HIDUP ini adalah perjalanan panjang yang penuh dengan liku, harapan, dan kecintaan. Namun di tengah hiruk-pikuk dunia, sering kali manusia tergelincir: mendahulukan segala yang fana, menomorduakan Yang Maha Abadi. Padahal, seluruh makhluk, seluruh nikmat, dan seluruh kasih sayang hakikatnya hanya bermuara kepada satu sumber, yaitu Allah subḥānahu wa ta’ālā.
Allah berfirman:
﴿ وَٱللَّهُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ ﴾
“Dan Allah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Ṭāhā: 73)
Mencintai Allah haruslah menjadi pusat dari seluruh orientasi cinta kita. Bukan berarti kita tak boleh mencintai keluarga, harta, atau sahabat. Tetapi cinta itu haruslah bercabang dari kecintaan kepada Allah, bukan menjadi tandingan-Nya. Sebab, sesungguhnya, alasan sejati cinta adalah kesempurnaan yang mutlak, pemberian yang hakiki, dan keabadian yang tiada tanding. Siapakah yang memiliki semua itu selain Allah?
Allah berfirman:
﴿ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ أَشَدُّ حُبًّۭا لِّلَّهِ ﴾
“Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165)
Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam menegaskan dalam sebuah sabda yang mulia:
«ثَلاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ»
“Tiga perkara, barang siapa yang memilikinya, maka ia akan merasakan manisnya iman: (1) Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya; (2) mencintai seseorang, tidaklah mencintainya kecuali karena Allah; (3) membenci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana ia membenci untuk dilemparkan ke dalam api.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketahuilah, bila kita melebihkan Allah dalam cinta kita, maka kita tidak akan pernah rugi. Sebaliknya, Allah akan menjadikan hati kita penuh ketenangan, jiwa kita dipenuhi kekuatan, dan kehidupan kita dipenuhi berkah.
Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«إِذَا أَحَبَّ اللَّهُ الْعَبْدَ، نَادَى جِبْرِيلَ: إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ، فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ، فَيُنَادِي جِبْرِيلُ فِي أَهْلِ السَّمَاءِ: إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ، فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ، ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الأَرْضِ»
“Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Allah memanggil Jibril seraya berfirman: ‘Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah ia.’ Maka Jibril pun mencintainya. Lalu Jibril menyeru penduduk langit: ‘Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah dia.’ Maka seluruh penduduk langit mencintainya, lalu diletakkanlah penerimaan baginya di bumi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Renungkanlah, betapa agungnya balasan bagi mereka yang mengutamakan cinta kepada Allah. Tidak hanya disayang di langit, tetapi juga disayang di bumi. Maka jangan pernah menomorduakan Allah dalam hidupmu. Dalam setiap langkah, keputusan, dan cita-cita, pastikan Allah ada di tempat pertama.
Sebelum engkau mencari rida manusia, carilah rida Allah. Sebelum engkau mengejar cinta dunia, kejarlah cinta Allah. Sebab, siapa yang memiliki cinta Allah, ia telah memiliki segalanya. Dan siapa yang kehilangan cinta Allah, walau seluruh dunia berada dalam genggamannya, hakikatnya ia tidak memiliki apa-apa.
Allah berfirman:
﴿ قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ ﴾
“Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Āli ‘Imrān: 31)
Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang meletakkan-Nya pada posisi paling mulia di hati kita, lebih dari dunia dan seisinya. Karena hanya dengan itu kita bisa berharap kepada-Nya kebahagiaan sejati di dunia maupun di akhirat. (*)