Kamis, Mei 22, 2025
No menu items!
spot_img

Ber-Muhammadiyah ala Kiai Kusnadi Ikhwani

Must Read

Oleh Ahsan Jamet Hamidi | Wakil Sekretaris LPCPRM PP Muhammadiyah, Ketua PRM Legoso, Tangerang Selatan

MUNGKIN pembaca bertanya-tanya, siapa sosok Kiai Kusnadi Ikhwani? Apa istimewanya hingga saya menjadikannya teladan dalam ber-Muhammadiyah? Pertanyaan tersebut mudah terjawab jika pembaca berkenan membuka Google lalu mengetik namanya secara lengkap. Maka, situs-situs yang tersedia akan menjelaskan sosoknya secara lengkap.

Selain sebagai Ketua Takmir Masjid Al-Falah Sragen, beliau adalah salah satu pengurus Lembaga Pengembangan Cabang, Ranting, dan Pembinaan Masjid (LPCRPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kiprahnya sangat aktif dalam mengembangkan fungsi dan peran masjid agar lebih bermanfaat bagi ummat. Saya sering menyebutnya sebagai “Bapak Marbot Indonesia.” Mengapa julukan ini saya sematkan? Pembaca akan menemukan jawabannya melalui tulisan ini.

Kiai Kusnadi Ikhwani giat berjuang dalam mempromosikan pengelolaan masjid-masjid Muhammadiyah agar dikelola dengan standar manajemen yang baik—seprofesional pengelolaan perusahaan. Bukan dari sisi untung-rugi dalam keuangan, tetapi dari sisi akuntabilitas dan transparansi. Termasuk dalam hal pengelolaan uang yang diperoleh dari amal, sedekah, zakat, dan sebagainya.

Selain pengelolaan keuangan, profesionalisme manajemen masjid juga tercermin dari pengelolaan bangunan, standar kebersihan, ketersediaan air, pengelolaan toilet, pengelolaan sampah, penggunaan energi, penataan tanaman di sekitar masjid, serta pelayanan kepada siapa pun yang beribadah di dalamnya. Semua aspek tersebut harus berorientasi pada prinsip keberlanjutan dan ramah lingkungan.

Selain itu, kualitas kegiatan pengajian, kursus, dan sekolah juga menjadi indikator penting. Materi dan narasumber pengajian harus dikelola dengan baik, disesuaikan dengan kebutuhan jamaah. Jika terdapat fasilitas penyewaan gedung untuk kegiatan warga, pengelolaannya pun harus dilakukan secara transparan. Seluruh aspek tersebut pada akhirnya akan bermuara pada kualitas marbot yang bertugas di masjid.

Bagi Kiai Kusnadi, marbot bukan hanya tukang azan, tukang sapu, atau petugas kebersihan masjid. Marbot adalah seorang manajer yang mampu mengelola masjid agar berfungsi sebagai tempat ibadah yang multifungsi. Untuk tujuan itu, Kiai Kusnadi Ikhwani dan LPCRPM PP Muhammadiyah telah menyelenggarakan sekolah singkat yang dinamakan Akademi Marbot Muhammadiyah, dan telah diselenggarakan beberapa kali sejak tahun 2024 lalu.

Pengorbanan untuk Muhammadiyah

Seusai menikmati sarapan soto ayam ala Sragen, saya dan Kiai Kusnadi Ikhwani mampir ke sebuah TK dan SD Muhammadiyah, yang dulu ia rintis bersama para guru sekolah tersebut. Sekarang sekolah itu berkembang pesat. Jumlah muridnya hampir melebihi kapasitas gedung. Mengapa sekolah itu bisa maju? Karena manajemennya dikelola dengan baik, memenuhi kaidah pengelolaan yang transparan dan akuntabel, termasuk upah para guru dan semua yang bekerja di sekolah tersebut. Keuangannya bisa diaudit dengan penuh tanggung jawab.

Kiai Kusnadi adalah orang yang bertipe walk the talk. Jika sudah yakin, maka ia akan melakukannya sebaik-baiknya. Setelah itu, dukungan akan datang dari seluruh penjuru mata angin. “Jangan pernah berpikir sebaliknya: berharap ada dukungan dulu, baru bekerja sungguh-sungguh,” ujarnya.

Prinsip lainnya adalah, mengelola masjid, sekolah, klinik, rumah sakit, dan panti sosial harus dengan standar yang sama seperti mengelola perusahaan publik, dengan sistem keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan melalui audit oleh auditor independen. Termasuk juga dalam hal reward and punishment bagi semua pihak yang terlibat.

“Kita tidak bisa berharap pekerja bekerja maksimal jika upah yang diterimanya tidak memenuhi standar hidup. Paling tidak, setara dengan upah minimum regional.”

Mobil berhenti tepat di depan sebuah warung Ayam Geprek SAKO di Kota Sragen. Rumah makan itu tertata sangat rapi, dengan tampilan para pekerja yang ramah. Soal rasa, sebagai penggemar ayam kampung, saya bersaksi bahwa kualitas ayamnya sungguh tidak mengecewakan. Ini adalah salah satu usaha milik Kiai Kusnadi Ikhwani untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Dengan begitu, kiprahnya sebagai pengurus dan pegiat Muhammadiyah sama sekali tidak terganggu.

Kiprah dan Marwah

Kiprah Kiai Kusnadi memang belum seberapa jika dibandingkan dengan pengorbanan yang pernah dilakukan oleh Kiai Ahmad Dahlan. Dalam satu kisah hidupnya yang terjadi pada tahun 1921, saat Muhammadiyah belum lama berdiri, suatu ketika beliau memukul kentongan dan mengundang penduduk Kauman berkumpul di rumahnya.

Setelah banyak penduduk Kauman hadir, Kiai Dahlan menyatakan bahwa kas Muhammadiyah kosong dan membutuhkan 500 gulden (setara dengan Rp4.583.100) untuk pembiayaan sekolah. Oleh karena itu, ia hendak melelang semua barang di rumahnya untuk membiayai kebutuhan sekolah Muhammadiyah.

Uang 500 gulden itu diperlukan untuk menggaji guru, karyawan, dan membiayai operasional sekolah. Maka, Kiai Dahlan melelang pakaian, almari, meja, kursi, tempat tidur, jam dinding, jam tangan dan barang-barang lain di dalam rumahnya.

Para penduduk Kauman, yang mayoritas adalah juragan batik dan anggota pengajian Tharatul Qulub, berebut membeli barang-barang milik Kiai Dahlan. Ada yang membeli jas, sarung, jam tangan, jam dinding, almari, dan kursi. Dalam waktu singkat, semua barang habis terlelang dan terkumpul uang lebih dari 4.000 gulden. Anehnya, setelah lelang selesai, tidak satu pun dari mereka membawa pulang barang-barang tersebut. Mereka hanya pamit pulang. Singkat cerita, uang itu disumbangkan seluruhnya untuk Muhammadiyah.

Mobil terus melaju menuju Masjid Djuanda yang dikelola oleh PRM Sragen. Sebelum berhenti, kami berdua sepakat bahwa sejatinya marwah kemanusiaan kita sebagai warga persyarikatan akan diukur dari seberapa besar kontribusi yang kita berikan, bukan dari apa yang kita dapatkan dari Muhammadiyah. Selamat berkontribusi untuk Muhammadiyah. (*)

Mendikdasmen Berikan Bantuan untuk Korban Meninggal Laka Guru SD ITQ As-Syafi’iyah

MAGELANG, JAKARTAMU.COM | Menteri Pendidikan Dasar Menengah Abdul Mu’ti menemeui korban kecelakaan SD Islam Tahfidz Qur’an (ITQ) As-Syafi’iyah, Kabupaten...
spot_img
spot_img
spot_img

More Articles Like This