Minggu, Mei 25, 2025
No menu items!
spot_img

Niat Baik Saja Sudah Berpahala, Apalagi Sampai Melakukannya

Must Read

ADA satu bentuk kasih sayang Allah yang begitu besar namun sering kali luput kita renungkan. Hal itu adalah tercatatnya niat baik, yang bahkan belum sempat terlaksana, amal kebaikan. Ini adalah prinsip keadilan dan kasih sayang yang melampaui nalar manusia.

Dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

**”إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ، فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا، كَتَبَهَا اللَّهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا، كَتَبَهَا اللَّهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ، إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ، إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ، وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا، كَتَبَهَا اللَّهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا، كَتَبَهَا اللَّهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً”.

“Sesungguhnya Allah mencatat kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan, lalu menjelaskannya: Barangsiapa berniat melakukan kebaikan namun belum sempat melakukannya, Allah tetap mencatatnya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat kebaikan lalu melaksanakannya, maka Allah mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat, bahkan lebih. Dan barangsiapa berniat berbuat keburukan namun tidak melakukannya, maka Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Namun jika ia berniat buruk lalu melakukannya, maka Allah mencatatnya sebagai satu keburukan saja.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Hadits ini seharusnya membuat dada kita lapang dan hati kita penuh semangat. Bahwa dalam Islam, kebaikan sekecil apa pun tidak pernah sia-sia. Bahkan ketika tubuh tak kuasa melangkah, niat yang tulus sudah mengundang pahala dari sisi Allah. Maka betapa luasnya rahmat dan karunia-Nya.

Allah Ta’ala berfirman:

“مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا”

“Barangsiapa membawa satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisalnya.” (QS. Al-An’am: 160)

Ayat ini senada dengan hadits tadi, bahwa satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipat, bahkan lebih. Tapi perhatikan: dosa tetap dibalas satu. Ini menunjukkan keutamaan ampunan dan rahmat dibanding murka dan hukuman. Dalam hadis Qudsi lain, Allah berfirman:

“رَحْمَتِي سَبَقَتْ غَضَبِي”

“Rahmat-Ku mendahului murka-Ku.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Inilah wajah Islam yang agung. Allah tidak semata menghakimi, tapi lebih dahulu memberi peluang—bahkan sejak dari niat. Maka orang yang menganggap dirinya tak layak karena belum beramal banyak, sejatinya telah menzhalimi dirinya sendiri. Karena setiap niat baik pun adalah amal—asal ia jujur dan tulus.

Mari kita renungkan contoh kecil: seorang yang ingin bersedekah namun tak punya harta. Ia berangan-angan, “Kalau aku punya uang, aku akan membantu fakir miskin.” Maka niat itu dicatat sebagai sedekah oleh Allah, padahal tak ada sepeser pun berpindah dari tangannya. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى”

“Sesungguhnya segala amal tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Niat adalah pusat spiritual setiap tindakan. Ia adalah ruh yang menyinari amal, menjadikannya berpahala atau sebaliknya. Maka betapa pentingnya meluruskan niat sebelum berbuat, sebab niat yang tulus bahkan dapat mengangkat amalan duniawi menjadi ibadah murni di sisi Allah.

Para ulama salaf sangat menjaga niat. Bahkan Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah pernah berkata:

“مَا عَالَجْتُ شَيْئًا أَشَدَّ عَلَيَّ مِنْ نِيَّتِي”

“Aku tidak pernah mengobati sesuatu yang lebih sulit bagiku daripada niatku.” (Ibnul Qayyim, Al-Fawaid)

Mengapa? Karena niat mudah goyah. Ia bisa dirusak oleh riya, ujub, cinta dunia. Maka orang yang setiap hari memperbarui niatnya, seakan sedang memperbarui ruh amalnya.

Lalu bagaimana agar niat baik tetap hidup di hati kita?

Pertama, kenali keutamaan setiap amal. Dengan tahu bahwa bahkan senyum adalah sedekah, kita tak akan meremehkannya.

Kedua, sering-sering merenung tentang akhirat. Karena niat lahir dari kesadaran akan tujuan hidup.

Ketiga, jauhi amal yang sia-sia. Sibukkan diri dengan amal yang membawa manfaat.

Keempat, cari lingkungan yang salih. Karena niat juga bisa dipengaruhi suasana.

Akhirnya, mari kita panjatkan doa:

اللَّهُمَّ اجْعَلْ نِيَّاتِنَا خَالِصَةً لِوَجْهِكَ، وَوَفِّقْنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى

“Ya Allah, jadikanlah niat kami tulus karena-Mu semata, dan bimbinglah kami untuk melakukan apa yang Engkau cintai dan ridhai.”

Semoga Allah memudahkan kita senantiasa untuk berniat baik dan mewujudkan kebaikan dengan penuh keikhlasan. Barakallahu fiikum.

Serangan Udara Israel di Gaza Tewaskan 52 Warga Palestina

JAKARTAMU.COM | Serangan udara Israel di Jalur Gaza sejak Sabtu (24/5/2025) pagi telah menewaskan sedikitnya 52 warga Palestina. ,...
spot_img
spot_img

More Articles Like This