Selasa, Juli 22, 2025
No menu items!

Mengedukasi Wisatawan Berpakaian Lebih Beradab saat Mengunjungi Masjid

Must Read

BERWISATA religi menjadi pilihan banyak orang yang ingin menyatukan perjalanan spiritual dengan penjelajahan budaya. Masjid-masjid bersejarah di berbagai daerah menjadi salah satu destinasi paling banyak dikunjungi. Masjid-masjid ini menyimpan cerita dan nilai sejarah yang tinggi, juga menampilkan keindahan arsitektur dan kekayaan budaya yang memikat.

Masjid sendiri, selain menjadi tempat pelaksanaan ibadah wajib seperti salat lima waktu, juga berfungsi sebagai pusat kegiatan komunitas Muslim. Banyak masjid di Indonesia yang telah berdiri sejak berabad-abad lalu, menjadi saksi bisu penyebaran Islam dan perkembangan peradaban lokal. Tak heran bila masjid-masjid itu menarik perhatian wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri.

Namun, perlu diingat bahwa masjid adalah tempat suci yang dimuliakan dalam ajaran Islam. Karena itu, siapa pun yang berkunjung ke masjid, terlebih lagi jika hendak beribadah di dalamnya, mesti taat adab. Salah satunya adalah berpakaian dengan pantas dan sopan. Sayangnya, masih kerap ditemui pengunjung yang masuk ke masjid dengan santai, mengenakan kaus oblong dan celana pendek, seolah berada di tempat wisata biasa.

Padahal, masjid adalah rumah Allah. Ia menjadi tempat berbagai bentuk ibadah, baik ibadah mahdhah (seperti salat, membaca Al-Qur’an, atau itikaf), maupun ibadah ghair mahdhah (seperti diskusi ilmiah atau pertemuan keagamaan). Maka, adab berpakaian bukan hanya soal menutup aurat, melainkan juga mencerminkan rasa hormat terhadap kesucian masjid.

Salah satu contoh yang menarik terjadi di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Sabtu (19/7/2025). Masjid terbesar di Asia Tenggara itu merupakan salah satu destinasi wisata religi unggulan, dan lokasinya yang berseberangan langsung dengan Gereja Katedral menjadikannya simbol toleransi beragama di Indonesia.

Banyak turis mancanegara yang berkunjung ke Istiqlal, terutama setelah singgah di Katedral. Namun untuk pengunjung yang mengenakan pakaian terbuka, seperti celana pendek, baju ketat, atau pakaian yang dianggap terlalu vulgar, pengelola masjid telah menyiapkan solusi. Para turis laki-laki diminta mengenakan sarung, sementara perempuan diberikan gamis longgar atau abaya. Semua perlengkapan itu disediakan secara gratis oleh pengurus masjid di ruang informasi, tepat di gerbang utama Al-Fattah.

Aturan berpakaian seperti ini bukan semata-mata formalitas, melainkan cermin dari nilai kesopanan dan penghormatan terhadap tempat suci. Karenanya, setiap Muslim—juga wisatawan non-Muslim yang berkunjung—hendaknya memahami bahwa memasuki masjid berarti memasuki ruang ibadah yang harus dijaga kesakralannya.

Salah satu adab utama ketika memasuki masjid adalah mengenakan pakaian yang baik dan sopan, bukan hanya sekadar menutup aurat. Pakaian yang bersih, rapi, dan layak menunjukkan sikap takzim terhadap rumah Allah. Karena itu, mari kita jaga adab kita saat berkunjung ke tempat-tempat suci, agar perjalanan kita tak hanya menjadi wisata, tetapi juga menjadi bentuk penghormatan dan penghayatan spiritual yang bermakna. (*)

Wamendikdasmen: Guru Harus Jadi Fasilitator, Bukan Maha Tahu

JAKARTAMU.COM | Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Fajar Riza Ul Haq mendorong perubahan peran guru dalam proses belajar-mengajar....

More Articles Like This