Minggu, Juni 29, 2025
No menu items!

Jumlah Kromosom Y Menyusut, Seperti Apa Pria di Masa Depan?

Must Read

PERNAHKAH Anda berpikir bahwa suatu saat pria bakal punah? Bukan karena perang atau pandemi, tapi karena evolusi biologis. Itu bukan isapan jempol. Para ilmuwan telah lama mencatat bahwa kromosom Y—penentu jenis kelamin pria—semakin menyusut seiring waktu.

Kalau dianalogikan, kromosom Y adalah buku petunjuk genetik untuk membangun tubuh pria. Masalahnya, buku itu sekarang cuma setebal pamflet, penuh halaman hilang. Dalam laporan “The male-specific region of the human Y chromosome is a mosaic of discrete sequence classes” oleh Skaletsky dan tim dalam Nature (2003), disebutkan bahwa kromosom Y dulunya memiliki sekitar 1.600 gen, tapi kini tinggal sekitar 55 gen saja yang aktif dan bertahan.

Kenapa bisa menyusut begitu drastis? Jawabannya ada pada mekanisme genetik yang disebut rekombinasi. Hampir semua kromosom punya pasangan untuk bertukar materi genetik, proses yang membantu memperbaiki kerusakan DNA. Tapi kromosom Y tidak punya pasangan yang setara. Tanpa proses rekombinasi ini, mutasi menumpuk dan kerusakan tidak bisa diperbaiki. Dalam artikel “Sex chromosome specialization and degeneration in mammals” oleh Jennifer A.M. Graves di Nature Reviews Genetics (2006), dijelaskan bahwa inilah yang menyebabkan Y terus mengalami degenerasi.

Lalu, seberapa parah kondisi ini? Menurut artikel “Are sex chromosomes doomed?” oleh Graves dalam Philosophical Transactions B (2012), kromosom Y manusia bisa benar-benar lenyap dalam 4,6 juta tahun, jika tren penyusutannya terus berlanjut.

Namun, apakah itu berarti pria akan hilang? Belum tentu. Evolusi sering menemukan jalan. Misalnya, dalam artikel “Sex determination without the Y chromosome in two Japanese rodents Tokudaia osimensis and Tokudaia tokunoshimensis” oleh Sutou dan rekan-rekan dalam Current Biology (2001), disebutkan bahwa dua spesies tikus berduri di Jepang sudah kehilangan kromosom Y dan gen SRY, tapi tetap memiliki pejantan yang subur. Mereka menggunakan gen lain yang berpindah ke kromosom berbeda untuk menggantikan fungsinya. Ini membuktikan bahwa sistem penentuan jenis kelamin bisa beradaptasi secara luar biasa.

Dalam kasus manusia, para ilmuwan melihat tanda-tanda bahwa gen-gen penting di kromosom Y mulai “menyelamatkan diri” dengan berpindah ke kromosom lain. Tapi tentu saja, ini bukan proses yang cepat.

Beberapa gen yang tersisa di kromosom Y juga terbukti sangat penting dan bertahan kuat. Salah satunya adalah gen DAZ, yang sangat penting untuk produksi sperma. Dalam artikel “Diverse spermatogenic defects in humans caused by Y chromosome deletions encompassing a novel RNA-binding protein gene” oleh Reijo dan tim dalam Nature Genetics (1995), ditunjukkan bahwa hilangnya gen DAZ dapat menyebabkan kemandulan pada pria.

Kita tidak harus khawatir dengan fenomena ini. Dalam artikel “Satellite repeat expansions confound variant discovery and gene annotation on the human Y chromosome”, Besenbacher dan tim dalam PLoS Genetics (2020) menyatakan kromosom Y mungkin sedang memasuki fase stabil. Artinya, meskipun ukurannya kecil dan gen yang tersisa terbatas, ia bisa saja bertahan dalam bentuk minimal tapi tetap berfungsi.

Di luar itu, teknologi medis dan bioteknologi juga memberi harapan baru. Dalam laporan “Preservation of Y chromosome gene content despite notable rate of gene loss in ancestral mammals” oleh Bellott dan rekan-rekannya dalam Nature (2014), ditunjukkan bahwa meskipun kromosom Y terus mengalami penyusutan, gen-gen kunci yang tersisa memiliki fungsi penting dalam reproduksi dan bertahan secara evolusioner. Penelitian ini menjadi dasar bagi pandangan bahwa fungsi biologis pria mungkin bisa tetap bertahan, baik secara alami maupun dengan bantuan sains modern seperti fertilisasi in vitro dan rekayasa genetik.

Kita tidak tahu pasti ke mana arah evolusi membawa kita. Tapi yang jelas, kromosom Y adalah contoh nyata bahwa tubuh manusia terus berubah. Ia mengingatkan kita bahwa tak ada yang benar-benar tetap dalam biologi.

Begitulah ilmu pengetahuan menemukan data-data yang membuktikan berkurangnya jumlah kromosom pria. Jika suatu saat sistem biologis pria berubah drastis, apakah konsep tentang pria yang maskulin ikut berubah? Apakah kita siap menerima “pria” versi baru yang secara biologis berbeda tapi tetap fungsional? Atau lebih lugas barangkali, apakah masyarakat akhirnya akan menerima pria yang berlaku seperti perempuan? Mungkin suatu hari nanti, “pria” akan tampil dalam bentuk yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya. (*)

Energi di Minggu Pagi, 31 Ribu Pelari Ramaikan Jakarta International Marathon 2025

JAKARTAMU.COM | Ribuan derap langkah kaki memenuhi ruas-ruas jalan utama Jakarta pagi ini. Ya, hari ini Jakarta International Marathon...
spot_img
spot_img

More Articles Like This