Jumat, Mei 2, 2025
No menu items!

Mundurnya Hasan Nasbi dan Catur Politik Istana

Must Read

MUNDURNYA Hasan Nasbi dari jabatan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan memunculkan lebih dari sekadar spekulasi personal. Setidaknya ada dua tafsir yang mengemuka. Pertama, Hasan Nasbi dipaksa mundur oleh Presiden Prabowo, konon berkaitan dengan responsnya yang dianggap kontroversial terhadap aksi teror kepala babi yang ditujukan ke Redaksi Tempo.

Kedua, bahwa ia mundur karena kesadaran diri atas apa yang dilihat sebagai “kegagalan” komunikasi publik pemerintah, dan memilih untuk bertanggung jawab. Jika yang terakhir ini benar, Hasan Nasbi layak diapresiasi.

Di tengah langkanya budaya mundur secara sukarela di kalangan pejabat Indonesia, keputusannya menjadi preseden yang sehat. Publik sudah terlalu sering menyaksikan elite yang tetap duduk di kursi kekuasaan meski kinerjanya dipertanyakan, bersikukuh atas nama loyalitas atau relasi politik. Hasan Nasbi, jika benar mengambil langkah ini secara sadar, memberi teladan bahwa integritas tidak mati di tengah birokrasi politik.

Namun, politik tidak pernah sesederhana yang tampak. Di balik narasi tanggung jawab moral, ada aroma tekanan. Hubungan antara Nasbi dan Presiden mungkin mengalami erosi, terlebih di tengah tekanan komunikasi yang kian kompleks. Pernyataan-pernyataannya yang kadang menjadi kontroversi tersendiri. Dalam hal teror kepala babi, responsnya tidak sejalan dengan sentimen publik dan bisa saja dianggap mengganggu stabilitas wacana negara.

Namun Lebih jauh, pengunduran diri ini tak bisa dilepaskan dari suhu politik dalam kabinet. Kabinet Merah Putih, yang awalnya dibangun atas semangat rekonsiliasi antara Jokowi dan Prabowo (setelah dua kali bertarung di pilpres dan Hasan Nasbi adalah pendukung berat Jokowi) kini berada di persimpangan. Wacana reshuffle makin menguat. Kelompok-kelompok dalam kekuasaan mulai menunjukkan garis batas yang semakin kentara.

Meski Jokowi dan Prabowo di depan publik masih tampak akrab, dinamika internal menunjukkan sebaliknya. Kedua tokoh ini tengah memainkan catur politik yang rumit, dengan pion-pion yang bergerak di ruang-ruang tersembunyi. Hasan Nasbi mungkin bukan menteri, tapi posisinya strategis dalam menyampaikan pesan kekuasaan. Maka, kepergiannya bisa dibaca sebagai simbol dari gesekan lebih besar yang sedang terjadi di tubuh pemerintahan. (*)

Lebih Dahsyat dari Bom, Blokade Israel Diam-diam Tewaskan Anak-Anak dan Perempuan di Gaza

JAKARTAMU.COM | Serangan udara ternyata belum ada apa-apanya dibandingkan blokade Israel dalam jumlah korban di Gaza. Jumat (2/5/2025), Badan...
spot_img

More Articles Like This