Rabu, Agustus 13, 2025
No menu items!

Kerja Sama Pertahanan dan Keamanan Indonesia-Turki Sudah Dimulai Sejak Abad 17

Must Read

JAKARTAMU.COM | Hubungan Indonesia dan Turki memiliki akar sejarah panjang yang dapat ditelusuri hingga abad ke-17, ketika Kesultanan Aceh berinteraksi langsung dengan Kesultanan Turki Utsmani. Menurut disertasi Dr. Azyumardi Azra, meskipun Turki Utsmani pada masa itu tidak mengembangkan budaya intelektual Islam di Mekkah, ulama-ulama Nusantara membangun jaringan sendiri untuk meningkatkan kompetensi keilmuan dengan belajar ke Mekkah dan Mesir.

Hal ini disampaikan Wakil Ketua MPR RI, Dr. H. Hidayat Nur Wahid, dalam diskusi di Sekretariat PDM Jakarta Selatan, Senin (11/8/2025. Kesultanan Turki Utsmani lebih mengutamakan penguatan ekspansi militer, politik, serta ketahanan pertahanan dan keamanan. Salah satu catatan sejarah menunjukkan bahwa Turki Utsmani pernah mengirim bantuan militer ke Aceh dalam menghadapi kolonialisme Portugis.

Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid berbincang santai dengan jajaran PDM Jakarta Selatan. Foto: jakartamu.com/noor fajar asa

Walaupun demikian, perbedaan mazhab, Turki menganut Hanafi sedangkan mayoritas di Nusantara menganut Syafi’i, membuat jumlah ulama Nusantara yang menimba ilmu agama langsung ke Turki relatif sedikit, meski kekuasaan Turki bertahan hampir lima abad.

Dalam buku Jaringan Ulama Nusantara Abad 16 & 17, Azyumardi Azra menjelaskan bahwa hubungan Aceh dan Turki tidak hanya terbatas pada pertahanan, tetapi juga meluas ke bidang ekonomi dan keagamaan. Bantuan Turki turut menjaga keamanan jalur perdagangan laut, sehingga pada abad ke-17 hingga ke-18 migrasi ulama dan jamaah haji dari wilayah Melayu–Nusantara menuju Haramain meningkat. Kondisi ini memperkuat jaringan ulama Haramain dan Melayu–Nusantara yang bertahan hingga masa berikutnya.

Hubungan historis itu kini berlanjut dalam bentuk kerja sama bilateral modern. Pada 9 April 2025, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto tiba di Ankara untuk melakukan kunjungan kenegaraan dan disambut langsung oleh Presiden Turkiye, Recep Tayyip Erdoğan. Pertemuan tersebut menghasilkan komitmen memperluas akses pasar, menghapus hambatan perdagangan, serta mempercepat penyelesaian preferential trade agreement sebagai langkah menuju Turkiye–Indonesia Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).

Di bidang investasi, kedua negara sepakat menyelesaikan bilateral investment treaty dalam waktu dekat. Presiden Prabowo mengundang perusahaan-perusahaan Turki untuk terlibat dalam pengembangan sektor strategis di Indonesia, serta mengapresiasi kontribusi perusahaan konstruksi Turki dalam membangun 42 rumah sakit di tanah air. Kerja sama di bidang kesehatan akan diperluas, termasuk rencana produksi vaksin bersama.

Kerja sama strategis juga diperkuat di sektor pertahanan. Pada 26 Juli 2025, Pemerintah Indonesia melalui Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menandatangani kesepakatan pembelian 48 unit pesawat tempur KAAN dari Turki senilai lebih dari Rp160 triliun. Langkah ini dilakukan di tengah kebijakan efisiensi anggaran, namun dianggap sebagai investasi penting untuk memperkuat pertahanan nasional. (*)

PT Utama, Amal Usaha Muhammadiyah yang Diam-Diam Tumbuh Pesat

BELUM banyak warga Muhammadiyah yang tahu tentang PT Utama. Padahal, amal usaha Muhammadiyah ini sudah berdiri sejak 2017 silam. Pada...

More Articles Like This