Rabu, April 30, 2025
No menu items!

Kolaborasi Lintas Agama untuk Mitigasi Risiko Lingkungan Masa Depan Berkelanjutan

Must Read

JAKARTAMU.COM | PPN/Bappenas bersama The Foreign, Commonwealth, and Development Office of the UK Government (FCDO) menyelenggarakan Forum Grup Diskusi (FGD) dengan tema “Konsultasi tentang Kerja-kerja Advokasi dalam Keterlibatan Keagamaan dan Lintas Iman untuk Memitigasi dan Mengelola Risiko Lingkungan”, Kamis (13/3/2025). Acara ini adalah bagian Program Pembangunan Rendah Karbon (Low Carbon Development Initiative/LCDI) Fase 2, yang diinisiasi Oxford Policy Management Limited (OPML) dan Eco Bhinneka Muhammadiyah.

Parid Ridwanuddin dari Eco Bhinneka Muhammadiyah dan GreenFaith Indonesia, dalam sambutannya menekankan betapa pentingnya melibatkan generasi muda dalam upaya mengatasi krisis lingkungan.

“Berdasarkan survei UNDP 2022 terhadap 2 juta anak muda di 50 negara, generasi berusia 0-35 tahun memiliki keresahan yang tinggi terhadap situasi lingkungan saat ini. Mereka mendesak pemerintah untuk segera mengambil langkah nyata menyelesaikan krisis lingkungan. Sementara itu, generasi di atas 36 tahun cenderung bersikap kurang peduli terhadap krisis,” ujarnya.

Parid menjelaskan bahwa ketidakpedulian generasi sebelumnya telah menciptakan ketimpangan antargenerasi. “Generasi mendatang memiliki hak yang sama untuk menikmati bumi yang sehat. Kita harus mewariskan mata air, bukan air mata,” tegasnya. Ia juga menyoroti pentingnya memberikan ruang bagi generasi muda dalam proses pengambilan kebijakan publik, mengingat banjir, longsor, dan bencana lingkungan lainnya terus terjadi akibat kurangnya perubahan mendasar dalam pengelolaan lingkungan.

Hadir sebagai pematik diskusi, Al Bawi, pegiat lingkungan dari Kalimantan Selatan, membagikan pengalamannya dalam gerakan Save Meratus. Kawasan Meratus yang kaya akan keanekaragaman hayati telah lama menghadapi ancaman deforestasi, pertambangan, dan perubahan iklim. Melalui kolaborasi lintas agama, Muhammadiyah berhasil membentuk kader peduli lingkungan, memperkuat kapasitas advokasi, dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian Meratus.

“Kolaborasi lintas agama dan partisipasi aktif masyarakat adalah kunci dalam menghadapi krisis lingkungan,” ujar Al Bawi. Ia berharap gerakan ini dapat menginspirasi inisiatif serupa di seluruh Indonesia, di mana generasi muda dapat menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif bagi lingkungan.

Peran Strategis Lembaga Keagamaan

Ara Kusuma, Youth Work Manager and Integration Ashoka, menegaskan bahwa lembaga keagamaan memiliki peran strategis dalam upaya pelestarian lingkungan. “Lembaga keagamaan dapat berperan melalui tiga aspek: edukasi dan kesadaran, aksi nyata, serta advokasi kebijakan,” jelasnya.

Ia mencontohkan inisiatif seperti penghijauan, pengelolaan sampah, dan kampanye kesadaran lingkungan yang dapat digerakkan oleh komunitas berbasis agama, khususnya anak muda.

“Ayo teman-teman, kita buat perubahan positif di sekitar kita dan dimulai dari hal yang sederhana. Mari ajak teman-teman yang lain supaya sadar dan membawa aksi nyata sebagai change maker,” ajak Ara.

Aldi Destian Satya dari Komunitas Pemuda Agama Konghucu menekankan pentingnya kolaborasi antarumat beragama dalam menjaga keberagaman dan lingkungan. “Keberagaman budaya di Indonesia adalah kekayaan yang harus dijaga. Setiap budaya memiliki cara unik dalam melestarikan alam, seperti praktik pertanian berkelanjutan dan pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana,” jelasnya.

Aldi mengajak generasi muda untuk aktif terlibat dalam kegiatan pelestarian lingkungan, seperti penghijauan dan pembersihan sungai. “Pemuda memiliki energi dan kreativitas yang dapat membawa perubahan positif. Dengan bekerja sama, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang,” ujarnya.

*Komitmen Bersama untuk Masa Depan Berkelanjutan*

FGD ini merupakan rangkaian kelima dari program sebelumnya yang telah diselenggarakan di Jakarta, Sawahlunto, Riau, dan Ambon. Acara ini menjadi bukti nyata komitmen berbagai pihak dalam mendorong pembangunan rendah karbon dan pelestarian lingkungan.

“Kami berharap pertemuan ini dapat memberikan kontribusi signifikan dalam mengatasi isu lingkungan di Indonesia. Mari bersama-sama membuat perubahan positif, dimulai dari hal paling sederhana, dan ajak lebih banyak orang untuk menjadi pembuat perubahan (change maker),” tutup Parid.

Ibadah Kurban Ramah Lingkungan, Saatnya Ganti Plastik dengan Besek

PLASTIK adalah salah satu jenis sampah yang paling sulit terurai. Butuh waktu hingga 400 tahun untuk benar-benar hancur di...
spot_img

More Articles Like This