Senin, Januari 13, 2025
No menu items!

Setelah Membaca Doa Iftitah, Jangan Lupa Baca Taawuz Ketika Salat

Must Read

JAKARTAMU.COM | Setelah membaca doa iftitah dalam salat, terdapat bacaan doa yang mungkin luput dilakukan oleh sebagian muslim, yaitu membaca taawuz atau istiazah. Bacaan ini merupakan permohonan perlindungan kepada Allah Swt dari segala kejahatan makhluk yang terkutuk, terutama setan.

Praktik ini telah dicontohkan langsung oleh Rasulullah Saw dalam berbagai hadis dan didukung oleh ayat-ayat al-Quran.

Firman Allah Swt. dalam surah an-Nahl (16): 98 menyebutkan,

فَاِذَا قَرَأْتَ الْقُرْاٰنَ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطٰنِ الرَّجِيْمِ

“Maka apabila engkau (Muhammad) hendak membaca Al-Qur’an, mohonlah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.”

Selain itu, surah Fushilat (41): 36 juga menegaskan pentingnya berlindung kepada Allah ketika menghadapi gangguan setan.

وَاِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطٰنِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

“Dan jika setan mengganggumu dengan suatu godaan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sungguh, Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”

Berdasarkan landasan ini, taawuz menjadi bagian integral dari ibadah, termasuk salat. Rasulullah Saw sendiri, sebagaimana diriwayatkan oleh Abū Sa‘īd al-Khudrī, selalu membaca taawuz setelah doa iftitah sebelum membaca basmalah.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ بِاللَّيْلِ كَبَّرَ ثُمَّ يَقُولُ سُبْحَانَكَ اللهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ ثُمَّ يَقُولُ اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا ثُمَّ يَقُولُ أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ [ رواه الترمذي].

“Dari Abū Sa’id al-Khudrī [diriwayatkan bahwa] ia berkata: Adalah Rasulullah saw apabila berdiri hendak salat di waktu malam, beliau bertakbir lantas mengucapkan, “Subḥānakallāhumma wa bi ḥamdika wa tabārakasmuka wa ta‘ālā jadduka wa lā ilāha ghairuk” (Maha Suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu, Maha berkah nama-Mu, Maha tinggi kekayaan dan kebesaran-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau).” Lalu beliau mengucapkan, “Allāhu akbar kabīra”. Kemudian beliau membaca, “A’ūżu billāhis-samī‘il-‘alīm, minasy-syaiṭānirrajīm min hamzihi wa nafkhihi wa nafṡih” (Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari syaitan yang terkutuk, dari bisikannya, tiupannya, hembusannya [HR. at-Tirmiżī].

Memang ada hadis dari Abū Hurairah yang diriwayatkan oleh Muslim. Dari Abū Zur‘ah [diriwayatkan bahwa] ia berkata: Aku mendengar Abū Hurairah mengatakan: “Rasulullah Saw. apabila bangkit dari rakaat kedua, beliau memulai bacaan dengan ‘Alhamdulillah rabbil ‘alamin’ dan beliau tidak diam.” [HR. Muslim].

Menurut Majelis Tarjih, Hadis Abū Hurairah ini tidaklah menafikan adanya bacaan taawuz. Sebab, yang ditiadakan dalam hadis tersebut adalah diam yang diketahui, yaitu diam tertentu untuk membaca doa iftitah. Adapun diam karena membaca taawuz dan basmalah merupakan diam yang sangat ringan atau sebentar sehingga tidak dirasakan atau disadari oleh makmum, karena pada saat itu mereka sedang tersibukkan dengan gerakan bangkit ke rakaat berikutnya.

Selain itu, setiap rakaat dianggap sebagai sebuah salat tersendiri. Oleh karena itu, sebagaimana diwajibkan membaca al-Fatihah dalam setiap rakaat, maka yang lebih utama adalah taawuz juga dianggap sebagai bagian darinya.

Taawuz memiliki beberapa variasi bacaan yang semuanya memiliki dasar yang kuat dari al-Quran dan hadis. Di antaranya adalah:

  1. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيم “A‘ūżu billāhi minasy-syaitānir-rajīm” (Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk), sesuai dengan surah an-Nahl ayat 98.
  2. أَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ “A‘ūżu billāhis-samī‘il-‘alīmi minasy-syaitānir-rajīm” (Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk), merujuk pada surah Fushilat ayat 36.
  3. أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ “A‘ūżu billāhis-samī‘il-‘alīmi minasy-syaitānir-rajīm min hamzihi wa nafkhihi wa nafṡih” (Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk, dari bisikannya, tiupannya, dan hembusannya), yang didasarkan pada hadis Abū Sa‘īd al-Khudrī. (sumber)

Pantulan Sang Surya di Balik Monas

MARS Sang Surya mengiringi Lagu Kebangsaan Indonesia Raya menggema di seputar Lapangan  Monumen Nasional Jakarta,  mengawali pagi pada Minggu...

More Articles Like This