami realita ini. Oleh sebab itu tak berlebihan apabila pucuk pimpinan memiliki pemikiran untuk mendirikan bank. Karena memang sudah saatnya kita sediakan solusi untuk diri  sendiri.

Ketiga, mendorong dana umat lebih produktif. Selama ini, dana umat yang terkumpul di Lazismu disimpan di sejumlah bank. Bank-bank itulah yang menerima manfaat terbanyak atas pengumpulan dana ZIS. Karena dana yang idle itu diputar, untuk modal pembiayaan kepada pihak lain.

Di sinilah ironisnya. Sementara banyak amal usaha meminjam ke bank, sementara dana Lazismu di tempatkan di bank tersebut. Singkatnya, Muhammadiyah harus meminjam uang yang disimpannya sendiri. Yang untung tidak lain bank tersebut karena mendapatkan selisih marjin atas setiap transaksi.

Itu sebabnya, Bank Syariah Muhammadiyah – kalau memang akan menjadi nama resminya- wajib didukung agar dana Persyarikatan bisa dikelola dengan baik. Agar zakat dan wakaf bisa dikembangkan lebih produktif untuk kader dengan tetap amanah dan memberi manfaat jangka panjang kepada para mustahik.

Lazismu DKI Jakarta dengan kesadaran penuh siap berperan aktif menjadi bagian dari ekosistem ini. Kami merasa berkewajiban menempatkan seluruh dana zakat dan wakaf pada bank milik persyarikatan. Dengan senang hati Lazismu DKI Jakarta akan mempromosikan kepada para mitra untuk selalu menggunakan bank milik persyarikatan.  

Sebagai ketua Lazismu DKI Jakarta, saya akan menginstrusikan seluruh Lazismu daerah di wilayah DKI Jakarta, juga Kantor Lazismu berbasis amal usaha, baik itu rumah sakit maupun perguruan tinggi, wajib menggunakan Bank Syariah Muhammadiyah.

Kami percaya, jika Muhammadiyah bisa membangun rumah sakit dan kampus, mendirikan sebuah bank sama sekali bukan sesuatu yang sulit. Ini bukan mimpi, melainkan panggilan. Sebuah keniscayaan sejarah bagi Muhammadiyah yang sejak awal memang lahir dengan visi mengubah peradaban jauh lebih baik, demi masa depan Indonesia. (*)

Ketua PWM DKI Jakarta Antusias Sambut BSM sebagai Ikhtiar Kemandirian Umat

JAKARTAMU.COM | Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DKI Jakarta, Akhmad H. Abubakar, menyatakan antusiasme tinggi menyambut pendirian Bank Syariah...

More Articles Like This