Rabu, Agustus 13, 2025
No menu items!

Menemukan Jalan Pulang

Must Read

PERNAHKAH kita merasa Allah menjauh? Janganlah berburuk sangka. Allah tidak pernah menjauh. Jangan-jangan kita yang pelan-pelan tersesat dalam riuh dunia dan letih kehidupan. Narasi ini adalah panggilan halus untuk kembali. Tidak dengan sempurna, tapi dengan hati yang jujur, lelah, dan ingin pulang.

Pernahkah kau merasa hampa meski dunia di sekitarmu tampak utuh? Pernahkah kau menangis tanpa tahu harus bicara pada siapa? Pernahkah kau merasa terlalu jauh dari Allah, seolah semua pintu sudah tertutup bagimu? Jika ya, ketahuilah: engkau tidak sendiri.

Kita semua, dalam perjalanan ini, pernah merasa letih. Ada kalanya hati terasa kering, doa terasa hambar, dan ibadah seperti rutinitas kosong tanpa jiwa. Ada masanya hidup berlari terlalu cepat, luka datang bertubi-tubi, dan entah kapan, kita mulai merasa asing dengan Allah. Tapi ketahuilah, rasa jauh itu bukan penolakan. Itu adalah panggilan lembut dari-Nya. Sebuah undangan untuk kembali, bukan pengusiran.

Allah tidak pernah menjauh. Dia tidak pernah memalingkan wajah-Nya dari hamba yang ingin pulang. Firman-Nya dalam Al-Qur’an:

﴿وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ﴾

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 186)

Ayat ini bukan hanya pernyataan, tapi pelukan kasih. Allah menyatakan “Aku dekat”, bukan “Aku akan dekat jika engkau sempurna”. Bahkan saat engkau tak mampu berkata-kata, hanya bisa menangis dalam diam, Allah tetap mendengarkan.

Rasa lelahmu, tangismu, bahkan diam bisumu adalah bagian dari komunikasi dengan-Nya. Tak perlu menunggu diri ini suci dan lurus untuk kembali. Yang dibutuhkan hanya niat jujur dan keberanian untuk mengambil satu langkah pertama.

Rasulullah ﷺ bersabda:

«إِنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ، وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ، حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا»

“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari agar orang yang berbuat dosa di siang hari bertaubat, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari agar orang yang berbuat dosa di malam hari bertaubat, hingga matahari terbit dari barat.” (HR. Muslim no. 2759)

Lihatlah betapa sabarnya Allah. Ia tidak meminta kita datang dengan catatan hidup yang bersih, tapi dengan keinginan untuk memperbaiki. Jangan biarkan bisikan hati yang mengatakan kau terlalu rusak, terlalu kotor, terlalu telat. Bisikan itu berasal dari syaitan yang ingin menghalangimu dari rahmat Allah.

Sekecil apa pun gerakan hatimu kepada Allah, itu sudah cukup untuk membuka pintu kasih-Nya. Cukup bisikkan nama-Nya dalam sujud. Cukup baca satu ayat Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh. Cukup hadirkan satu air mata keinsafan dalam dzikir.

Allah tidak menilai seberapa panjang dzikirmu, tapi seberapa tulus hatimu. Dia tidak mengukur seberapa tinggi ilmumu, tapi seberapa dalam rindumu kepada-Nya. Dia tidak memaksa kau harus sempurna, tapi meminta kau jujur dan bersedia.

Lalu bagaimana jika shalatmu masih belum khusyuk? Jika bacaan Al-Qur’anmu masih terbata? Jika doamu belum sefasih para alim? Jangan menunda karena alasan itu. Justru dalam ketidaksempurnaan itulah letak kemuliaannya. Ketika kita datang dalam keadaan rapuh, dan tetap berusaha memperbaiki, itulah bentuk keikhlasan paling nyata.

Allah berfirman:

﴿قُلْ يَٰعِبَادِيَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ﴾

“Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dia-lah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)

Ayat ini adalah penyambutan paling lembut yang pernah ada. Tidak hanya “jangan khawatir”, tapi “jangan berputus asa.” Itu bahasa cinta, bukan peringatan.

Mulailah dengan sederhana. Ambillah wudhu perlahan. Duduk sejenak tanpa suara. Buka mushaf. Bacalah satu ayat. Rasakan bahwa itu bukan hanya bacaan, tapi percakapan. Percakapan antara jiwa yang merindukan pulang dan Tuhan yang tak pernah menutup pintu.

Hingga akhirnya, perlahan, hatimu yang keras akan mulai melunak. Doamu yang dulu kering akan mulai mengalir. Air matamu yang tertahan akan menemukan jalannya. Bukan karena kau sudah berubah total, tapi karena kau mau membuka satu celah kecil di hatimu, untuk cahaya masuk kembali.

Dan yakinlah, jalan kembali kepada Allah tidak pernah sia-sia. Sekalipun langkahmu masih tertatih, Allah menyambutnya seakan kau sedang berlari. Sebab cinta-Nya tidak seperti cinta manusia. Ia tidak memerlukan syarat dan tidak mengenal jemu.

Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadis Qudsi:

«يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي، غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلَا أُبَالِي»

“Wahai anak Adam, selama engkau berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, Aku akan mengampunimu atas segala yang telah engkau lakukan dan Aku tidak peduli.” (HR. Tirmidzi, no. 3540)

Jadi, jangan tunggu esok untuk mulai kembali. Jangan tunggu kuat untuk datang kepada-Nya. Justru datanglah dalam kelemahanmu. Karena hanya Dia yang bisa mengubah luka menjadi cahaya, tangis menjadi ketenangan, dan kegelisahan menjadi iman.

Engkau tidak pernah benar-benar sendiri. Bahkan saat hatimu merasa sunyi, Allah selalu ada. Bahkan saat mulutmu tak sanggup berdoa, Dia sudah tahu apa yang hendak kau ucapkan. Bahkan saat seluruh dunia menjauh, Dia tetap dekat.

Dan jika hari ini kau merasa terlalu jauh dari Allah, mungkin bukan karena kau tersesat. Tapi karena Dia ingin kau pulang.

“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qaf: 16)

PT Utama, Amal Usaha Muhammadiyah yang Diam-Diam Tumbuh Pesat

BELUM banyak warga Muhammadiyah yang tahu tentang PT Utama. Padahal, amal usaha Muhammadiyah ini sudah berdiri sejak 2017 silam. Pada...

More Articles Like This