Sabtu, Agustus 9, 2025
No menu items!

Pagi Ceria Baitul Arqam PDM Jakarta Pusat di Kawasan Puncak

Must Read

KABUT tipis menemani 59 guru sekolah Muhammadiyah Jakarta Pusat berjalan menuju lapangan Hotel Bukit Indah, Puncak, Bogor, Sabtu (9/8/2025). Pagi itu udara terasa lembut di kulit, memberi kontras yang menyenangkan setelah sehari sebelumnya mereka berkutat dalam sesi materi Baitul Arqam yang padat.

Baitul Arqam yang digelar Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Jakarta Pusat ini adalah bagian kaderisasi Muhammadiyah untuk memperkuat wawasan keislaman dan kemuhammadiyahan. Meski identik dengan diskusi dan kajian, agenda ini juga menyelipkan waktu khusus untuk mengendurkan pikiran. Salah satunya melalui permainan bersama yang pagi itu dipandu Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) PDM Jakarta Pusat.

Para peserta Baitul Arqam mengambil karet gelang menggunakan sedotan plastik. Foto: jakartamu.com/muhibudin kamali

Instruktur meminta peserta membentuk kelompok kecil yang telah ditentukan. Setiap kelompok diberi nama tokoh Muhammadiyah. Ada Jenderal Sudirman, Ki Bagus Hadikusumo, Ir Juanda, Siti Baroroh, dan KH Mas Mansur. Setiap kelompok diminta membuat dan menampilkan yel-yel andalan. Ada yang memilih irama sederhana dengan tepukan tangan, ada pula yang menambahkan gerakan kaki atau mengubah nada suara secara dramatis.

”Kalau yel-yel sudah keluar, semangatnya langsung naik,” ujar Siti, guru SMP Muhammadiyah yang siang itu memimpin kelompok Siti Baroroh.

Dari yel-yel, permainan beralih ke tantangan yang lebih seru. Instruktur memberikan perintah singkat agar mereka berkelompok dua orang, lalu tiga, orang, lalu empat orang, dan kelompok besar yang utuh. Menariknya perintah tidak disampaikan secara langsung melainkan dengan kode. Motor untuk kelompok dua orang, becak untuk tiga orang dan mobil untuk empat orang.

Begitu kode diucapkan instruktur, peserta wajib membentuk kelompok baru dalam waktu singkat. Meski sebagian besar peserta sigap, tapi tak sedikit peserta yang tergopoh-gopoh hingga memancing gelak tawa. Namun keceriaan itu belum selesai. Permainan berlanjut pada ketangkasan kelompok. Setiap barisan kelompok peserta diminta memindahkan karet gelang dengan sedotan plastik yang digigit di mulut.

Peserta memindahkan karet gelang dari sedotan ke sedotan. Foto: jakartamu.com/muhibudin kamali

Sementara kelompok KH Mas Mansur tampak kompak dan lancar memindahkan satu per satu karet gelang sampai ke anggota kelompok terakhir, pemandangan berbeda terlihat pada kelompok Ki Bagus Hadikusumo yang kesulitan memindahkan satu buah karet gelang saja. Alhasil, kelompok KH Mas Mansur berhasil mengumpulkan gelang karet paling banyak, sebaliknya kelompok Ki Bagus Hadikusumo paling sedikit, yaitu 1 buah. Itu pun, hasil memungut dengan tangan setelah karet gelang sempat terjatuh. Namun inilah yang membuat pagi itu makin menjadi seru.

Kegiatan pagi itu memang hanya salah satu bagian dari Baitul Arqam. Tetapi keseruannya menjadi energi baru bagi para peserta agar bisa fokus saat kembali ke ruang materi. , namun meninggalkan kesan yang membekas. Dan, begitu matahari pagi langit Puncak mulai kehilangan keemasannya, guru-guru itu pun mengakhiri acara. (*)

Tarif Rp80, Jalan Menuju Transportasi Inklusif

Oleh Zulfahmi Yasir Yunan | Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah DKI Jakarta UNTUK merayakan ulang tahun ke-80 Indonesia, Pemerintah Provinsi...

More Articles Like This