JAKARTAMU.COM | Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan Baitul Haram sebagai tempat yang diagungkan. Masjidil Haram dijadikan sebagai halaman bagi Baitul Haram, Kota Makkah sebagai halaman bagi Masjidil Haram, tanah haram sebagai halaman bagi Makkah, miqat-miqat sebagai halaman bagi tanah haram, dan Semenanjung Arab sebagai halaman bagi miqat. Semua ini menunjukkan keagungan dan kemuliaan Baitullah al-Haram.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah), yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia.
Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri dalam buku berjudul “Mukhtasar Alfiqh Al’iislamii” menyebut mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.
“Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” [Ali ‘Imran: 96–97]
Kemuliaan dan Rahasia Ibadah Haji
Ibadah haji merupakan simbol dari pelaksanaan persaudaraan Islam dan persatuan umat. Dalam ibadah haji, seluruh perbedaan jenis, warna kulit, bahasa, tanah air, dan tingkatan sosial sirna. Yang tampak hanyalah hakikat penghambaan dan persaudaraan sesama muslim. Semua mengenakan pakaian yang sama, menghadap kiblat yang sama, dan menyembah Tuhan Yang Satu.
Haji juga merupakan madrasah ruhaniyah, di mana seorang muslim membiasakan diri untuk bersabar, mengingat hari kiamat dan dahsyatnya, merasakan kelezatan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengenal keagungan Rabb-nya, serta menyadari kefakiran dan kelemahan seluruh makhluk di hadapan-Nya.
Haji adalah musim agung untuk memperoleh pahala, dilipatgandakannya kebaikan, dan dihapuskannya dosa-dosa. Seorang hamba bersimpuh di hadapan Rabb-nya dengan ikrar tauhid, pengakuan dosa, dan kelemahan dalam menunaikan hak-hak Allah. Ia pun kembali dari haji dalam keadaan suci dari dosa, seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya.
Ibadah haji juga mengingatkan kita pada jejak para nabi dan rasul ‘alaihimus shalatu was salam: bagaimana mereka beribadah, berdakwah, berjihad, dan berakhlak. Haji menanamkan dalam jiwa semangat pengorbanan, termasuk berpisah dari keluarga dan anak demi memenuhi panggilan Allah.
Haji adalah timbangan yang memperlihatkan kondisi kaum muslimin secara menyeluruh—dalam hal ilmu dan kebodohan, kekayaan dan kemiskinan, keistiqamahan dan penyimpangan.