JAKARTAMU.COM | Upaya Muhammadiyah untuk merealisasikan bank umum syariah milik sendiri terus dilakukan. Salah satu langkah penting yang kini diambil adalah mendorong konsolidasi dana dan aktivitas keuangan internal melalui Bank Syariah Matahari. Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menerbitkan imbauan resmi bernomor 124/HIM/1.0/C/2025, tertanggal 18 Juni 2025, yang ditujukan kepada seluruh unsur Persyarikatan, termasuk Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dan organisasi otonom.
Bank Syariah Matahari adalah hasil konversi BPR Matahari Artha Daya milik UHAMKA menjadi BPRS. Lembaga ini menjadi tumpuan awal bagi pengembangan bank syariah Muhammadiyah yang lebih besar. Izin operasionalnya diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Surat Keputusan KEP-39/D.03/2025.
“Bank Syariah Matahari merupakan lembaga keuangan milik Persyarikatan yang bertujuan mendukung penguatan ekonomi umat melalui prinsip syariah yang berkeadilan dan berkelanjutan,” bunyi surat yang ditandatangani Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anwar Abbas dan Sekretaris Izzul Muslimin tersebut.
Dalam imbauan itu, PP Muhammadiyah mendorong agar seluruh pimpinan dan pengelola AUM menempatkan dana pihak ketiga (DPK) seperti tabungan dan deposito di Bank Syariah Matahari. Selain itu, mereka juga diminta memanfaatkan layanan keuangan bank tersebut dalam operasional kelembagaan, mengalihkan transaksi internal ke dalam sistem bank, serta ikut serta dalam sosialisasi pengembangan bank ini di wilayah masing-masing.
Bank Syariah Matahari sendiri bukan entitas yang lahir tiba-tiba. Wacana mendirikan bank Muhammadiyah telah bergulir sejak Muktamar Makassar 2015, dan kembali diperkuat dalam Muktamar Surakarta 2022. Dalam berbagai laporan Jakartamu.com, disebutkan bahwa Muhammadiyah memiliki sekitar 10–17 BPRS yang tersebar di berbagai daerah. Bank Syariah Matahari menjadi institusi pertama yang memulai langkah konsolidasi dengan dukungan penuh dari pusat.
Belum ada data pasti berapa sebenarnya aset Muhammadiyah yang disebut-sebut menyentuh angka Rp400 triliun. Namun yang pasti selama ini amal usaha Muhammadiyah menyimpan dana besar di perbankan syariah nasional, seperti di BSI. Sayangnya simpanan itu tidak sepenuhnya kembali dalam bentuk pembiayaan kepada amal usaha maupun warga Muhammadiyah.
Mukhaer Pakkanna, Wakil Ketua Majelis Ekonomi, Bisnis, dan Pariwisata PP Muhammadiyah, dalam wawancara dengan Jakartamu.com menggambarkan pentingnya membangun ekosistem ekonomi yang mandiri. Ia menyebut pendirian Bank Syariah Matahari sebagai strategi untuk membentuk closed-loop economy di tubuh Persyarikatan. “Lebih baik dana itu diputar di bank sendiri. Muhammadiyah kan punya banyak usaha kecil, mikro, dan itu butuh pembiayaan. Jadi, ekonomi bisa berputar di dalam, close loop,” ujarnya.
Laporan lain menyebutkan bahwa ketimpangan antara simpanan dan akses pembiayaan inilah yang mendorong PP Muhammadiyah menegaskan pentingnya kehadiran bank sendiri. Di berbagai kesempatan, PP Muhammadiyah menekankan bahwa lembaga keuangan syariah internal akan menjadi alat dakwah sekaligus sarana memperkuat kemandirian umat.
PP Muhammadiyah dalam surat tersebut menyampaikan harapan agar langkah untuk mengonsolidasikan aset warga dan amal usaha Muhamamadiyah membawa manfaat besar bagi Persyarikatan dan masyarakat sekitar, terutama dalam pengembangan nilai-nilai ekonomi syariah yang inklusif. (*)