Minggu, Desember 8, 2024
No menu items!

Begini Bunyi Tujuan Muhammadiyah saat Baru Didirikan

Tampak jelas dari pilihan kosa kata “memajukan” dan “menggembirakan” di rumusan dua ayat pada artikel 2.

Must Read
Miftah H. Yusufpati
Miftah H. Yusufpati
Sebelumnya sebagai Redaktur Pelaksana SINDOWeekly (2010-2019). Mulai meniti karir di dunia jurnalistik sejak 1987 di Harian Ekonomi Neraca (1987-1998). Pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Majalah DewanRakyat (2004), Wakil Pemimpin Harian ProAksi (2005), Pemimpin Redaksi LiraNews (2018-2024). Kini selain di Jakartamu.com sebagai Wartawan Senior di SINDOnews.com dan Pemimpin Umum Forum News Network, fnn.co.Id.

MUHAMMADIYAH kini tengah memperingati milad yang ke-112. Organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini lahir pada 8 Dzulhijjah 1330 H atau bertepatan dengan 18 November 1912 M. Bagaimana sejatinya gagasan Muhammadiyah saat berdiri?

“Berbagai gagasan tersebut antara lain bisa dibaca dari Anggaran Dasar pertama yang disahkan pemerintah Hindia Belanda,” tulis Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan dalam “Kiai Ahmad Dahlan Mengganti Jimat, Dukun, dan Yang Keramat Dengan Ilmu Pengetahuan Basis Pencerahan Umat Bagi Pemihakan Terhadap Si Ma’un” dalam buku “KH Ahmad Dahlan (1868-1923)“.

Buku ini diterbitkan Museum Kebangkitan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015. Abdul Munir Mulkan adalah Guru Besar tetap UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Guru Besar Emiritus Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Menurut Abdul Munir, gagasan serupa bisa dibaca dari berbagai dokumen, antara lain naskah pidato Kiai Ahmad Dahlan dalam Konggres 1922, Prasaran HoofdBestuur Muhammadiyah dalam Konggres Islam Cirebon tahun 1921.

Dalam Anggaran Dasar pertama, tujuan Muhammadiyah tertulis berikut:

“Artikel 2, maksudnya perserikatan ini yaitu: a. Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di Hindia Nederland (sebelumnya: menyebarkan pengajaran Igama Kanjeng Nabi Muhammad Sallahu Alaihi Wassalam kepada penduduk Bumiputra di dalam residensi Jogjakarta), dan b. Memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang kemauan agama Islam (setelah perubahan dari sebelumnya: memajukan hal Igama kepada anggota-anggotanya).”

Abdul Munir Mulkhan mengatakan tampak jelas dari pilihan kosa kata “memajukan” dan “menggembirakan” di rumusan dua ayat pada artikel 2 tersebut.

Demikian pula peletakan sumber rujukan pengajaran ajaran Islam pada diri Rasul Muhammad SAW. Hal ini jelas merupakan koreksi atas praktik ajaran Islam di dalam masyarakat yang selama ini tercemari oleh ketidakjelasan sumber ajaran yang misterius, mistis, gugon tuhon atau sumber yang tidak jelas.

Demikian pula halnya dengan ilmu gaib dan dukun, serta dunia keramat lainnya.

Sementara itu, kehidupan umat tampak tidak terorganisasi, hidup sendiri-sendiri, bahkan saling bertikai yang semakin memperlemah posisi tawar umat terhadap kekuatan kolonial.

Di sini kehadiran Kiai Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah menjadi berfungsi bukan hanya mencerahkan, melainkan juga menggerakkan.

Gagasan demikian akan terlihat nanti dalam dokumen prasaran HB Muhammadiyah dalam Kongres Islam Cirebon tahun 1921.

Selanjutnya, Artikel 3 menyatakan; “Maka perhimpunan itu akan menyampaikan maksudnya sebisa-bisa dengan daya upaya;

a. Memperdirikan dan memiara atau menolong hal pengajaran, yang selainnya pengajaran biasa di sekolahan, juga dipelajari pengajaran Igama Islam seperlunya.

b. Mengadakan perkumpulan anggota-anggota dan lain anggota yang suka datang, yaitu membicarakan perkara-perkara Igama Islam.

c. Memperdirikan dan memiara atau menolong langgar-langgar (wakaf dan mesjid) yang mana terpakai melakukan hal Igama atau menetapi keperluannya Igama Islam seperlunya, dan

d. Mengeluarkan sendiri atau memberi pertolongan kepada yang mengeluarkan buku-buku, surat sebaran, surat sebitan atau surat-surat kabar, yang di dalam semua perkara-perkara Igama Islam, hal kebaikannya kelakuan pengajaran dan kepercayaan yang baik, yang masing-masing tujuannya bisa mendapatkan maksudnya perhimpunan itu, tetapi sekali-kali tiada boleh nerjang wet-wetnya negri atau melanggar peraturan-peraturan yang umum atau hal kelakuan yang baik.’

Abdul Munir Mulkhan mengatakan dari artikel 3 Anggaran Dasar tersebut di atas, jelas terlihat bagaimana Kiai Ahmad Dahlan menempatkan organisasi, lembaga pendidikan, kerja sama, dan penyebaran gagasan kepada publik.

Demikian pula penggunaan media modern penerbitan dan kepustakaan. Suatu gerakan yang bukan saja dikelola secara terbuka dan modern, namun juga fokus pada usaha mempermudah pemahaman ajaran Islam bagi publik.

Kisah Sri Sultan Memerintahkan Kiai Ahmad Dahlan Pergi Haji

JAKARTAMU.COM | Suasana milad masih mewarnai Muhammadiyah saat ini. Organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini lahir pada...

More Articles Like This