Jumat, Juni 27, 2025
No menu items!

Tahun Baru Islam: Menuju Perubahan Hakiki

Must Read

TAHUN Baru Islam 1 Muharram 1447 Hijriah kembali mengetuk kesadaran umat. Presiden Prabowo Subianto melalui akun resminya mengucapkan selamat kepada seluruh umat Islam Indonesia, sembari menyisipkan harapan agar momen ini menjadi saat kebangkitan menuju kehidupan yang lebih bermakna. Ucapan tersebut bukan sekadar retorika keagamaan, melainkan sebuah ajakan untuk melakukan lompatan moral dan sosial yang lebih luas.

Tahun Baru Hijriah bukanlah sekadar pergantian kalender, apalagi seremonial rutin. Ia adalah simbol keberanian, keteguhan, dan visi jauh ke depan.

Hijrah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah merupakan fondasi dari peradaban Islam yang inklusif, adil, dan menebar rahmat bagi semesta alam. Hijrah itu bukan sekadar pindah tempat, tapi berpindah dari keterpurukan menuju kebangkitan, dari tekanan menuju penguatan solidaritas, dari sekadar bertahan menuju membangun peradaban.

Peringatan tahun baru ini, sebagaimana disampaikan oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar, seharusnya dimaknai sebagai refleksi diri. Bukan untuk euforia massal, melainkan untuk kontemplasi. Di sinilah letak kekuatan Muharram: dalam keheningan zikir, bukan gegap gempita pesta. Dalam perenungan makna, bukan dalam kemewahan simbol.

Kita tengah hidup dalam era yang penuh distraksi. Media sosial, kegaduhan politik, dan tekanan hidup kadang menjauhkan kita dari nilai-nilai dasar kemanusiaan. Maka, hijrah menjadi relevan bukan hanya secara spiritual, tapi juga sosial. Ia menuntut transformasi nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dimulai dari kejujuran elite, pelayanan publik yang bersih, hingga solidaritas sosial yang tidak tergerus oleh komersialisasi kepentingan.

Dalam konteks ini, pemerintah semestinya menjadikan semangat hijrah sebagai momentum evaluasi kinerja dan reposisi keberpihakan. Sebab, hijrah bukanlah ide romantik tentang masa lalu, melainkan praktik konkret perubahan menuju keadilan sosial. Birokrasi yang melayani, kebijakan yang berpihak pada yang lemah, dan sistem yang transparan adalah wujud nyata dari hijrah di abad ke-21.

Demikian pula masyarakat, tidak cukup hanya memperingati hijrah dengan pengajian dan doa bersama. Perlu langkah konkret dalam membangun etika sosial: kejujuran di pasar, integritas di sekolah, tanggung jawab di kantor, dan kasih sayang di rumah. Nilai-nilai Islam seharusnya tidak berhenti pada simbol atau atribut, tapi hadir dalam tindakan yang menjunjung akhlak dan etos kerja.

Menariknya, di berbagai daerah Indonesia, peringatan Muharram tetap hidup dalam tradisi yang sarat makna. Tabuik di Pariaman, Grebeg Suro di Solo dan Yogyakarta, serta tradisi doa akhir tahun di kampung-kampung menunjukkan betapa Islam di Indonesia bukan agama yang asing bagi budaya. Justru, dalam pelukan budaya lokal itulah Islam menjadi ramah, membumi, dan menyentuh. Inilah kekayaan kita sebagai bangsa: Islam yang bersenyawa dengan kearifan lokal tanpa kehilangan jati diri.

Kementerian Agama menyuarakan tiga kata kunci untuk menyambut tahun baru ini: bersyukur, berhijrah, dan berkontribusi. Tiga kata ini tidak hanya indah, tetapi sekaligus menjadi peta jalan moral untuk umat dan bangsa. Syukur memperkuat kesadaran, hijrah mengarahkan perubahan, dan kontribusi mewujudkan pengabdian.

Di tengah tantangan zaman, dari ketimpangan sosial hingga degradasi moral, mari kita jadikan 1 Muharram 1447 H sebagai titik balik. Bukan hanya untuk memperbaiki diri, tetapi juga memperbaiki arah bangsa. Untuk para pemimpin, ini saatnya berhijrah dari retorika ke keteladanan. Untuk rakyat, ini waktu yang tepat untuk berhijrah dari pasif ke partisipatif. Dan untuk semuanya, mari berhijrah dari egoisme ke kolektivitas, dari simbol ke substansi.

Selamat Tahun Baru Islam 1447 Hijriah. Mari jadikan hijrah bukan hanya kenangan sejarah, tapi jalan perubahan yang nyata. Sebab hijrah sejati bukan sekadar berpindah waktu, melainkan berpindah nilai: dari semu ke hakiki, dari biasa ke bermakna.

Gemerlap Ibu Kota Jakarta dan Tangisan Sunyi Orang Miskin

Oleh Lambang Saribuana | Ketua Lazismu DKI Jakarta JAKARTA adalah satu kata dengan sejuta harapan. Kota impian. Kota yang menjanjikan...
spot_img
spot_img

More Articles Like This