Oleh Lambang Saribuana | Ketua Lazismu DKI Jakarta
PADA era globalisasi seperti saat ini, tantangan ekonomi dirasa semakin berat dan kompleks. Suka atau tidak, Muhammadiyah harus menghadapi kenyataan bahwa ekonomi adalah salah satu aspek penting dalam mendukung kelangsungan dakwah. Dari konteks inilah, amal usaha Muhammadiyah (AUM) sebenarnya adalah wujud nyata gerakan ekonomi persyarikatan.
Sebagai organisasi modern dengan ribuan amal usaha, tentu saja Muhammadiyah sangat memahami kondisi saat ini. Gerakan dakwah tidak bisa sepenuhnya bergantung pada donasi dan filantropi. Oleh sebab itulah, sedari awal para pendiri persyarikatan membuat banyak unit usaha kendati yang paling menonjol adalah bidang pendidikan dan kesehatan.
Pun demikian halnya dengan Muhammadiyah DKI Jakarta. Seperti yang kita ketahui bersama, di DKI Jakarta Muhammadiyah memiliki banyak sekali aset. Seluruh aset itu yang meliputi berbagai sektor tersebut tersebar di lima daerah. Ada aset dalam bentuk bangunan gedung-gedung tinggi di kampus, rumah sakit, dan sekolah. Ada pula lahan kosong dan berbagai properti lain yang saat ini belum dappat dikelola secara optimal.
Dengan fakta tersebut, ada baiknya Muhammadiyah DKI Jakarta mulai berpikir serius untuk mendirikan Muhammadiyah Capital. Secara sederhana Muhammadiyah capital bisa dimaknai sebagai segala sumber daya yang dimiliki dan dikelola Muhammadiyah demi mencapai tujuan dakwah dan membangun peradaban. Muhammadiyah Capital adalah fondasi yang kokoh bagi masa depan Muhammadiyah yang lebih mandiri, produktif, dan berdaya saing.
Muhammadiyah Capital hadir untuk mengkonsolidasikan dan mengelola aset-aset ini dengan cara yang profesional dan akuntabel, sehingga mampu mendongkrak pendapatan atau menghasilkan laba yang lebih proposional dan berkelanjutan. Pada gilirannya, hal ini akan menjadi lokomotif pendorong program-program dakwah Muhammadiyah secara keseluruhan.
Menumbuhkan Kekuatan Ekonomi di Tubuh Muhammadiyah
Dengan Muhammadiyah Capital, PWM DKI Jakarta akan mampu membangun ekosistem ekonomi yang lebih produktif dan mandiri. Muhammadiyah Capital tidak hanya berfokus pada pengelolaan aset, tetapi juga menciptakan peluang peluang investasi, yang tentu manfaatnya akan dirasakan kader atau jemaah yang ingin berkontribusi memajukan ekonomi umat.
Kehadiran Muhammadiyah Capital sekaligus membuka jalan bagi pengusaha-pengusaha lain di Indonesia untuk berlomba-lomba berinvestasi. Kader Muhammadiyah sendiri bisa ikut berpartisipasi dalam bisnis di internal persyarikatan. Terlebih lagi bagi Majelis Ekonomi dan Lembaga Pengembangan UMKM.
Muhammadiyah Capital bisa bertindak sebagai konsolidator penyedia barang dan jasa yang dibutuhkan setiap amal usaha seperti rumah sakit, kampus, dan koperasi. Dengan memanfaatkan sumber daya di tubuh Persyarikatan, kita akan lebih mandiri dan mengurangi ketergantungan pada pihak luar.
Bisnis Berkelanjutan dengan Nilai Kemuhammadiyahan
Salah satu keuntungan utama dari membangun Muhammadiyah Capital adalah menciptakan model bisnis yang tidak hanya mengejar keuntungan, tetapi juga mendukung pemberdayaan sosial dan dakwah.
Melalui Muhammadiyah Capital, PWM DKI Jakarta juga akan memiliki kendali atas ekosistem ekonomi, mengurangi risiko infiltrasi atau dominasi dari pihak luar yang tidak sejalan dengan prinsip-prinsip organisasi. Dengan memiliki entitas ekonomi yang solid dan terkelola dengan baik, Muhammadiyah akan lebih mandiri dalam menjalankan program-programnya tanpa tergantung pada pendanaan eksternal.
Sebagai induk organisasi ditingkat wilayah, PWM DKI Jakarta memiliki peran penting untuk mendorong dimulainya gerakan ini. Bila berhasil, PWM DKI Jakarta bisa menjadi contoh bagi wilayah lain di seluruh Indonesia.
Pendek kata, Muhammadiyah Capital adalah langkah strategis untuk memperkuat posisi Muhammadiyah di dunia ekonomi modern. Ini bukan hanya soal menghasilkan profit, tetapi tentang mewujudkan kemandirian ekonomi kader. Muhammadiyah Capital adalah jawaban untuk masa depan yang lebih cerah bagi persyarikatan dan peradaban umat Islam. (*)