TAK sedikit ujian yang datang silih berganti dalam hidup ini. Sakit yang tak kunjung sembuh, usaha yang tersendat, rumah tangga yang retak, hingga hubungan yang memburuk. Pada kondisi seperti ini sebagian orang, bahkan yang mengaku beriman, tergelincir pada jalan pintas yang haram. Mereka mendatangi dukun, paranormal, atau “orang pintar”.
Padahal Islam sudah memberikan petunjuk yang sangat jelas dalam menghadapi berbagai ujian. Ketika kita justru mendatangi dukun untuk “menyelesaikan” masalah, kita sedang berpaling dari Allah menuju jalan yang gelap, menanggalkan keimanan dan mempercayakan nasib kepada tipu daya setan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَتَى عَرَّافًا أَوْ كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
“Barang siapa mendatangi peramal atau dukun lalu membenarkan ucapannya, maka sungguh dia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan al-Hakim)
Ini adalah peringatan yang sangat keras. Bukan hanya dosa besar, tapi bisa membawa seseorang keluar dari keimanan jika dia membenarkan ucapan dukun tersebut. Padahal, tak satu pun makhluk di langit dan bumi yang mengetahui perkara gaib kecuali Allah.
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ
“Katakanlah: Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah.” (QS. An-Naml: 65)
Masalah rumah tangga, sebagaimana juga urusan lainnya, hanyalah bisa diselesaikan dengan sabar, ikhtiar, dan tawakkal kepada Allah. Islam mengajarkan kita untuk mendekatkan diri kepada Allah saat dihimpit masalah. Bukan mendatangi dukun yang hanya mempermainkan perasaan dengan syirik dan tipu daya jin.
Dukun, paranormal, dan yang sejenisnya hanyalah manusia biasa yang bersekutu dengan jin dan setan. Mereka memperdaya orang dengan bisikan ghaib, yang sejatinya adalah kebohongan yang diselipkan satu kebenaran agar tampak nyata. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan:
مَنْ أَتَى كَاهِنًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ، لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
“Barang siapa mendatangi dukun dan menanyakannya sesuatu, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh malam.” (HR. Muslim)
Bayangkan, sekadar bertanya, bukan membenarkan—sudah menghapus pahala shalat selama 40 hari. Bagaimana jika sampai percaya dan mengikuti arahannya? Na’udzubillahi min dzalik.
Allah tidak pernah memerintahkan umat-Nya untuk menyelesaikan masalah dengan cara syirik. Justru sebaliknya, Allah memerintahkan agar kita bertawakkal kepada-Nya dan memohon perlindungan hanya kepada-Nya:
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Dan hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakkal, jika kalian benar-benar orang yang beriman.” (QS. Al-Ma’idah: 23)
Dalam menghadapi masalah rumah tangga pun, solusi tidak terletak pada mantra atau jampi-jampi dukun. Bukan pula pada ‘ikatan ghaib’ atau pengasihan yang ditanam melalui media aneh. Solusinya adalah dialog, sabar, saling memahami, dan memohon bimbingan Allah lewat doa dan salat.
Banyak yang datang ke dukun dengan niat “mau mempertahankan rumah tangga”. Tapi yang terjadi justru sebaliknya: rumah tangga makin hancur, rezeki tertutup, hati dipenuhi kecurigaan, dan keberkahan hilang. Karena siapa yang menggantungkan harapannya pada selain Allah, maka Allah akan serahkan dia pada apa yang dia sembah.
Rasulullah bersabda:
وَمَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ
“Barang siapa menggantungkan diri pada sesuatu (selain Allah), maka ia akan diserahkan kepadanya.” (HR. At-Tirmidzi)
Apalagi bagi orang yang mengajak orang lain ke dukun. Maka ia bukan hanya menyesatkan dirinya, tetapi juga menyesatkan saudaranya. Dosa yang ditanggung menjadi berlipat, karena menyeret orang lain dalam lembah kesyirikan. Ini serupa dengan peringatan Allah dalam surah Fushshilat:
وَقَيَّضْنَا لَهُمْ قُرَنَاءَ فَزَيَّنُوا لَهُم مَّا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ
“Dan Kami jadikan bagi mereka teman-teman (dari setan), lalu setan-setan itu menghias indah perbuatan-perbuatan mereka yang ada di hadapan dan di belakang mereka.” (QS. Fushshilat: 25)
Ketika kita atau orang di sekitar kita mulai terlintas untuk “mencoba-coba” jalan ini, segeralah kembali kepada Allah. Jangan membuka pintu syirik yang bisa membawa kesengsaraan dunia dan akhirat. Kembalilah kepada Al-Qur’an, kepada sunnah, kepada masjid, kepada para ustadz dan ulama yang lurus ilmunya.
Mari kita jadikan setiap ujian sebagai sebab untuk lebih dekat kepada Allah, bukan justru berpaling dari-Nya. Jangan sampai, karena ingin menyelesaikan masalah, kita malah menghancurkan iman, menjerumuskan keluarga, dan membuka pintu petaka yang lebih besar.
اللَّهُمَّ أَجِرْنَا مِنَ الشِّرْكِ مَا عَلِمْنَا وَمَا لَمْ نَعْلَمْ
“Ya Allah, lindungilah kami dari kesyirikan yang kami ketahui maupun yang tidak kami ketahui.”
Semoga Allah menjaga hati kita dari menyimpang, dan memberi kita jalan keluar terbaik dari setiap masalah, dengan cara yang diridhai-Nya. Aamiin.