Selasa, Mei 20, 2025
No menu items!
spot_img

Kisah Lamik Keturunan Nabi Idris yang Ayah Nabi Nuh

Must Read

JAKARTAMU.COM | Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa setelah Nabi Idris AS naik ke langit, yang mengurus urusan setelahnya adalah anaknya, Matusyilakh. Ia memutuskan perkara di antara manusia dengan adil. Setelah Matusyilakh wafat, tabut dan suhuf diserahkan kepada anaknya, Lamik.

Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas (1448–1522) dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Abdul Halim dengan judul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” mengutip Al-Kisa’i menyebutkan bahwa Lamik adalah sosok yang sangat keras dan kuat.

Ia mampu membalikkan batu besar dan mencabutnya dari gunung. Salah satu peristiwa yang menimpanya adalah, pada suatu hari ia pergi ke sebuah padang. Di sana, ia melihat seorang perempuan cantik yang sedang menggembalakan domba. Perempuan itu menarik perhatiannya. Ia mendekatinya dan bertanya, “Siapa namamu?”

Perempuan itu menjawab, “Aku adalah Fainusah binti Iklil, keturunan Qabil bin Adam.”

Lamik bertanya, “Apakah engkau memiliki suami?”

Fainusah menjawab, “Tidak.”

Lamik berkata, “Engkau masih muda. Seandainya engkau telah balig, tentu aku akan menikahimu.”

Pada masa itu, seseorang dianggap balig apabila telah mencapai usia 200 tahun.

Fainusah menjawab, “Sebenarnya usiaku sudah 220 tahun. Pergilah kepada ayahku dan pinanglah aku.”

Mendengar hal itu, Lamik segera pergi menemui ayah Fainusah dan meminangnya. Kemudian ayah Fainusah menikahkannya dengan Lamik.

Setelah Lamik menggaulinya, Fainusah mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Yasykur. Menurut riwayat lain, anak itu diberi nama ‘Abdul Ghaffar. Itulah Nabi Nuh AS.

Wahab bin Munabbih meriwayatkan bahwa ketika waktu melahirkan tiba, Fainusah melahirkan Nabi Nuh di dalam sebuah gua. Ia berniat menyembunyikannya di sana karena takut kepada raja yang berkuasa pada masa itu. Raja tersebut dikenal kejam; ia suka menawan perempuan dan membunuh anak-anak kecil.

Setelah melahirkan, Fainusah pergi meninggalkan anaknya sambil menangis. Namun, tiba-tiba bayi itu bersuara, “Wahai Ibu, jangan khawatirkan diriku. Sebab, Dzat yang menciptakanku akan menjagaku.”

Mendengar suara itu, Fainusah pun pergi dengan tenang.

Nuh tinggal di dalam gua selama 40 hari. Dalam kurun waktu itu, raja yang suka membunuh anak-anak kecil meninggal dunia. Maka, beberapa malaikat datang, mengambil Nuh, dan meletakkannya di pangkuan ibunya.

Tiba-tiba, cahaya yang ada di kening ayahnya, Lamik, berpindah ke kening Nuh. Ibunya kemudian mendidiknya hingga dewasa. Nuh belajar menjadi tukang kayu dan menekuninya dengan baik. Ia juga biasa menggembalakan kambing milik kaumnya dan mendapatkan upah dari pekerjaannya.

Pekerjaan itu dijalaninya dalam waktu yang lama, hingga akhirnya ayahnya, Lamik, wafat. Sebelum wafat, Lamik mengangkat Nuh sebagai penggantinya dan menyerahkan kepadanya suhuf, tabut, dan tali kepemimpinan.

Penghimpunan Sedekah Daging Lazismu DKI Jakarta Capai Rp47 Juta dalam Satu Jam

JAKARTAMU.COM | Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) Lazismu DKI Jakarta 2025 tidak hanya melahirkan sejumlah program. Agenda yang dilaksanakan di...
spot_img
spot_img
spot_img

More Articles Like This