JAKARTAMU.COM | Dua aktivis kemanusiaan melakukan aksi mogok makan setelah ditahan dan dikurung isolasi oleh otoritas pendudukan Israel. Anggota Parlemen Eropa (MEP) asal Prancis Rima Hassan dan aktivis Brasil Thiago Avila berada di dalam kapal bantuan kemanusiaan Madleen yang dicegat angkatan laut Israel awal pekan ini saat menuju Jalur Gaza.
Wakil Presiden Parlemen Prancis, Clemence Guette, membenarkan penahanan Hassan dalam kondisi yang disebutnya “tidak sehat” dan telah memulai aksi mogok makan sebagai bentuk protes. Guette bahkan mengungkapkan bahwa Hassan mendapat ancaman dari pejabat Israel.
“Orang-orang yang bekerja di bawah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepadanya: ‘Jika Anda tidak menandatangani dokumen deportasi, kami akan menghantam kepala Anda ke dinding. Kami akan melakukannya dengan cara kami’,” ujar Guette mengutip ancaman tersebut.
Guette juga menyerukan demonstrasi dukungan bagi Hassan serta intervensi internasional untuk dan pembebasannya dengan segera.
Insiden penangkapan Madleen, yang membawa bantuan kemanusiaan untuk warga sipil di Jalur Gaza yang terkepung, telah memicu kecaman internasional. Kapal tersebut dicegat sekitar 200 kilometer dari lepas pantai Gaza pada Senin (9/6/2025).
Di antara penumpang kapal terdapat aktivis iklim Swedia Greta Thunberg, yang kehadirannya semakin menyoroti insiden ini. Seorang dokter Prancis, Baptiste Andre, yang berbicara kepada Politico pada Selasa (10/6/2025), menyebut perlakuan otoritas Israel terhadap para tahanan di kapal bantuan tersebut “agresif dan tidak pantas”.
Kementerian Luar Negeri Israel sebelumnya mengumumkan bahwa para aktivis pro-Palestina yang ditahan di atas Madleen telah dipindahkan ke Bandara Ben Gurion di Tel Aviv untuk dideportasi. Mereka yang menolak menandatangani dokumen deportasi akan diproses melalui pengadilan Israel.
Empat aktivis, termasuk Thunberg, telah menandatangani dokumen deportasi dan dipulangkan ke negara asal mereka pada Selasa malam. Para tahanan lainnya masih menunggu persidangan.
Dalam sebuah video yang diunggah pada Senin, Thunberg menyatakan kelompoknya telah “dicegat dan diculik” oleh rezim Israel. Ia mendesak pemerintah Swedia untuk menekan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan meminta pertanggungjawaban atas perlakuan terhadap para demonstran damai dan pekerja bantuan.
Thunberg menekankan bahwa pelayaran tersebut merupakan demonstrasi non-kekerasan melawan blokade laut Israel dan sebagai tanggapan terhadap krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Gaza.
Pemerintah Israel menolak misi Freedom Flotilla, menyebutnya sebagai pelanggaran blokade. Mereka menggambarkan kapal tersebut sebagai “yacht selfie” dan menuduh para aktivis melakukan aksi politik daripada memberikan bantuan nyata. Namun, para pembela HAM membela tindakan Freedom Flotilla, dengan alasan bahwa pengiriman bantuan dan tantangan simbolis terhadap pengepungan itu mendesak dan sah.
Insiden ini telah memicu pemeriksaan kembali terhadap perlakuan pendudukan Israel terhadap para tahanan dan legalitas blokade maritimnya, terutama ketika diterapkan jauh di luar perairan pantai Gaza. Aksi mogok makan Hassan dan Avila semakin memperkuat tekanan internasional untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas tindakannya.
Sumber : Al-Mayadeen