Jumat, Juli 11, 2025
No menu items!

Surga Yang Dijanjikan

Must Read

Oleh Muhammad Nashihudin, M.Si.*

SURGA YANG dijanjikan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang beriman pasti akan terpenuhi dan terjawab dengan sempurna karena Dia tidak pernah menyalahi janjiNya.
Marilah kita mentadabburi ayat ayat berikut ini untuk meraih semua kenikmatan yang ada di surga.

Allah SWT berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ كَا نَتْ لَهُمْ جَنّٰتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا 

“Sungguh, orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, untuk mereka disediakan Surga Firdaus sebagai tempat tinggal,”
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 107)

خٰلِدِيْنَ فِيْهَا لَا يَـبْغُوْنَ عَنْهَا حِوَلًا

“mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin pindah dari sana.”
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 108)

Kenikmatan surga adalah salah satu konsep yang penting dalam Islam, yang menggambarkan kebahagiaan dan kesenangan yang akan dirasakan oleh orang-orang yang beriman dan beramal saleh di akhirat. Berikut beberapa informasi tentang kenikmatan surga:

Kenikmatan Surga

  1. Penglihatan Allah: Kenikmatan surga yang paling besar adalah penglihatan Allah SWT, yang merupakan kebahagiaan yang tidak dapat dibandingkan dengan apa pun.
  2. Kehidupan yang Abadi: Surga adalah tempat kehidupan yang abadi, di mana tidak ada kematian atau kelelahan.
  3. Kesenangan yang Tidak Terbatas: Surga adalah tempat kesenangan yang tidak terbatas, di mana tidak ada kesedihan atau kekecewaan.

Jenis-Jenis Kenikmatan Surga

  1. Kenikmatan Jasmani: Kenikmatan surga juga meliputi kenikmatan jasmani, seperti makanan dan minuman yang lezat, serta pasangan yang cantik dan tampan.
  2. Kenikmatan Rohani: Kenikmatan surga juga meliputi kenikmatan rohani, seperti kedamaian dan kebahagiaan yang tidak dapat dibandingkan dengan apa pun.

Cara Mencapai Kenikmatan Surga

  1. Beriman dan Beramal Saleh: Cara mencapai kenikmatan surga adalah dengan beriman dan beramal saleh, serta menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.
  2. Mengembangkan Ketaqwaan: Mengembangkan ketaqwaan dan kesadaran akan kehadiran Allah SWT dalam setiap aspek kehidupan juga dapat membantu mencapai kenikmatan surga.

Pelajaran yang Dapat Diambil

  1. Pentingnya Beriman dan Beramal Saleh: Kenikmatan surga menekankan pentingnya beriman dan beramal saleh dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Pentingnya Mengembangkan Ketaqwaan: Kenikmatan surga juga menekankan pentingnya mengembangkan ketaqwaan dan kesadaran akan kehadiran Allah SWT dalam setiap aspek kehidupan.

Dengan memahami konsep kenikmatan surga, kita dapat meningkatkan kesadaran kita tentang pentingnya beriman dan beramal saleh, serta mengembangkan ketaqwaan dan kesadaran akan kehadiran Allah SWT dalam setiap aspek kehidupan.

  1. Para penghuni surga diberikan perhiasan dan aksesoris yang terbuat dari emas dan sutra

اُولٰٓئِكَ لَهُمْ جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهِمُ الْاَ نْهٰرُ يُحَلَّوْنَ فِيْهَا مِنْ اَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَّ يَلْبَسُوْنَ ثِيَا بًا خُضْرًا مِّنْ سُنْدُسٍ وَّاِسْتَبْرَقٍ مُّتَّكِـئِيْنَ فِيْهَا عَلَى الْاَ رَآئِكِ ۗ نِعْمَ الثَّوَا بُ ۗ وَحَسُنَتْ مُرْتَفَقًا

“Mereka itulah yang memperoleh Surga ‘Adn, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; (dalam surga itu) mereka diberi hiasan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutra halus dan sutra tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. (Itulah) sebaik-baik pahala dan tempat istirahat yang indah;”
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 31)

  1. Di surga segala kebutuhan dan keinginan terpenuhi dengan sempurna

نَحْنُ اَوْلِيٰۤـؤُکُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰ خِرَةِ ۚ وَلَـكُمْ فِيْهَا مَا تَشْتَهِيْۤ اَنْفُسُكُمْ وَلَـكُمْ فِيْهَا مَا تَدَّعُوْنَ

“Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apa yang kamu minta.”
(QS. Fussilat 41: Ayat 31)

نُزُلًا مِّنْ غَفُوْرٍ رَّحِيْمٍ

“Sebagai penghormatan (bagimu) dari (Allah) Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
(QS. Fussilat 41: Ayat 32)

  1. Para penghuninya Sibuk menikmati hidangan surga

اِنَّ اَصْحٰبَ الْجَـنَّةِ الْيَوْمَ فِيْ شُغُلٍ فٰكِهُوْنَ 

“Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka).”
(QS. Ya-Sin 36: Ayat 55)

هُمْ وَاَ زْوَا جُهُمْ فِيْ ظِلٰلٍ عَلَى الْاَ رَآئِكِ مُتَّكِــئُوْنَ

“Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan.”
(QS. Ya-Sin 36: Ayat 56)

لَهُمْ فِيْهَا فَا كِهَةٌ وَّلَهُمْ مَّا يَدَّعُوْنَ 

“Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa saja yang mereka inginkan.” (QS. Ya-Sin 36: Ayat 57)

سَلٰمٌ ۗ قَوْلًا مِّنْ رَّبٍّ رَّحِيْمٍ

“(Kepada mereka dikatakan), “Salam,” sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.” (QS. Ya-Sin 36: Ayat 58)

  1. Para bidadari siap melayani

اِنَّاۤ اَنْشَأْنٰهُنَّ اِنْشَآءً 

“Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari itu) secara langsung,” (QS. Al-Waqi’ah 56: Ayat 35)

فَجَعَلْنٰهُنَّ اَبْكَا رًا 

“lalu Kami jadikan mereka perawan-perawan,” (QS. Al-Waqi’ah 56: Ayat 36)

عُرُبًا اَتْرَا بًا 

“yang penuh cinta (dan) sebaya umurnya,” (QS. Al-Waqi’ah 56: Ayat 37)

  1. Kajian Tafsir Ibnu Katsir tentang kehidupan di surga Fathir, ayat 33-35
    {جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَلُؤْلُؤًا وَلِبَاسُهُمْ فِيهَا حَرِيرٌ (33) وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ (34) الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهِ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ (35) }

(Bagi mereka) surga ‘Adn. mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutra. Dan mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu.”

Allah (Subhanahu wa Ta’ala) menceritakan bahwa mereka yang dipilih oleh-Nya dari kalangan hamba-hamba-Nya dan yang menerima Al-Kitab yang diturunkan dari sisi Tuhan semesta alam, pada hari kiamat kelak tempat tinggal mereka adalah surga ‘Adn. Yakni surga itu menjadi tempat tinggal mereka, mereka akan memasukinya di hari mereka dibangkitkan dan pada hari mereka tiba di hadapan Allah (Subhanahu wa Ta’ala).

{يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَلُؤْلُؤًا}

di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara. (Fathir: 33)

Sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis sahih dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) bahwa beliau pernah bersabda:

“تَبْلُغُ الْحِلْيَةُ مِنَ الْمُؤْمِنِ حَيْثُ يَبْلُغُ الْوُضُوءُ”

Perhiasan yang dikenakan orang mukmin (di dalam surga) mencapai batas yang dikenai oleh air wudunya.

Firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala).:

{وَلِبَاسُهُمْ فِيهَا حَرِيرٌ}

dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutra. (Fathir: 33)

Karena itulah kain sutra diharamkan bagi mereka (kaum laki-laki) di dunia sedangkan di akhirat nanti Allah (Subhanahu wa Ta’ala) menghalalkannya bagi mereka. Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan, bahwa Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) pernah bersabda:

“مَنْ لَبِسَ الْحَرِيرَ فِي الدُّنْيَا لَمْ يَلْبَسْهُ فِي الْآخِرَةِ”

Barang siapa yang mengenakan kain sutra di dunia, maka dia tidak akan memakainya di akhirat nanti.

Dan sabda Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam).:

هِيَ لَهُمْ فِي الدُّنْيَا وَلَكُمْ فِي الْآخِرَةِ”

Kain sutra itu bagi mereka (orang-orang kafir) di dunia, dan bagi kalian (orang-orang mukmin) kelak di akhirat (di surga).

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ سَوَادٍ السَّرْحي، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، عَنِ ابْنِ لَهِيعَة، عَنْ عُقَيْلِ بْنِ خَالِدٍ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ؛ أَنَّ أَبَا أُمَامَةَ حَدَّثَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَهُمْ، وَذَكَرَ حُلِيَّ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَقَالَ: “مُسَوَّرُونَ بِالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ، مُكَلَّلة بِالدُّرِّ، وَعَلَيْهِمْ أَكَالِيلُ مِنْ دُرّ وَيَاقُوتٍ مُتَوَاصِلَةٌ، وَعَلَيْهِمْ تَاجٌ كَتَاجِ الْمُلُوكِ، شَبَابٌ جُرْدٌ مُردٌ مكحَّلُون”.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Sawad As-Sarhi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, dan Ibnu Lahi’ah, dari Aqil ibnu Khalid, dari Al-Hasan, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan, bahwa Abu Umamah r.a. pernah menceritakan bahwa Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) pernah bersabda kepada mereka yang antara lain menyebutkan masalah perhiasan (pakaian) yang dikenakan oleh ahli surga. Beliau (shallallahu ‘alaihi wasallam) bersabda: Mereka mengenakan gelang-gelang yang terbuat dari emas dan perak yang dihiasi dengan intan berlian, dan mereka memakai kalung yang terbuat dari intan mutiara dan yaqut yang diuntai menjadi satu, dan mereka mengenakan mahkota seperti mahkota para raja; mereka semuanya masih muda-muda, berusia sebaya, tampan-tampan lagi bercelak.

Firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala).:

{وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ}

Dan mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami.” (Fathir: 34)

Yakni hal-hal yang menakutkan. Allah telah melenyapkannya dari kami dan menyelamatkan kami dari apa yang kami takutkan dan kami hindari, yaitu kesusahan-kesusahan di dunia dan di akhirat.

قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ “لَيْسَ عَلَى أَهْلِ “لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ” وَحْشَةٌ فِي قُبُورِهِمْ وَلَا فِي مَنْشَرِهِمْ، وَكَأَنِّي بِأَهْلِ “لَا إِلَهَ إِلَّا الله” ينفضون التراب عن رؤوسهم، وَيَقُولُونَ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ}

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam telah meriwayatkan dari ayahnya, dari Ibnu Umar r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) pernah bersabda: Tidak ada rasa ngeri bagi ahli la ilaha illalldh di dalam kubur mereka dan tidak pula pada hari berbangkit. Seakan-akan aku melihat saat mereka dibangunkan dari kuburnya sedang menepiskan debu dari kepala mereka dan mereka mengucapkan, “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami.”

Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkannya melalui hadis Ibnu Umar.

قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْفِرْيَابِيُّ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مُوسَى الْمَرْوَزِيُّ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ وَهْبٍ الْكُوفِيُّ، عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ حَكِيمٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: “لَيْسَ عَلَى أَهْلِ “لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ” وَحْشَةٌ فِي الْمَوْتِ وَلَا فِي قُبُورِهِمْ وَلَا فِي النُّشُورِ. وَكَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِمْ عِنْدَ الصَّيْحَةِ ينفضون رؤوسهم مِنَ التُّرَابِ، يَقُولُونَ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ}

Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ja’far ibnu Muhammad Al-Faryabi, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Yahya Al-Marwazi, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Abdullah ibnu Wahb Al-Kufi, dari Abdul Aziz ibnu Hakim, dari Ibnu umar r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) pernah bersabda: Tidak ada rasa takut dan ngeri bagi ahli la ilaha illallah saat menghadapi kematiannya, dan tidak pula dalam kuburnya, tidak pula ketika dibangkitkan. Dan seakan-akan aku melihat mereka saat dibangkitkan sedang menepiskan debu dari kepala mereka, seraya mengucapkan, “Segala puji bagi Allah yang telah melenyapkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”

Ibnu Abbas r.a. dan lain-lainnya mengatakan bahwa Allah memberikan ampunan bagi mereka terhadap kebanyakan dari dosa-dosa mereka dan menerima dengan baik betapa pun kecilnya amal-amal kebaikan mereka.

{الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهِ}

Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya. (Fathir: 35)

Mereka mengatakan bahwa Dialah yang telah menempatkan kami kedudukan dan tempat tinggal di surga ini sebagai karunia dan rahmat dari-Nya, sekalipun amal-amal kami tidak sebanding dengan karunia ini. Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) pernah bersabda:

“لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ”. قَالُوا: وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: “وَلَا أَنَا، إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ”.

Tidaklah amal perbuatan seseorang dari kalian dapat memasukkannya ke dalam surga.” Mereka bertanya, “Dan tidak juga Engkau, Wahai Rasulullah ?” Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) menjawab, “Tidak juga diriku terkecuali bila Allah (Subhanahu wa Ta’ala) mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepadaku.”

Firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala).:

{لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ}

di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tidak pula merasa lesu. (Fathir: 35)

Yakni di dalam surga kami tidak mengalami lagi kelelahan, kelesuan, dan kepayahan, seakan-akan makna yang dimaksud menunjukkan bahwa hal tersebut ditiadakan dari mereka; tiada kelelahan pada tubuh mereka, tiada pula pada arwah mereka; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Yang antara lain ialah dahulu mereka terbiasa mengerjakan ibadah ketika di dunia secara rutin, dan setelah mereka masuk surga kewajiban itu digugurkan dari mereka, kemudian mereka berada di dalam kesenangan yang abadi dan terus-menerus. Allah (Subhanahu wa Ta’ala) berfirman kepada mereka (ahli surga):

{كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الأيَّامِ الْخَالِيَةِ}

Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” (Al-Haqah: 24)

Maha benar Allah dengan segala firman Nya (*)

|* Penulis, Ketua Majelis Tabligh PDM Jakarta Timur dan Anggota Majelis Tabligh PWM Muhammadiyah DKI Jakarta. NBM: 995503

Dua Luka dalam Satu Atap (11): Satu-Satunya Alasan Aku Bertahan

MALAM merambat seperti hembusan dingin yang tak diundang. Kau sudah lama mematikan lampu kamar, tapi aku masih terjaga di...

More Articles Like This