Sabtu, Juni 14, 2025
No menu items!

Timur Tengah Tegang, Ribuan Aktivis Pro-Palestina Bergerak Menuju Gaza

Must Read

JAKARTAMU.COM | Timur Tengah kembali tegang seiring dengan persiapan “Global March to Gaza,” sebuah gerakan kemanusiaan yang diperkirakan bakal melibatkan sekitar 7.000 aktivis pro-Palestina dari berbagai penjuru dunia. Aksi massal ini bertujuan untuk menyalurkan bantuan dan menyuarakan solidaritas bagi warga Gaza yang terkepung. Namun, gerakan ini juga memicu kekhawatiran akan potensi eskalasi konflik dengan Israel.

Rencana pergerakan ribuan aktivis ini telah sampai di telinga Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman, yang dengan tegas menyatakan tidak akan membiarkan aksi tersebut mengganggu kedaulatan dan keamanan Israel. Pernyataan Lieberman mengindikasikan sikap Israel yang tidak akan ragu mengambil langkah-langkah preventif untuk menghentikan rombongan tersebut masuk ke wilayah Gaza.

“Kami tidak akan mengizinkan adanya pelanggaran kedaulatan,” tegas Lieberman, sebagaimana dikutip dari laporan yang beredar.

Pernyataan ini mencerminkan kekhawatiran Israel akan kemungkinan penyelundupan senjata atau gangguan keamanan di balik misi kemanusiaan ini. Hal ini sering digunakan Israel untuk membenarkan tindakan militernya terhadap upaya-upaya serupa di masa lalu.

Gerakan Global March to Gaza merupakan respons dunia terhadap blokade berkepanjangan yang diterapkan Israel di Jalur Gaza sejak 2007. Blokade ini telah menyebabkan krisis kemanusiaan parah, dengan kelangkaan obat-obatan, makanan, dan bahan bakar yang kronis. Para aktivis, yang terdiri dari berbagai latar belakang mulai dari dokter, jurnalis, hingga tokoh agama, berharap dapat memecah kebuntuan blokade dan menarik perhatian dunia terhadap kondisi memprihatinkan di Gaza.

Pihak penyelenggara mengatakan, konvoi Soumoud bertujuan untuk membawa makanan dan bantuan kemanusiaan ke Gaza dan membuka koridor kemanusiaan, dikutip dari laman The Jerusalem Pos, Kamis (12/6/2025).

Meski demikian, gerakan ini dilakukan di di bawah bayang-bayang peristiwa Mavi Marmara pada 31 Mei 2010 yang masih membekas. Saat itu, kapal bantuan kemanusiaan yang mencoba menembus blokade Gaza tersebut dihadang pasukan khusus Israel. Sembilan aktivis tewas dan puuhan lainnya terluka. Peristiwa ini memicu kecaman internasional dan memperkeruh hubungan Israel dengan Turki.

Penyelenggara Global March to Gaza menyatakan bahwa aksi ini murni bersifat damai dan kemanusiaan. Mereka menegaskan tidak akan membawa senjata atau melakukan provokasi. Namun, mengingat respons keras Israel sebelumnya, potensi konfrontasi tidak dapat dihindari. Komunitas internasional kini menanti dengan cemas bagaimana kedua belah pihak akan menyikapi situasi ini.

Saatnya Muhammadiyah Jakarta Membangun Holding Investasi

Oleh Lambang Saribuana | Ketua Lazismu PWM DKI Jakarta PIMPINAN Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta berada pada lokasi paling strategis di...
spot_img
spot_img

More Articles Like This