Rabu, April 30, 2025
No menu items!

Cerpen

CERPEN: Menelusuri Kebenaran di Balik Tuduhan

Oleh: Dwi Taufan Hidayat Di sebuah kota kecil yang damai, tersebar kabar tentang seorang dai terkenal yang sering muncul di TV dan YouTube. Namanya sering disebut-sebut dalam obrolan warung kopi hingga mimbar masjid. Kabar itu menyebutkan bahwa dai tersebut, sebut...

Antawirya: Nama yang Terlupakan

SORE itu, hujan turun rintik-rintik di halaman Museum Benteng Vredeburg. Seorang pria paruh baya, berpakaian rapi dengan kopiah hitam, berdiri menatap diorama Perang Jawa. Matanya tajam, penuh perasaan yang sulit diterjemahkan. Namanya Satrio, seorang sejarawan yang tengah meneliti sebuah...

CERPEN: Jejak di Hati yang Tak Terlihat

Oleh: Dwi Taufan Hidayat Hujan turun perlahan di sudut kota yang nyaris sepi. Cahaya lampu jalan merayapi aspal basah, memantulkan kelamnya malam. Di sebuah warung kecil di pinggir jalan, seorang lelaki tua duduk termenung, menyeruput teh hangatnya yang...

Cerpen: Es Batu Terakhir di Batavia

Batavia, 1846. Panas menyengat menggantung di langit Batavia. Jalanan berdebu, udara pengap, dan aroma laut bercampur dengan bau keringat manusia yang berlalu-lalang. Di balik jendela kaca Hotel Des Indes, seorang lelaki duduk tenang di sebuah meja kayu jati, jari-jarinya mengetuk-ngetuk...

CERPEN: Satu Detik Terlambat

LANGKAH kakinya gemetar saat memasuki masjid tua di sudut kota. Cahaya lampu temaram berpendar redup, membentuk bayang-bayang di dinding. Udara malam yang dingin seolah menelusup ke tulangnya, menambah gelisah yang sudah mencekam di dadanya. Ahmad berdiri di barisan belakang, memperhatikan...

CERPEN: Jejak yang Tertinggal

SUARA deru mobil dan klakson bersahutan di jalan utama kota. Lampu-lampu gedung perkantoran mulai menyala, menandakan pergantian dari hiruk-pikuk siang ke kesibukan malam. Di dalam sebuah ruang kantor megah, Rafi duduk di balik meja kerjanya yang rapi dan dipenuhi...

Cerpen: Jejak Darah di Tahta Kalinyamat

Oleh: Dwi Taufan Hidayat Di pelataran istana Kalinyamat, rembulan menggantung sendu. Ratna Kencana berdiri di bawah sinarnya, jubah putihnya berkibar tertiup angin malam. Matanya menatap nanar ke kejauhan, ke arah hutan yang menjadi saksi bisu pembantaian suaminya. Pangeran Hadirin...

CERPEN: Jeda di Kebun Apel

DI antara rimbunnya pepohonan apel, seorang pria tua duduk di bawah salah satu pohon yang berbuah lebat. Di tangannya, sebuah buku biru dengan gambar kursi pantai di sampulnya. Angin sore berhembus lembut, membawa aroma manis dari apel yang mulai...

CERPEN: Bayang di Mata Niera

Oleh: Sugiyati, S.Pd | Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Ambarawa, Kabupaten Semarang NIERA duduk di pojok kamar, memeluk lututnya yang gemetar. Cahaya lampu temaram membentuk bayang-bayang di dinding. Ia bisa merasakan sesuatu bergerak di sudut ruangan, tapi ia sudah...

CERPEN: Tebasan Pedang Waktu

Oleh: Dwi Taufan Hidayat| Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas Kabupaten Semarang DI sebuah kota kecil yang dikelilingi persawahan hijau, hiduplah dua sahabat sejak kecil: Rafi dan Rendra. Keduanya seperti dua sisi mata uang—tak terpisahka-- tetapi memiliki perbedaan yang mencolok. Rafi,...

Latest News

Busyro Muqoddas Minta Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Awasi Proyek Strategis Nasional

JAKARTAMU.COM | Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Busyro Muqoddas, meminta pimpinan wilayah Muhammadiyah memfokuskan perhatian pada pelaksanaan proyek strategis nasional...