KULONPROGO, JAKARTAMU.COM | Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, MA menegaskan, Tafsir At-Tanwir harus menjadi suluh peradaban yang menanamkan empat etos yaitu keilmuan, ekonomi dan kerja, sosial, serta ibadah. Hal itu disampaikan dalam pembukaan Halaqah Tafsir At-Tanwir di Kulonprogo, Sabtu (12/7/2025).
Syamsul Anwar menjelaskan, gagasan awal penyusunan Tafsir At-Tanwir lahir pada tahun 2000 setelah diskusi panjang bersama almarhum Prof. Yunahar Ilyas. Saat itu, keduanya melihat perlunya Muhammadiyah memiliki tafsir sendiri yang mampu memperkuat karakter keislaman dan mendorong pembaruan pemikiran umat.
Walaupun sempat mendapat pertanyaan kritis dari almarhum Marzuki, salah satu sesepuh Majelis Tarjih, tentang perbedaan tafsir ini dengan karya tafsir lain, Syamsul tetap optimis. Ia pun menyusun kerangka tafsir dengan tiga etos awal: keilmuan, ekonomi dan kerja, serta sosial. Namun, atas saran almarhum Saad Abdul Wahid, etos ibadah akhirnya ditambahkan sebagai pilar keempat.
“Etos keilmuan sangat penting. Tidak harus penuh teori akademik yang berbelit, tetapi harus mampu menggugah cinta ilmu,” ujar Syamsul.
Syamsul mengatakan, umat Islam masih kerap abai pada kedisiplinan dan kualitas kerja. Melalui Tafsir At-Tanwir, ia berharap muncul kesadaran untuk bekerja dengan standar mutu tinggi, sesuai dengan ajaran Al-Qur’an yang mendorong produktivitas.
“Kita sering tidak tepat waktu. Ini kelemahan yang harus kita perbaiki,” tegasnya.
Etos sosial juga diangkat sebagai elemen penting. Tafsir ini harus menanamkan nilai solidaritas dan kepedulian, terutama terhadap kelompok masyarakat kecil. “Jangan sampai kita tercerabut dari urusan rakyat kecil hanya karena sibuk urusan duniawi,” imbuh Syamsul.
Sementara itu, etos ibadah sebagai pilar terakhir menjadi fondasi spiritual yang memperluas makna ibadah, tidak hanya sebatas ritual, tetapi juga segala bentuk amal baik dalam kehidupan sehari-hari. “Setiap perbuatan kita seharusnya bernilai ibadah jika diniatkan untuk Allah,” jelasnya.
Dengan empat etos tersebut, Tafsir At-Tanwir diharapkan tidak hanya berhenti pada teks, tetapi mampu menjadi inspirasi gerakan perubahan umat menuju kehidupan yang lebih berkemajuan.