Sabtu, Agustus 9, 2025
No menu items!

Babad Sepehi (15): Jejak Langkah Pangeran Terbuang

Must Read

PENGASINGAN ke Pulau Penang membawa suasana asing yang dingin bagi Pangeran Mangkudiningrat dan Sultan Sepuh. Jauh dari tanah leluhur, mereka harus menata ulang hidup di negeri yang asing, penuh ketidakpastian dan rasa kehilangan.

Pulau Penang yang ramai dengan aktivitas pelabuhan dan perdagangan itu seolah menegaskan betapa kecilnya posisi mereka di mata penjajah Inggris. Meski demikian, Pangeran Mangkudiningrat tidak membiarkan dirinya tenggelam dalam kesedihan.

Ia mulai menapaki jejak baru, mengamati lingkungan sekitar, berinteraksi dengan penduduk lokal dan para pengasing lain yang juga membawa kisah pilu dari berbagai penjuru.

Sementara itu, Sultan Sepuh yang telah menua tampak semakin lemah. Namun, matanya masih menyimpan bara semangat perjuangan yang tak padam.

Pangeran Mangkudiningrat mencatat setiap kejadian, setiap cerita yang didengarnya, dan memulai menulis “Babad Sepehi” sebagai upaya untuk menyimpan ingatan dan keadilan atas penderitaan yang mereka alami.

Lewat tulisan itu, ia berharap dunia tidak akan melupakan tragedi yang menimpa Keraton Jogja dan rakyatnya.

Di sisi lain, berita tentang pengasingan mereka sampai ke Jogja. Rakyat dan beberapa bangsawan yang setia merasakan kesedihan mendalam dan rasa marah yang tersembunyi.

Meski tak berdaya, semangat untuk terus memperjuangkan hak dan martabat mereka tetap menyala. Perlawanan yang selama ini tersebar mulai berani menunjukkan diri, memperkuat posisi dan suara mereka.

Jejak langkah Pangeran terbuang itu menjadi simbol perjuangan yang hidup, menginspirasi generasi baru yang menatap masa depan dengan harapan dan tekad.

(Bersambung seri ke-16: Bayang-Bayang Kesetiaan)

Tarif Rp80, Jalan Menuju Transportasi Inklusif

Oleh Zulfahmi Yasir Yunan | Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah DKI Jakarta UNTUK merayakan ulang tahun ke-80 Indonesia, Pemerintah Provinsi...

More Articles Like This