Senin, Juni 30, 2025
No menu items!

Korban Kebrutalan Israel di Gaza Sudah Mencapai 100.000 Orang

Para peneliti menemukan bahwa hampir 100.000 warga Palestina telah tewas sejak dimulainya perang genosida Israel di Jalur Gaza pada Oktober 2023.

Must Read

JAKARTAMU.COM | Di jalan-jalan Gaza yang berdebu dan dipenuhi reruntuhan, angka tak lagi hanya hitungan statistik. Mereka menjadi nyawa yang hilang, harapan yang patah, dan potret kolektif kehancuran.

Hari ini, angka itu mencapai 100.000: jumlah korban jiwa, luka, dan hilang yang diakibatkan oleh agresi Israel selama delapan bulan terakhir.

Angka ini dipublikasikan dalam studi terbaru yang dipimpin oleh ekonom dari University of London, Profesor Michael Spagat, bersama ilmuwan politik Palestina, Khalil Shikaki. Mereka melakukan survei terhadap 2.000 rumah tangga di Gaza yang terkepung, mencakup hampir 10.000 orang.

Para peneliti menyimpulkan bahwa hingga Januari 2025, sekitar 75.200 orang tewas secara kekerasan selama agresi Israel di Gaza, sebagian besar akibat serangan langsung senjata Israel. Selain itu, 8.540 orang dilaporkan meninggal secara non-kekerasan.

Sejak Januari, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 10.000 kematian tambahan, menjadikan jumlah total korban jiwa mendekati 100.000 orang.

Rana al-Qudwa, seorang guru SD yang kini tinggal di tenda pengungsian di Rafah, menyebut kehilangan sebelas anggota keluarganya dalam satu malam. “Saya tidak tahu apakah ini perang atau pemusnahan. Tapi ini bukan lagi tentang Hamas. Ini tentang kami semua yang dihukum karena tinggal di sini,” katanya kepada reporter Al Jazeera.

Suara seperti Rana bukan satu-satunya. Di antara puing sekolah, masjid, dan rumah sakit yang hancur, muncul perasaan kolektif bahwa Gaza bukan lagi hanya wilayah yang diserang, tapi komunitas yang secara sistematis dilenyapkan. Banyak warga Palestina menyebutnya dengan satu kata: genosida.

Bencana Kemanusian

Menurut pejabat Gaza, setidaknya 66 anak-anak telah meninggal karena kelaparan yang disebabkan oleh blokade Israel yang semakin ketat. Mereka menyebut kematian anak-anak ini sebagai bagian dari bencana kemanusiaan yang kian mendalam di bawah pengepungan Israel.

Profesor Spagat menyebut data dari survei ini “menempatkan perang di Jalur Gaza sebagai salah satu konflik paling berdarah di abad ke-21.” Ia juga mencatat bahwa proporsi warga yang tewas dibandingkan total populasi mencapai sekitar 4 persen. “Saya tidak yakin ada konflik lain di abad ke-21 yang mencapai angka setinggi itu,” katanya.

Sementara itu, para peneliti juga mengungkapkan bahwa 56 persen korban tewas adalah anak-anak hingga usia 18 tahun atau perempuan.

Proporsi perempuan dan anak-anak yang tewas akibat kekerasan dalam serangan Israel ini lebih dari dua kali lipat dibandingkan konflik-konflik besar lainnya dalam beberapa dekade terakhir, kata mereka.

“Angka itu luar biasa jika dibandingkan dengan hampir semua konflik lain sejak Perang Dunia II,” demikian dilaporkan harian Israel, Haaretz.

Bobot Hukum dan Sejarah

Istilah “genosida” bukan sekadar istilah emosional. Ia memiliki bobot hukum dan sejarah. Namun ketika angka korban terus membubung, istilah itu kini berubah menjadi alat pertarungan diplomasi.

Afrika Selatan, Bolivia, Turki, dan sejumlah negara lain telah secara resmi mengajukan gugatan ke Mahkamah Internasional (ICJ), menyatakan Israel bersalah atas tindakan genosida terhadap warga Palestina.

Di pusat tuduhan genosida itu bukan hanya jumlah korban yang mati terbunuh. Tapi pola: penghancuran infrastruktur sipil, pemblokiran total terhadap bantuan makanan dan obat-obatan, serta penggunaan kelaparan sebagai taktik militer.

“Tidak ada yang bisa keluar, tidak ada yang bisa masuk. Dan kami mati perlahan,” kata seorang dokter Palestina kepada Human Rights Watch.

Laporan PBB mencatat bahwa lebih dari separuh korban yang teridentifikasi adalah anak-anak dan perempuan. Sejumlah pengamat menyebut Gaza kini menyerupai “kamp konsentrasi terbuka”, tempat penduduk sipil ditawan oleh geografi, politik, dan senjata udara.

4 Sekolah Muhammadiyah di Jakarta Terima Program Save Our School Lazismu

JAKARTAMU.COM | Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah Muhammadiyah (Lazismu) kembali menggulirkan program Save Our School (SOS). Tahun ini,...
spot_img
spot_img

More Articles Like This