JAKARTAMU.COM | Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid mengajak generasi muda untuk memahami peran penting tokoh-tokoh Islam dalam sejarah berdirinya dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Menurut dia, kontribusi umat Islam sering kali dilupakan dalam narasi sejarah nasional.
Salah satunya adalah peran Mohammad Natsir, yang memprakarsai Mosi Integral pada 1950. Mosi Integral Natsir mengembalikan bentuk Indonesa dari serikat menjadi NKRI. ”Kita selalu ingat NKRI harga mati, tetapi jarang mengingat siapa yang mengembalikan Indonesia menjadi NKRI. Itu adalah tokoh umat Islam,” ujarnya dalam Sosialisasi Empat Pilar di Aula SMK Al Kautsar Muhammadiyah, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (11/8/2025).
Tokoh lain adalah Ki Bagus Hadikusumo, tokoh Muhammadiyah yang berperan besar dalam sidang-sidang BPUPKI dan PPKI menjelang kemerdekaan. Dialah salah satu tokoh yang gigih mempertahankan sila pertama Pancasila “Ketuhanan Yang Maha Esa” tanpa tambahan frasa berdasarkan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dan Persatuan Indonesia. “Itulah keberanian untuk tampil dan memperjuangkan kebenaran,” tegasnya.
Menurut Hidayat selain Jas Merah (slogan Bung Karno agar jangan melupakan sejarah), masyarakt juga harus tahu Jas Hijau. Warna hijau telah menjadi identitas banyak organisasi Islam sejak awal abad ke-20, bukan hanya NU, tetapi juga Muhammadiyah, Sarekat Islam, Persis, hingga Perti. ”Jangan sekali-kali menghilangkan jasa ulama dan umat atau Jas Hijau,” kata HNW.
Di hadapan para siswa SMK Al Kautsar, HNW meminta mereka meneladani para tokohpendiri bangsa yang datang dari latar pendidikan dan sosial beragam, namun mampu bekerja sama untuk tujuan bersama. Keteladana tersebut relevan bagi generasi yang akan memimpin Indonesia pada 2045.
Sementara itu, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Jakarta Selatan, Edy Sukardi, yang juga hadir, membuka paparannya dengan membacakan puisi karyanya berjudul Sekali Merdeka, Merdeka Sekali yang ia tulis pada 2016. Dalam puisi itu, Edy menyindir bagaimana kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia pada perjalanannya dimaknai sebagai merdekanya penguasa negara untuk melakukan apa saja, yang nyaris tanpa batas, kendati berlawanan dengan keinginan rakyatnya. Di sinilah pentingnya mengisi kemerdekaan dengan perjuangan yang lebih kuat.
“Negeri ini harus diisi. Tugas itu mari kita teruskan, bersama-sama para guru, pimpinan, dan siswa Muhammadiyah, untuk menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan. Sekali merdeka, tetap merdeka,” ujarnya. (*)