Rabu, Agustus 13, 2025
No menu items!

Kesetiaan yang Tak Tergoyahkan: Potret Wanita-Wanita Agung dalam Lintasan Sejarah Islam

Must Read

JAKARTAMU.COM | Dalam catatan sejarah Islam, ada kisah-kisah yang tak hanya memancarkan keanggunan, tapi juga keteguhan hati yang nyaris mustahil ditandingi. Di antara kisah itu, nama Asma’ binti ‘Umais terpatri sebagai teladan. Pernah menjadi istri Ja’far bin Abi Thalib, lalu Abu Bakar ash-Shiddiq, dan setelah itu menikah dengan Ali bin Abi Thalib, Asma’ tetap memuliakan suaminya yang telah tiada. Ketika dua putranya saling membanggakan ayah masing-masing, Asma’ menilai dengan adil tanpa mengurangi kehormatan siapa pun.

Keteguhan serupa tampak pada akhir hayat Abu Bakar. Ia berwasiat agar Asma’ yang memandikannya. Saat itu Asma’ berpuasa di hari yang sangat dingin. Ia bertanya kepada para sahabat, “Apakah aku wajib mandi?” Jawab mereka: tidak. Tapi Asma’ tetap menjaga amanah, bahkan meneguk air menjelang senja agar tidak melanggar pesan suaminya.

Kesetiaan juga bersinar dari sosok Na’ilah binti al-Furafishah, istri Khalifah Utsman bin Affan. Saat suaminya dikepung dan diserang, ia berdiri di depan melindungi dengan tubuhnya. Tebasan pedang memutus jari-jarinya, tapi ia tak bergeser. Setelah Utsman gugur, ia menolak lamaran Mu’awiyah bin Abi Sufyan. “Tak ada seorang pun yang bisa menggantikan Utsman,” katanya tegas.

Banyak wanita salehah memilih tidak menikah lagi setelah suaminya wafat, semata-mata agar tetap bersamanya di surga. Ummud Darda’, misalnya, menolak lamaran Mu’awiyah karena terikat janji dengan suaminya di dunia dan akhirat. Demikian pula Asma’ binti Abu Bakar yang bersabar menghadapi sikap keras az-Zubair bin al-Awwam, karena percaya janji surga bagi istri yang setia.

Kisah lain datang dari sebuah pemakaman di Damaskus. Seorang wanita cantik duduk menangis di sisi kubur suaminya. Ketika ditawari menjadi istri seorang penguasa, ia menjawab dengan bait puitis, “Keinginanku hanya untuk orang yang di sini terkubur. Aku malu padanya, meski tanah telah memisahkan kami.”

Puncak teladan kesetiaan itu mungkin milik Fathimah binti Abdul Malik bin Marwan — putri khalifah, saudara empat khalifah, dan istri khalifah terkenal Umar bin Abdul Aziz. Saat menikah, ia membawa harta perhiasan termewah, termasuk dua liontin legendaris. Namun ketika Umar memerintahkan seluruh perhiasan dibawa ke Baitul Mal, Fathimah patuh tanpa ragu. Bahkan setelah Umar wafat, ia menolak mengambil kembali perhiasan yang pernah menjadi miliknya. “Apakah aku akan menaatinya saat hidup, lalu mendurhakainya setelah wafat?” katanya.

Dari Damaskus hingga Madinah, dari rumah khalifah hingga makam para syuhada, sejarah menyimpan kisah wanita-wanita agung ini. Mereka bukan sekadar istri pemimpin atau tokoh besar, tapi penjaga kehormatan, penopang kesabaran, dan simbol kesetiaan yang tak lapuk oleh waktu. Dalam kesunyian, mereka mengajarkan bahwa cinta sejati tidak berhenti di dunia — ia berlanjut sampai surga. (*)

Digugat Rp120 Triliun, Aset Hary Tanoe Baru Ketahuan Rp34,6 Triliun

JAKARTAMU.COM | PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP) mengungkapkan aset bos MNC Group Hary Tanoesoedibjo dan PT MNC Asia...

More Articles Like This