Selasa, Agustus 5, 2025
No menu items!

Ibu Rumah Tangga Berperan Tekan Investasi Tinggi untuk Kurangi Emisi

Must Read

JAKARTAMU.COM | Perubahan iklim global berkaitan langsung dengan penggunaan energi di tingkat rumah tangga. Tanpa perlu investasi besar, setiap keluarga sebenarnya bisa ikut mengurangi emisi karbon. Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Eniya Listiani Dewi, menyampaikan, gaya hidup hemat energi harus dimulai dari rumah dan dilandaskan pada nilai keislaman.

“Gaya hidup hemat energi juga bagian dari pengamalan nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari. Ibu sebagai pendidik pertama, menjadi posisi yang sangat strategis untuk menanamkan perubahan pola hidup yang hemat energi, demi kelestarian lingkungan dan masa depan anak cucu kita,” ujarnya dalam sosialisasi bertajuk “Hemat Energi, Gaya Hidup Islami: Peran Ibu untuk Lingkungan yang Berkelanjutan”, Selasa (5/8/2025).

Menurut Eniya, upaya negara dalam mengembangkan energi baru terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga surya, mikrohidro, dan tenaga angin memang membutuhkan investasi tinggi. Namun kontribusi rumah tangga tidak kalah penting.

”Dengan melakukan budaya hemat energi… dapat menurunkan emisi 37%, tanpa investasi yang besar,” jelasnya dalam acara yang digelar Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama Program 1000 Cahaya Muhammadiyah dan Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) PP ‘Aisyiyah secara daring tersebut.

Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Prof. Masyitoh Chusnan mengungkapkan bahwa ibu memiliki posisi strategis membentuk kesadaran keluarga. Perempuan adalah ummu atau ibu yang diteladani, dapat membentuk umat dan imam yang juga layak diteladani.

“Sebagai ibu kita harus bisa menjadi tauladan, menjadi contoh di dalam keluarga, bagaimana kita bisa menghemat energi yang kita butuhkan sehari-hari,” kata Masyitoh.

Dalam kerangka gerakan ‘Aisyiyah, isu energi juga berkaitan dengan cita-cita kemanusiaan. “Sebagai khalifatul fil ard, hemat energi sebuah keniscayaan yang harus kita lakukan, dalam rangka menyemaikan benih-benih kebaikan, kebajikan, kebenaran, keadilan, kedamaian, dan kemaslahatan ummat,” ujar Masyitoh.

Hening Parlan, Direktur Program 1000 Cahaya Muhammadiyah sekaligus Wakil Ketua LLHPB PP ‘Aisyiyah, menggarisbawahi peran ibu sebagai sentral dalam manajemen energi rumah tangga. “Dari cara ibu mengatur konsumsi listrik, air, memasak, sampai memilih peralatan rumah tangga, semuanya berpengaruh besar terhadap keberlanjutan,” ucapnya. Ia menyebut, perubahan perilaku oleh ibu dapat menghemat hingga 15% emisi karbon dalam rumah tangga.

Program 1000 Cahaya Muhammadiyah, lanjut Hening, mendorong transisi energi melalui dua langkah utama: efisiensi dan pemanfaatan energi terbarukan. Program ini dijalankan melalui masjid, ranting, sekolah, pondok pesantren, dan komunitas ‘Aisyiyah.

Dari aspek teknis, Koordinator Pengembangan Usaha Konservasi Energi, Devi Laksmi, menjelaskan kaitan langsung antara pemanasan global dan konsumsi energi. “Padahal, energi kini menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari—mulai dari gas, transportasi, hingga komunikasi seperti mengisi daya ponsel,” katanya.

Ia menekankan pentingnya penghematan energi bukan hanya untuk lingkungan, tetapi juga pengeluaran rumah tangga. “Dan siapa yang paling berperan dalam mengatur pengeluaran di rumah? Ya, para ibu,” tegas Devi. Ia mengutip QS Al-A’raf ayat 56 yang melarang manusia berbuat kerusakan di bumi, termasuk dalam hal pemborosan energi. “Maka mari kita gunakan peralatan sesuai kebutuhan, jika tidak digunakan, matikan saja,” ajaknya.

Pentingnya konsep rumah sehat dan hemat energi juga diangkat oleh Endang Widayati, Widyaiswara Ahli Madya PPSDM KEBTKE. Ia mengingatkan bahwa kenyamanan hunian berpengaruh pada kesehatan dan efisiensi energi. “Rumah yang bersih, menjadikan kita sehat dan nyaman ditinggali. Untuk mendukung itu, tata cahaya dan tata udara memegang peran penting,” jelasnya. Ia menyarankan pemanfaatan ventilasi alami dengan membuka jendela atau membangun sirkulasi udara yang baik.

Sementara itu, Herlin Herlianika dari CLASP menyoroti pentingnya edukasi dalam memilih peralatan rumah tangga. “Saat membeli alat elektronik seperti rice cooker, mesin cuci, atau lampu, pastikan memilih yang memiliki label hemat energi dengan jumlah bintang yang banyak,” kata Herlin. Ia menjelaskan bahwa label tersebut adalah kebijakan Kementerian ESDM untuk melindungi masyarakat dari produk boros energi.

Ia juga menekankan perlunya penyebaran pengetahuan di lingkungan sekitar. “Kalau sudah tahu, mari kita sampaikan ke teman-teman, tetangga, atau komunitas sekolah,” ujarnya. Menurutnya, edukasi semacam ini dapat menjadi investasi jangka panjang, baik untuk keuangan rumah tangga maupun untuk kelestarian bumi.

Acara ini diikuti oleh lebih dari 285 peserta dari berbagai kalangan, termasuk Majelis Lingkungan Hidup Muhammadiyah dan LLHPB ‘Aisyiyah dari seluruh Indonesia. Kegiatan ini diharapkan melahirkan pelopor gaya hidup berkelanjutan yang dimulai dari rumah dan dilakukan secara konsisten oleh seluruh anggota keluarga. (*)

Cendekiawan Muslim Bahas Viabilitas Masyarakat Madani di Indonesia dan Malaysia

JAKARTAMU.COM | Sejumlah cendekiawan Muslim dari Indonesia berkumpul dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Viabilitas Masyarakat dan Negara Madani...

More Articles Like This