Rabu, Agustus 13, 2025
No menu items!

Babad Sepehi (18): Suara dari Pengasingan

Must Read

DI balik laut yang membentang antara Pulau Penang dan Jogja, suara-suara pengasingan bergema dalam hati Pangeran Mangkudiningrat. Di ruang sempit yang menjadi tempatnya, ia terus menulis dan merangkai kata, mengabadikan kisah getir yang tak boleh terlupakan.

Tulisan “Babad Sepehi” itu bukan sekadar catatan sejarah, melainkan suara perjuangan dan penegasan identitas yang hendak dilenyapkan oleh penjajah.

Setiap malam, Pangeran Mangkudiningrat berdoa agar kelak generasi penerus bisa membaca dan memahami kebenaran yang selama ini disembunyikan.

Sementara itu, di Batavia, kabar tentang penulisan babad tersebut mulai menyebar. Beberapa orang Jawa dan penguasa kolonial menjadi penasaran akan isi dokumen yang berpotensi mengguncang tatanan yang ada.

Di Jogja, perjuangan rakyat terus bergulir meski dalam tekanan dan pembatasan yang ketat. Para pejuang rahasia bergerak dengan tekad kuat, meredam rasa takut demi menjaga api perlawanan tetap menyala.

Namun, rasa rindu dan harapan juga tak bisa dibendung. Pangeran Mangkudiningrat menjadi lambang pengorbanan dan keteguhan hati, yang meski jauh di pengasingan, suaranya tetap hidup dan menggema.

“Suara dari Pengasingan” itu bukan hanya milik Pangeran Mangkudiningrat, melainkan milik seluruh rakyat yang merindukan kebebasan dan keadilan.

(Bersambung seri ke-19: Titik Balik Perjuangan)

Komunikasi Digital Hari Ini: Peluang atau Ancaman?

Oleh Jamal Ismail | Dosen Ilmu Komunikasi – Universitas Ary Ginanjar PERKEMBANGAN teknologi informasi dalam satu dekade terakhir telah mengubah...

More Articles Like This