AMBARAWA, JAKARTAMU.COM | Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. H. Haedar Nashir, menjadi magnet utama dalam acara Hari Ber-Muhammadiyah di Kabupaten Semarang, Minggu (18/5/2025). Sejak pagi, berbagai penampilan seni dari institusi pendidikan Muhammadiyah dan Aisyiyah membuka acara dengan semarak. Tarian daerah, atraksi drum band, serta jurus Tapak Suci ditampilkan siswa TK ABA Ambarawa, LKSA Putri Aisyiyah Tuntang dan Jambu, hingga SMK Muhammadiyah Sumowono.
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Semarang Prof. Dr. H.M. Saerozi, M.Ag.. menyampaikan apresiasi atas peran semua elemen dalam menggerakkan persyarikatan. Ia sekaligus meminta Haedar untuk memberikan tauziah dan meresmikan sejumlah amal usaha baru Muhammadiyah.
Salah satu yang menjadi perhatian adalah kompleks pemakaman muslim Jannatin Hills yang terletak di daerah Dliwang, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Pemakaman ini dirancang sebagai layanan sosial umat berlandaskan nilai-nilai kemuliaan Islam. Penataan yang representatif dan tata kelola yang modern menjadikan Jannatin Hills sebagai model pemakaman muslim yang amanah dan penuh penghormatan terhadap marwah jenazah.
Selain itu, kegiatan ini juga disertai penandatanganan kerja sama antara PDM Kabupaten Semarang dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Semarang. Tujuannya adalah untuk mempermudah proses sertifikasi tanah-tanah wakaf Muhammadiyah, demi keberlanjutan dan kepastian hukum aset-aset umat.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah turut hadir dan menegaskan pentingnya partisipasi aktif dalam program Qurban nasional. Ia mengajak warga Muhammadiyah untuk menyukseskan RendangMu—program pengolahan daging qurban menjadi rendang kaleng sebagai solusi ketahanan pangan dan distribusi merata ke daerah-daerah rawan pangan.
Puncak kegiatan ditandai dengan penandatanganan lima prasasti amal usaha oleh Prof. Haedar Nashir. Dalam tauziahnya, beliau menegaskan bahwa “Hari Ber-Muhammadiyah” bukan sekadar momen seremonial, tetapi sarana untuk memperbarui semangat berjamaah, merapatkan barisan, dan meneguhkan nilai-nilai keislaman dalam praksis sosial. “Bermuhammadiyah itu adalah beribadah secara berjamaah,” ucapnya tegas.
Prof. Haedar juga menyampaikan apresiasi terhadap peran Aisyiyah. Ia menyitir bahwa jika RA Kartini berkata Habis Gelap Terbitlah Terang, maka Aisyiyah telah melangkah lebih jauh—menjadi terang itu sendiri dalam pendidikan, sosial, dan dakwah perempuan.
Ia menambahkan, menjadi pimpinan dalam Muhammadiyah adalah panggilan ilahiyah, sebuah amanah yang mengikat antara urusan dunia dan akhirat. Maka, seluruh amal usaha Muhammadiyah adalah wajah kolektif warga persyarikatan. Setelah perayaan ini usai, seluruh amal usaha harus menunjukkan peningkatan kualitas, pelayanan, dan integritas.