JAKARTAMU.COM | Pemerintah Provinsi DKI Jakarta langsung tancap gas seusai pelantikan Pramono Anung sebagai Gubernur dan Rano Karno sebagai Wakil Gubernur untuk periode 2025–2030. Sebagai langkah awal, mereka akan mengimplementasikan 40 program percepatan dalam 100 hari pertama masa kepemimpinan. Program ini bertujuan menghadirkan solusi nyata atas berbagai persoalan kota serta meningkatkan kesejahteraan warga Jakarta.
Program percepatan tersebut mencakup berbagai sektor strategis, seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, hingga pengembangan ekonomi. Salah satu fokus utama terletak pada sektor kesehatan dan lingkungan hidup, dengan sejumlah program prioritas yang disiapkan untuk menjawab tantangan yang ada di lapangan.
Beberapa program unggulan di bidang kesehatan dan lingkungan antara lain pemutakhiran data peserta BPJS, pengembangan RSUD Cakung sebagai rumah sakit bertaraf internasional,. Selain itu layanan kunjungan rumah untuk lansia Jakarta (yang dikenal sebagai Pasukan Putih), percepatan penyelesaian persoalan Kampung Bayam dan Tanah Merah, serta pemasangan CCTV di permukiman.
Lebih dari itu pemprov juga menggalakkan gerakan masyarakat memiliki alat pemadam api ringan (APAR), peningkatan cakupan layanan air bersih, gerakan menanam mangrove dan vegetasi, pengendalian polusi, serta pengelolaan sampah berkelanjutan dan penguatan rumah susun untuk warga.
Sebagai wujud nyata dari program pengelolaan sampah berkelanjutan, Pasukan Merah Jambu, julukan bagi kader lingkungan perempuan, turun langsung di RW 01 Kelurahan Pisangan Baru, Matraman, Jakarta Timur, Selasa (6/5/2025) pagi.
Kegiatan berlangsung di halaman rumah mantan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc. Siti Nurbaya adalah alumnus SD Muhammadiyah 03 Matraman, Jakarta Timur. Ia menjabat dalam Kabinet Kerja 2014–2019 dan Kabinet Indonesia Maju 2019–2024.
Di halaman rumah Siti Nurbaya, para kader Dasawisma, jumantik, serta pengurus RT dan RW setempat melakukan kegiatan memilah sampah, lalu menjualnya ke bank sampah. Memilah dan menjual sampah ke bank sampah merupakan praktik pengelolaan sampah yang berkelanjutan sekaligus ekonomis.
Dengan memilah sampah, masyarakat tidak hanya mengurangi beban lingkungan, tetapi juga memperoleh manfaat ekonomi dari sampah bernilai jual seperti plastik, kertas, dan logam. Sampah yang sudah dipilah lalu dikumpulkan bank sampah, diproses lebih lanjut, dan dijual ke industri daur ulang atau pihak lain yang membutuhkan.
Bank sampah sendiri merupakan bagian dari konsep ekonomi sirkular, yaitu pengumpulan sampah anorganik yang masih memiliki nilai ekonomis, seperti botol plastik, kaleng, dan kertas. Di Jakarta, bank sampah merupakan program dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi DKI Jakarta yang bertujuan mengurangi sampah dari sumbernya sekaligus menggerakkan partisipasi warga dalam kegiatan daur ulang. Dalam kegiatan hari itu, hasil penjualan sampah yang berhasil dikumpulkan sebesar Rp71.000 dan dicatat dalam buku tabungan sampah.